Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.” Mazmur 25: 12
“Ketakutan adalah respons untuk kelangsungan hidup kita,” kata seorang psikolog. Beberapa orang – penggemar roller-coaster dan penggemar film horor – menikmatinya, sementara orang lain menghindarinya. Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa bisa begitu?
Ketakutan dialami dalam pikiran Anda, tetapi memicu reaksi fisik yang kuat dalam tubuh Anda. Segera setelah Anda mengenali rasa takut, amigdala Anda (organ kecil di tengah otak Anda) mulai bekerja. Ini mengingatkan sistem saraf Anda, yang membuat respons ketakutan tubuh Anda bergerak. Hormon stres seperti kortisol dan adrenalin dilepaskan. Tekanan darah dan detak jantung Anda meningkat. Anda mulai bernapas lebih cepat. Bahkan aliran darah Anda berubah – darah benar-benar mengalir dari jantung Anda ke anggota tubuh Anda, sehingga lebih mudah bagi Anda untuk mulai melawan, atau melarikan diri demi hidup Anda. Tubuh Anda sedang bersiap untuk mermpertahankan kelangsungan hidup Anda.
Saat beberapa bagian otak Anda berputar, yang lain mati. Ketika amigdala merasakan ketakutan, korteks serebral (area otak yang mengatur penalaran dan penilaian) menjadi terganggu — jadi sekarang sulit untuk membuat keputusan yang baik atau berpikir jernih. Akibatnya, Anda mungkin berteriak dan melarikan diri saat didekati oleh seorang yang bertopeng di rumah hantu, karena tidak dapat merasionalisasi bahwa ancaman tersebut tidak nyata.
Tetapi mengapa orang-orang yang menyukai roller coaster, rumah hantu, dan film horor bisa menikmati saat-saat yang menakutkan dan menegangkan itu? Karena sensasinya belum tentu berakhir saat atraksi atau film berakhir. Melalui proses transfer eksitasi, tubuh dan otak Anda tetap terangsang bahkan setelah pengalaman yang menakutkan berakhir. Selama pengalaman ketakutan secara bertahap, otak Anda akan menghasilkan lebih banyak zat kimia yang disebut dopamin, yang menimbulkan rasa senang.
Ketakutan adalah emosi manusia yang kompleks yang bisa positif dan sehat, tetapi juga bisa berdampak negatif. Takut akan Allah adalah kondisi alami dan biologis yang seharusnya kita punyai. Penting bagi manusia untuk merasa takut kepada oknum Ilahi yang menciptakan mereka. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka takut akan Tuhan karena sadar akan konsekuensinya. Sebaliknya, Daud merasa tenteram sekalipun dalam ancaman bahaya, karena adanya kesadaran bahwa Tuhan yang nyata dan mahakuasa, adalah Tuhan yang melindungi-Nya.
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” Mazmur 23: 4
Jelas bahwa kebahagiaan umat Kristen bergantung pada pandangan hidup mereka. Mereka yang selalu berpikir negatif tentang dirinya sendiri, yang selalu merasa bersalah di hadapan Tuhan, yang selalu merasa bahwa Tuhan adalah penyebab penderitaan mereka, akan mengalami masa depan yang suram. Tetapi mereka yang menyadari bahwa Tuhan adalah mahakasih dan maha pengampun, akan menemukan kebahagiaan dalam hidup di dunia. Pada pihak yang lain, mereka yang selalu berpikir positif tentang dirinya sendiri, yang selalu merasa benar atau bebas di hadapan Tuhan, akan menemui masa depan yang suram; tetapi mereka yang menyadari bahwa Tuhan adalah mahasuci dan mahakuasa, akan menemukan kebahagiaan dalam hidup kudus yang bersandar pada anugerah pengampunan dan keselamatan yang sudah mereka terima.
Bagaimana kita bisa mempunyai pandangan hidup yang benar? Ajaran “positive thinking” sekarang populer di kalangan kaum motivator yang mencari penghasilan dari menjual nasihat yang nampaknya bijaksana kepada orang lain. Memang mereka yang berusaha untuk membangkitkan semangat orang lain, tentunya tidak memberikan nasihat yang bernada suram. Selain motivator, banyak juga pendeta dan penginjil populer yang menyuarakan hal yang sama: kita bisa menjadi orang yang berhasil, apa saja, jika kita percaya. Jika kita berani bertindak, Tuhan akan menyertai kita.
Positive thinking adalah baik, jika ditinjau dari segi psikologi. Tetapi itu belum tentu sesuai dengan iman Kristen. Iman Kristen memang menyangkut cara berpikir positif, tetapi yang bukan berasal diri kita sendiri; bukan dengan keyakinan bahwa kita adalah baik, cantik, mampu, bijak dan kuat. Tetapi, orang Kristen berpikir positif dengan percaya bahwa Tuhan yang mahakuasa mengasihi semua anakNya, dengan tidak memandang siapa mereka dan bagaimana keadaan mereka. Orang Kristen juga percaya bahwa Tuhan yang mahakuasa senantiasa membimbing mereka yang taat dan takut kepadaNya. Tuhan membimbing kita jika kita mengikuti jalan yang sudah ditentukan-Nya.
Orang Kristen adalah orang yang mempraktikkan positive thinking dengan pertama-tama menempatkan dirinya sebagai orang yang membutuhkan Tuhannya. Orang yang takut akan Tuhan. Yesus Kristus sudah menebus dosa setiap orang yang percaya melalui darah-Nya. Dengan itu kita mempunyai masa depan yang baik karena seluruh dosa dan kelemahan kita tidak lagi membebani hidup kita. Kita tahu bahwa apapun keadaan kita, jika kita sudah mengaku dosa kita dan menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, Tuhan itu setia dan adil dan Ia akan ada di pihak kita dan menyertai kita.
Positive thinking sebagai orang Kristen dengan demikian juga membawa keyakinan bahwa Tuhan yang sudah menerima kita sebagai anak-anak-Nya, tentu adalah Tuhan yang memelihara mereka selama hidup di dunia. Tuhan adalah mahabijaksana, dan Ia tahu segala kebutuhan kita sebelum kita mengucapkannya. Tuhan juga tahu apa yang terbaik untuk anak-anak-Nya, dan Ia selalu mau membimbing mereka yang mau dibimbing-Nya. Mereka adalah orang-orang yang takut dan tunduk kepada Dia.
Pagi ini, ayat diatas menggaris bawahi the power of positive thinking, kekuatan yang ada dari cara berpikir positif. Ayat itu mengajarkan bahwa jika kita mau mempunyai masa depan yang baik, baiklah kita percaya dan berserah kepada Tuhan yang mahakuasa, agar Ia menunjukkan jalan yang terbaik untuk kita. Dengan berpikir positif, kita tidak lagi bergantung pada kesombongan, kekuatan, keinginan dan impian kita; tetapi kita akan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan kita. Dalam rasa takut akan Tuhan, kita akan menghilangkan ketakutan yang kita alami selama hidup di dunia.