Apa yang Anda persembahkan?

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Roma 12: 1

Ada ajaran agama yang menyatakan bahwa persembahan untuk Tuhan dan sesama manusia adalah perlu untuk mendapatkan tempat yang baik di surga. Dengan demikian, jika ada sesorang yang meninggal dunia, mereka yang ditinggalkan akan mendoakan agar Tuhan memertimbangkan amal ibadah si almarhum semasa hidupnya, dan memberikan apa yang baik baginya di dunia akhirat. Ini bukanlah apa yang diajarkan dalam agama Kristen.

Agama Kristen mengajarkan bahwa tidak ada apa pun yang dapat kita persembahkan kepada Tuhan untuk membeli keselamatan kita ataupun memilih tempat yang baik di surga. Keselamatan hanya datang melalui penebusan Yesus, dan apa yang kita terima di surga adalah sepenuhnya menurut kehendak Tuhan. Kalau begitu, apakah ada insentif bagi umat Kristen untuk memberi persembahan dan melalukan amal ibadah? Ada, karena umat Kristen percaya bahwa di bumi maupun di surga, Tuhan akan memberi apa yang sesuai dengan jerih payah mereka dalam melayani Tuhan. Tetapi, umat Kristen umumnya tidak menganggapnya sebagai sesuatu pendorong utama untuk melakukan amal ibadah, karena persembahan umat Kristen adalah pernyataan syukur atas apa yang sudah diberikan Tuhan kepada umat-Nya.

Bagaimana dengan prosedur memberi persembahan dalam agama Kristen? Jika dulu persembahan berupa uang dimasukkan kedalam kantung kolekte atau amplop khusus di gereja, sekarang persembahan dapat dilakukan dengan cara elektronik atau bank transfer. Umumnya, gereja-gereja yang besar mempunyai jemaat yang loyal dan mampu memberi persembahan yang banyak. Terlepas dari jenis gereja, aliran teologi maupun tingkat ekonomi jemaat, persembahan harus diberikan dengan motif yang benar, melalui cara yang benar dan digunakan untuk tujuan yang benar.

Apa prinsip-prinsip utama dalam persembahan umat Kristen?

Kita memberi karena Tuhan lebih dulu memberi pemberian yang terbesar.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3: 16

Persembahan kita merupakan pernyataan kasih dan syukur kita secara pribadi kepada Tuhan kita.

“Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Matius 6: 4

Melalui persembahan kita memuliakan nama Tuhan.

“Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku” Mazmur 50: 23

Persembahan kita dapat menjadi penyaluran kasih Tuhan kepada sesama manusia.

“Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” 1 Yohanes 3: 17

Dengan persembahan kita memperkuat iman kita.

“Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” Yakobus 2:22

Apa yang keliru:

Tuhan membutuhkan persembahan kita: Ini adalah kesalahan besar. Tuhan adalah pemilik segala sesuatu (Mazmur 50:7-15), termasuk pemilik harta yang ada di tangan kita. Tuhan adalah sumber dan pemberi berkat (Mazmur 127:2; Amsal 10:22; Ulangan 8:17-18; 2 Korintus 4:7).

Persembahan materi, perbuatan baik, dll. hanya menunjukkan manusia yang kuang yakin akan keselamatannya: Ini juga kesalahan yang sering terjadi di beberapa gereja, karena penekanan atas kedaulatan Tuhan yang terlalu ekstrem sehingga ada perasaan bahwa jika orang sudah yakin diselamatkan, tidak perlu lagi berusaha keras untuk melakukan amal ibadah.

Kesombongan: Kalau pemberian kita didasari keinginan untuk dihormati orang, jelas motif kita keliru. Bagaimana kalau pemberian seseorang membuat seisi gereja bangga? Sama saja. Jika bukan nama Tuhan yang dipermuliakan, itulah kesombongan. Persembahan sebaiknya dilakukan secara pribadi dan hasil persembahan jemaat sebaiknya tidak dijadikan simbol kesuksesan gereja. Memberi bukan untuk mendapatkan penghargaan manusia. Pemberian juga tidak boleh dijadikan usaha mempengaruhi gereja.

Ketamakan: Memberi dengan mengharapkan balasan Tuhan yang berupa materi yang berlipat ganda adalah kekeliruan besar. Segala sesuatu berasal dari Tuhan, karena itu jika kita memberikan sebagian kepada-Nya kita tidak boleh mengharapkan bahwa Ia akan mengembalikan dengan bonus. Begitu juga dengan ajakan agar jemaat memberi yang disertai “janji” bahwa Tuhan akan mengembalikan “hutangNya” dengan “bunga” yang besar. Kita memberi karena Tuhan sudah lebih dulu memberi dan bukan karena menginginkan balasan. Dalam hal ini, Tuhan menghargai persembahan yang sekalipun kecil tapi sesuai dengan kemampuan kita. Bagaimana kalau gereja hanya menghargai jemaat yang mampu dan persembahan yang besar saja? Bacalah Yakobus 2:1-9.

Rasa bersalah: Ada orang yang memberi karena merasa kuatir. Apalagi jika ada nazar yang pernah diucapkan di masa lalu. Walau ini kelihatannya baik, Tuhan mengingini persembahan nazar yang disertai syukur dan kerelaan, bukannya dengan rasa takut atau bersalah. Bagaimana kalau gereja menganjurkan jemaat untuk memberi dengan cara menakut-nakuti mereka? Jelas itu keliru. Bacalah 2 Korintus 9:7.

Persembahan harus berupa uang: Uang adalah salah satu bentuk persembahan. Yang lain bisa berupa barang, tenaga, waktu, pelayanan, perhatian, dll. Memang kita ingin untuk menyatakan kasih kita kepada Tuhan dan sesama kita, tetapi kita harus sadar bahwa kasih mempunyai banyak ragam.

Hanya untuk orang seiman: Banyak orang berpikir bahwa Tuhan hanya mengasihi anak-anak-Nya dan karena itu persembahan kita hanya untuk kalangan sendiri. Ini keliru. Yang benar adalah Tuhan mengasihi seisi dunia. Karena itu kita wajib menolong siapa pun yang memerlukan bantuan.

Persembahan yang terbaik:

Seandainya kita diundang ke acara perjamuan pesta makan malam di istana kepresidenan saat presiden berulang tahun, kira-kira hadiah apa yang hendak kita berikan? Tentu saja, kita tidak akan memberikan hadiah yang sembarangan, melainkan kita pasti akan memikirkan dan berusaha memberikan yang terbaik. Jika untuk seorang presiden kita bisa memberikan yang terbaik, bukankah sudah semestinya bila kita memberikan yang terbaik kepada Tuhan?

Ayat pembukaan di atas menyatakan bahwa kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah karena itu adalah ibadah kita yang sejati. Dengan kata lain, jika kita benar-benar ingin membawa persembahan untuk Allah, kita harus memakai seluruh hidup kita sebagai persembahan yang membawa kemuliaan bagi Allah dan bukannya untuk kemuliaan diri sendiri.

Persembahan bukanlah sebuah pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap orang percaya. Memberi persembahan bukan berarti bahwa kita memberi sumbangan kepada Tuhan atau gereja. Memberi persembahan juga bukan bertransaksi atau berdagang dengan Allah, sehingga kita harus menghindari sikap seperti pedagang atau penagih hutang, debt collector. Apakah Anda telah bertekad untuk mendedikasikan hidup Anda sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah, termasuk mendedikasikan harta dan kemampuan jasmani yang Anda miliki?

Tinggalkan komentar