Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?” Matius 26: 21 – 22
Ketika itu Yesus dan murd-muridNya merayakan hari Paskah dengan makan malam bersama. Hari raya Paskah (Passover dalam bahasa Ingris dan Pesach dalam bahasa Yahudi) adalah hari peringatan keluarnya orang Israel dari tanah Mesir setelah Allah menulahi orang Mesir sehingga semua anak sulung mereka mati bersama anak sulung hewan peliharaan mereka (Keluaran 12: 27). Hari besar utama bangsa Yahudi ini masih diperingati sampai sekarang dan akan dimulai pada saat senja hari Rabu tanggal 8 April sampai senja hari Kamis tanggal 9 April, 2020.
Bagi kita yang bukan pengikut agama Yahudi, perayaan Paskah yang adalah perayaan hari kebangkitan Yesus, akan diadakan pada hari Minggu tanggal 11 April setelah peringatan kematian Yesus pada hari Jumat Agung tanggal 10 April. Jika orang Israel mengingat saat dimana mereka luput dari tulah Allah melalui tanda darah domba yang dilaburkan pada ambang atas dan jenang-jenang pintu rumah mereka (Keluaran 12: 23), orang Kristen memperingati kemenangan Kristus atas maut.
Kematian Kristus di kayu salib sudah tentu adalah satu hal yang sangat penting bagi kita orang Kristen, karena melalui darah Kritus kita memperoleh pengampunan Allah atas dosa-dosa kita. Tetapi, dengan memperingati kebangkitan Kristus, kita menyatakan keyakinan iman bahwa kita akan bisa hidup bersama Dia di surga sesudah kita meninggalkan dunia yang fana ini. Dengan kemenangan Kristus atas maut, iman kita tidak akan sia-sia (1 Korintus 15: 14).
Pada waktu itu murid-murid Yesus sudah mulai mendapat gambaran bahwa Guru mereka akan mengalami penderitaan dan kemudian mati disalibkan. Ia berkata: “Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan” (Matius 26: 2). Mereka tentunya merasa sedih, walaupun mereka tidak benar-benar mengerti mengapa itu harus terjadi. Kesedihan mereka bertambah besar ketika Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Mereka seorang demi seorang berkata kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?” Mereka tentunya berharap bahwa kematian Kristus bukanlah akibat kesalahan mereka.
Alkitab menulis bahwa Yesus mengungkapkan bahwa Yudas yang mencelupkan roti ke dalam pinggan bersamaan dengan Yesus adalah orangnya. Yudas adalah pengkhianat yang menjual Yesus dengan harga tiga puluh uang perak. Yudas dengan demikian adalah murid durhaka. Tidaklah mengherankan, bagi kita umat Kristen nama Yudas adalah nama yang identik dengan orang yang tidak bisa dipercaya, orang jahat yang tidak ada bandingnya. Kesimpulan yang mudah diambil adalah bahwa Yudas sudah patutnya menemui kematian yang mengerikan karena sangat besar dosanya.
Pada pihak yang lain, sulit diterima oleh pikiran kita adanya kenyataan bahwa di dunia ini ada banyak Yudas. Di hadapan Allah, setiap manusia adalah berdosa dan patut menerima kematian, tidak hanya secara tubuh tetapi juga secara roh. Jika Yudas sudah mengkhianati Yesus, kita juga sering mengkhianati Dia dalam hidup kita ketika kita mendahulukan kepentingan kita dan kepentingan orang lain di atas kepentingan Tuhan. Mungkin kita mengaku kenal dengan Yesus, tetapi seringkali kita mengorbankan kebenaran Kritus dengan memilih cara hidup duniawi yang tidak berkenan di hadapanNya.
Pernahkah kita memikirkan bahwa kita mungkin sudah lama hidup dan bertingkah laku seperti Yudas? Jika Yudas tidak mempunyai kesempatan untuk memperbaiki hidupnya, kita harus bersyukur bahwa masih ada waktu bagi kita untuk menjadi pengikutNya yang setia. Sekarang, dan bukan esok hari.