“Aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku. Pikirku: “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang.” Mazmur 55:5-6

Ada banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang tidak pernah saya jumpai pada waktu saya masih tinggal di Indonesia. Maklum, setelah sekitar 45 tahun absen dari Indonesia, bahasa Indonesia nampaknya sudah berkembang pesat sehingga banyak kata-kata dan istilah baru yang muncul. Salah satu istilah yang tidak pernah saya kenal sebelum ini adalah kata eskapisme yang bahasa Inggrisnya escapism. Walaupun demikian, saya mengerti bahwa istilah “lari dari kenyataan” yang sering saya temui sebelum saya ke luar negeri adalah sama artinya dengan eskapisme, yang diartikan sebagai reaksi defensif yang melibatkan penggunaan fantasi sebagai sarana untuk menghindari konflik dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat di atas adalah Mazmur Daud yang merasa hidupnya dalam tekanan rasa takut karena banyaknya musuh-musuh yang ingin menghancurkan dia. Dalam tekanan seperti itu, sebagai manusia tentu Daud merasa hidupnya tidak nyaman karena adanya rasa takut dalam menghadapi maut. Dalam keadaan sedemikian, bukan saja pikiran yang terpengaruh, tetapi juga tubuh jasmani menjadi lemah. Karena itu, Daud membayangkan betapa enaknya jika ia bisa menjadi seekor merpati yang bisa terbang ke tempat yang aman. Ini adalah eskapisme yang sering terjadi karena manusia yang merasa tidak berdaya, secara sadar atau tidak, berusaha untuk tetap hidup.
Eskapisme adalah upaya untuk mengabaikan pikiran negatif atau realitas yang tidak menyenangkan dengan mengalihkan diri darinya. Pelarian dari kenyataan yang pahit atau menakutkan bisa datang dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah fantasi. Seringkali, eskapisme bermanifestasi melalui kesenangan dan ketenangan dalam kenikmatan semu seperti tidur, makanan, minuman keras, olahraga, obat-obatan, atau seks.
Kata pelarian dari kenyataan cenderung membawa konotasi negatif, dengan asumsi bahwa orang yang ingin lari dari realitas hidup mereka, adalah orang yang tidak bertanggung jawab dan menghindari “kehidupan nyata”. Eskapisme bisa menjadi hal yang berbahaya jika metode melarikan diri pada dasarnya berbahaya (seperti menggunakan narkoba) atau jika tidak terkendali. Namun, jika seseorang untuk sementara “melarikan diri” untuk beristirahat sejenak dari aspek kehidupan sehari-hari, ini tidak selalu merupakan hal yang buruk.
Ada banyak urusan yang harus kita tangani setiap hari: bekerja, menjalankan tugas, mengalami masalah kesehatan, mengurus keluarga, dll. Ketika kita beristirahat dan menikmati hiburan atau kegiatan rekreasi, seperti menonton film, mendaki gunung, membaca, atau bermain game, secara mental kita “melarikan diri” dari tekanan yang menyertai hal-hal tersebut. Hidup sehat dengan memiliki ritme kerja dan istirahat yang seimbang; adalah apa yang dianjurkan di Alkitab (Keluaran 34:21). Hal-hal ini mungkin merupakan contoh cara sehat untuk bersantai atau beristirahat dari tekanan kenyataan hidup yang dinamakan relaksasi, yaitu proses membuat otot dan pikiran lebih rileks dan tenang.
Eskapisme berbeda dari relaksasi, karena secara umum istilah eskapisme merujuk pada aktivitas yang diikuti dengan tujuan menghilangkan pikiran atau pikiran kita dari dunia nyata. Eskapisme dalam hal ini bisa menjadi sesuatu yang tidak sehat karena mungkin berakar pada keinginan untuk hidup dalam fantasi daripada kenyataan. Penghindaran adalah motif di balik pelarian ke arah imajinasi, karena ini adalah upaya yang lebih disengaja untuk melupakan dan menghindari kenyataan daripada berusaha mengubahnya menjadi lebih baik. Bahayanya, jika seseorang hidup dalam pelarian terlalu lama, hampir tidak mungkin bagi mereka untuk bisa menghadapi kenyataan dan membuat perubahan.
Imajinasi sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan. Tetapi, penting bagi kita intuk tidak berkutat dalam fantasi dan membiarkannya menguasai kita. Ini membuatnya beralih dari penangguhan hukuman dari tekanan realitas ke pola pikir pelarian yang tidak sehat yang menyebabkan kita menyangkal kenyataan yang benar-benar ada. Tuhan mendorong kita untuk beristirahat, tetapi Dia tidak membenarkan kemalasan atau perilaku melarikan diri. Fantasi bisa berakibat positif atau negatif, tetapi berdiam di dalamnya pasti akan menciptakan hasil yang berupa penolakan atau ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan kehidupan nyata.
Salah satu dari hal yang bisa membuat kita tetap tinggal dalam alam fantasi dan bahkan kecanduan adalah keyakinan bahwa segala sesuatu sudah ditentukan Tuhan. Dalam alam fantasi ini, banyak orang Kristen yang merasa bahwa Tuhan sudah memberitahu mereka bahwa apa yang terjadi adalah kehendak-Nya. Mereka merasa bahwa tidak ada lagi yang bisa dikerjakan untuk masa depan, dan tidak ada yang hal yang bisa dipelajari dari masa lalu. Mereka juga merasa bahwa semua manusia sudah berdosa, dan tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menghindarinya. Mereka dengan demikian berusaha menghilangkan beban tanggung jawab kehidupan sebagai umat Tuhan, dan berfantasi bahwa apa pun yang mereka alami dan lakukan adalah hasil akhir yang baik menurut Tuhan.
Memang tidak dapat disangkal bahwa realitas bisa membuat stres dan kita tidak selalu tahu apa yang perlu dilakukan atau bagaimana kita bisa membuat segalanya berbeda. Tetapi, Alkitab membawa kabar baik bahwa kita yang percaya kepada Tuhan adalah anak-anak-Nya. Dia membantu kita membuat perubahan yang kita perlukan. Ketika kenyataan sulit dalam hidup kita tidak dapat diubah, Tuhan membantu kita untuk bertahan guna melewatinya. Dia selalu bersama kita dan mampu bekerja sama dalam segala hal untuk kebaikan kita dan tujuan kerajaan-Nya (Roma 8:28-29). Dengan demikian, apa yang kita alami saat ini belum tentu merupakan hasil akhir pekerjaan Tuhan.
Jika eskapisme adalah sesuatu yang harus kita hindari, pagi ini kita harus ingat bahwa Yesus mendorong kita untuk beristirahat dari beban hidup kita dan berganti memikul beban-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:28–30). Melalui Yesus, kita memiliki pengharapan akan datangnya dunia yang lebih baik dan kita memiliki kekuatan untuk menjalani hidup kita di bumi pada hari ini.
Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah. Mazmur 55: 22