Memuliakan Tuhan berarti merendahkan diri kita

“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Yohanes 3: 30

Siapakah orang yang hidup di zaman Yesus dan yang mempunyai cara hidup yang aneh? Orang ini memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Ia berkelana dari tempat yang satu ke tempat yang lain dan mengajarkan pertobatan kepada Tuhan. Orang ini dikenal sebagai nabi oleh pengikut agama Islam, Kristen dan bahkan Baha’i. Anda benar, orang itu adalah Yohanes Pembaptis, Yahya Pembaptis, atau  John the Baptist. Ia adalah orang yang “nyentrik” dan unik, dan masih terhitung kerabat Yesus.

Pada waktu itu Yohanes Pembaptis mempunyai beberapa murid dan membaptis orang-orang yang mau percaya kepada Tuhan. Melihat Yesus melakukan hal yang sama, orang-orang yang mendengarkan ajaran Yohanes Pembaptis bertanya-tanya siapakah sebenarnya dia. Yohanes Pembaptis menjelaskan bahwa ia bukanlah Mesias, dan bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Yesus yang datang dari surga.

“Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya.” Yohanes 3: 31

Pernyataan Yohanes Pembaptis adalah menarik perhatian. Ia berkata bahwa Yesus yang datang dari surga adalah diatas segalanya, above all. Siapa yang datang dari surga adalah lebih berkuasa dan lebih besar dari apapun dan siapapun. Raja dari segala raja.

Yohanes Pembaptis tahu menempatkan dirinya. Di hadapan Tuhan yang sudah turun dari surga, ia sadar bahwa dirinya  tidak dapat dibandingkan dengan Tuhan. Tugasnya hanyalah untuk menjadi pembuka jalan bagi Yesus. Karena itu, dalam hidup dan tugasnya, ia menempatkan dirinya sebagai hamba yang baik. Ia sadar bahwa seorang hamba tidak bisa lebih besar dari tuannya, dan oleh sebab itu ia memberikan segala kemuliaan kepada Yesus. Yesus harus semakin besar sedangkan ia harus semakin kecil. Tuhan harus semakin dipermuliakan dan ia harus semakin bisa merendahkan diri.

Hal merendahkan diri adalah sesuatu yang sulit dilakukan manusia. Kejatuhan manusia kedalam dosa pada awalnya adalah karena Adam dan Hawa merasa bahwa mereka bisa menyaingi Tuhan pencipta semesta alam. Kejatuhan manusia zaman ini pun sering berawal dari kesombongan. Sekarang ini malah banyak motivator dan bahkan hamba Tuhan yang justru gemar menunjukkan kehebatan mereka dalam berbagai hal yang bisa mereka capai dan lakukan. Memang, mereka yang merasa pandai, kaya, sukses, saleh atau murah hati mungkin percaya bahwa Tuhan mencintai mereka lebih dari orang lain. Betapa keliru pandangan mereka! Perumpamaan orang Farisi yang berdoa di Bait Allah di sebelah seorang pemungut cukai menunjuk kepada kebencian Tuhan akan orang yang tinggi hati. Kita tidak mungkin bisa mengakui kemahabesaran Tuhan jika kita tidak mau menempatkan diri pada posisi yang rendah dihadapanNya. Kita tidak mungkin mengenal Tuhan jika kita tidak sadar akan kemahabesaranNya.

Pagi ini, jika kita bersiap untuk menjalankan aktifitas sehari-hari, firman Tuhan mengingatkan bahwa jika kita percaya kepada Tuhan, kita harus juga percaya bahwa Dia diatas segala-galanya. Yesus yang datang dari surga haruslah dipermuliakan dalam segala segi kehidupan kita. Seperti Yohanes Pembaptis, kita harus mengambil keputusan untuk memuliakan Tuhan dalam segala perbuatan kita. Jika dunia mengagumi kita karena segala kemampuan dan kebaikan kita, kita harus ingat bahwa segala kemuliaan adalah untuk Dia di tempat yang mahatinggi. Tuhan mengasihi mereka yang memuliakan Dia dalam kerendahan hati.

“Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Matius 23: 12

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s