“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8:28

Ayat di atas adalah ayat yang sangat terkenal dan sering dipakai untuk menghibur orang Kristen yang mengalami musibah. Walaupun demikian, ayat ini tidak dapat dipakai secara sembarangan. Mengapa begitu?
Pertama-tama, ayat ini hanya berlaku pada orang yang mengasihi Allah, yaitu orang yang sudah lahir baru. Allah ikut bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan orang Kristen sejati. Bagaimana dengan mereka yang bukan umat-Nya yang sejati? Apakah Allah akan mendatangkan bencana kepada mereka? Belum tentu. Allah bisa saja membiarkan mereka untuk hidup semaunya seperti lalang di antara gandum, tetapi tetap memegang kontrol atas mereka, supaya apa yang sudah direncanakan-Nya tetap akan terjadi. Karena itu, jika kita ingin menyampaikan pesan ayat ini, kita harus mengerti bahwa tidak semua orang yang mengaku Kristen akan menerima apa yang dijanjikan Allah (1 Yohanes 2:19).
Kedua, ayat ini bukanlah ayat yang menyatakan bahwa Allah secara sepihak akan membuat hidup umat-Nya untuk menjadi baik melalui keajaiban. Allah turut bekerja bersama umat-Nya untuk membawa kebaikan bagi mereka. Ini berarti bahwa umat Tuhan tidak boleh menyerah atau mengharapkan bahwa kesulitan mereka akan berlalu secara otomatis. Umat Tuhan harus mau untuk terus berjuang, berdoa dan mencari kehendak Tuhan dalam menghadapi gelombang kehidupan. Allah sudah memberi umat-Nya iman, dan seandainya iman itu sekecil biji sesawi, itu seharusnya sudah cukup untuk memberi keyakinan akan penyertaan-Nya (Matius 17:20).
Ketiga, ayat ini tidak menyatakan bahwa musibah yang dialami umat Tuhan akan diganti dengan karunia yang menghilangkan dukacita mereka. Terlalu banyak orang Kristen yang memakai ayat ini dengan harapan agar orang yang mengalami bencana akan merasa terhibur dan dikuatkan. Tetapi, akibat yang berlawanan justru sering terjadi, karena banyak orang yang menyadari bahwa Tuhan membiarkan apa yang buruk terjadi pada mereka, akan merasa Tuhan itu kejam jika memakai penderitaan mereka untuk mendatangkan kebaikan. Bagaimana mungkin Tuhan menganggap kehilangan seorang anak misalnya, sebagai suatu cara untuk mendatangkan kebaikan bagi orang tuanya? Karena itu kita harus berhati-hati dalam menggunakan ayat ini.
Keempat, pengertian mengenai “mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” bisa membuat sesorang merasa sedih jika ia mengalami kemalangan yang berkepanjangan, karena merasa bahwa ia tidak cukup baik sebagai umat-Nya. Memang tidak ada orang yang cukup baik untuk Allah, tetapi mereka yang terpanggil oleh-Nya sudah diterima-Nya sebagaimana adanya untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan rencana-Nya. Setiap umat Kristen sejati tidak perlu meragukan alan kasih Allah yang sudah mengurbankan Anak-Nya untuk menebus setiap orang percaya.
Kelima, ayat ini menjanjikan sesuatu yang baik untuk umat Kristen sejati, tetapi tidak menyatakan keberhasilan atau kegembiraan akan menggantikan apa yang sebelumnya sudah menjadi kegagalan atau kesedihan. Banyak orang Kristen yang mengharapkan Tuhan akan memberikan kedamaian setelah adanya kekacauan di dunia. Mereka mungkin membayangkan berkat Allah pada diri Ayub setelah terjadinya berbagai musibah yang dilakukan iblis. Memang Allah sudah menggantikan apa yang merupakan kehilangan Ayub dengan berbagai karunia yang melebihi apa yang sudah lenyap, tetapi apa yang diberikan Tuhan dan jauh lebih berharga dari itu adalah iman yang semakin besar setelah mengalami berbagai penderitaan. Ayub mendapatkan kemenangan rohani yang jauh lebih besar nilainya dari kekalahan jasmani yang dialaminya. Kemenangan rohani yang membuat penderitaan Ayub berakhir demgan kebaikan bagi Ayub karena ia pada akhirnya dipastikan sebagai umat Tuhan yang setia dalam keadaan apa pun.
Apa yang diharapkan kebanyakan orang Kristen ketika mereka mengalami musibah atau kegagalan adalah pertolongan Tuhan yang secara cepat mendatangkan kebaikan bagi mereka. Tetapi ini bukanlah apa yang dimaksudkan oleh ayat di atas. Tuhan turut bekerja dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan bagi kita sesuai dengan rencana-Nya, pada waktu yang ditetapkan-Nya. Itu mungkin terjadi sewaktu kita masih hidup dan aktif berjuang di dunia, tetapi mungkin juga setelah kita berumur, atau sesudah kita meninggalkan dunia ini. Kebaikan yang kita akan terima mungkin tidak berarti apa yang bersifat jasmani, tetapi juga apa yang rohani. Kedamaian, penyerahan, takut akan Tuhan, iman yang tak tergoncangkan bisa saja muncul sebagai karunia Tuhan selama kita hidup di dunia. Tetapi, kebaikan terbesar yang akan kita terima adalah persekutuan kekal antara kita dengan Tuhan dan sesama orang percaya setelah kita meninggalkan dunia ini.
Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.” Roma 10: 11