“Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri.” Lukas 19: 20-22

Mengapa penting bagi kita untuk mengetahui sifat-sifat Allah? Penginjil A.W. Tozer, dalam buku klasiknya, The Knowledge of the Holy, mengatakannya sebagai berikut: “Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika kita berpikir tentang Tuhan adalah hal terpenting tentang kita.” Tozer mengatakan bahwa jika kita ingin benar-benar mengalami kekuatan rohani yang mengubah hidup, kita setidaknya harus memegang pandangan bahwa Tuhan itu mahakuasa, berdaulat, mahasuci, mahaadil, dan mahakasih. Jika kita hanya mengenal Dia dari satu sudut saja, kita akan mudah membuat kekeliruan dalam hidup dalam fatalisme seperti hamba ketiga dalam ayat di atas.
Alkitab penuh dengan perincian tentang apa yang penting bagi Allah. Secara garis besar, Alkitab memberitahu kita apa yang Dia kasihi (yaitu kita), dan apa yang Dia benci (yaitu dosa). Itu menjadi seluk-beluk tentang pedoman-Nya tentang bagaimana kita harus mencintai dan mengampuni orang lain, dan pendirian-Nya tentang apa yang kita anggap sebagai “dosa kecil” (yang kita anggap lumrah) dan “dosa besar” (yang harus dihindari kalau bisa). Secara keseluruhan, itu memberi tahu kita bagaimana kita harus hidup sebagai umat-Nya.
Apakah Anda memiliki pemikiran “tinggi” atau “rendah” tentang Tuhan? Apakah Anda mengenal Dia sebagai Pencipta Anda yang mahakasih – atau hanya sebagai Oknum yang mahakuasa? Apakah Anda memiliki hubungan setiap hari dengan Tuhan – atau hanyamencari Dia ketika Anda memiliki masalah? Apakah Anda berpendapat bahwa Tuhan yang mahakasih ingin agar semua manusia yang bertobat untuk diselamatkan atau Dia ingin agar sebagian manusia untuk dilemparkan ke neraka? Apakah Anda yakin bahwa Tuhan menyelamatkan umat-Nya tanpa mengharuskan mereka untuk hidup kudus? Masing-masing dari atribut berikut ini mengarahkan kita untuk melihat Tuhan dengan benar: sebagai Oknum Ilahi yang mahasuci, mahaadil, mahakuasa, dan mahakasih.
ALLAH ITU MAHASUCI DAN MAHAADIL
“Tetapi TUHAN semesta alam akan ternyata maha tinggi dalam keadilan-Nya, dan Allah yang maha kudus akan menyatakan kekudusan-Nya dalam kebenaran-Nya.” Yesaya 5: 16
Allah itu kudus dan sempurna. Ini adalah satu atribut Tuhan yang harus kita utamakan. Jadi kehadiran-Nya yang kudus menyebabkan Dia menolak dosa kita. Kekudusan-Nya adalah penyebab kematian bagi orang yang hidup dalam dosa. Tetapi karena Dia sangat mengasihi kita, Dia mengorbankan Anak-Nya di kayu salib agar kita dapat berdiri dalam hubungan yang benar dengan-Nya. Hanya kekudusan Allah yang dapat menutupi kekotoran dosa kita. Dia memberi semua orang kesempatan, apakah mereka akan menurut ajakan Roh-Nya agar mereka menerima Dia sebagai Juruselamat atau menolak-Nya dengan sengaja secara terus menerus. Itu adalah Tuhan yang murah hati. Karena Allah itu kudus, kasih-Nya adalah murni dan tidak tersembunyi.
“Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: ”Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.” Yesaya 57:15
ALLAH ITU MAHAKUASA DAN BERDAULAT
Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apa pun yang mustahil untuk-Mu! Yeremia 32:17
Tuhan menikmati kekuatan tak terbatas; tidak ada yang terlalu sulit bagi-Nya. Tuhan dapat dengan mudah mengucapkan sesuatu menjadi ada. Segala sesuatu yang Tuhan inginkan terjadi, akan terjadi; tidak ada yang dapat menggagalkan atau mencegah rencana-Nya. Tuhan bahkan berkuasa atas hidup dan mati. Tidak ada yang bisa menentang Dia atau rencana-Nya. Tetapi, semua itu bukan menunjukkan bahwa Tuhan adalah kejam dan semena-mena. Karena Tuhan itu baik, kuasa-Nya mencerminkan karakter-Nya yang baik. Kita dapat percaya bahwa Tuhan tidak hanya memegang seisi alam semesta di telapak tangan-Nya, tetapi juga berkuasa atas rasa sakit, ketakutan, dan kebutuhan kita. Lebih dari itu, Dia tahu siapa yang benar-benar ingin menjadi domba-Nya.
Tuhan mengetahui secara instan dan tanpa susah payah semua materi dan semua hal, semua pikiran dan setiap pikiran, semua roh dan setiap roh, semua makhluk dan setiap makhluk, semua ciptaan dan stiap makhluk, semua hukum dan setiap hukum, semua hubungan, semua sebab, semua pikiran, semua misteri, semua perasaan, semua keinginan, setiap rahasia yang tak terucapkan, semua singgasana dan kekuasaan, semua kepribadian, semua hal yang terlihat dan tidak terlihat di surga dan di bumi. Allah itu mahakuasa dan karena itu Dia berdaulat.
Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorang pun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: ”Apa yang Kaubuat?” Daniel 4:35
Tuhan itu berdaulat dan mandiri. Dia tidak membutuhkan apa pun, termasuk diri kita. Walaupun demikian, Dia bekerja melalui kita untuk mencapai rencana-Nya. Jadi mengapa kita terlalu sering mencoba mendefinisikan Tuhan, memasukkan Dia ke dalam kotak yang kita beri label dan kita kendalikan? Jangan menipu diri sendiri. Tuhan tidak perlu membuat kita menjadi robot-Nya. Kuasa Tuhan bisa mengatasi apapun yang kita pikirkan dan kita miliki.
“Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan” Yesaya 46:9-10
ALLAH ITU MAHAKASIH
“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Roma 8:37-39
Kebaikan Allah berasal dari sifat kasih-Nya. Bahkan dosa sebesar apa pun tidak dapat mengecilkan kasih Allah bagi kita. Tuhan memisahkan “siapa” kita dari “perbuatan” kita. Sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan, kita mungkin mengalami saat-saat buruk, tetapi itu tidak membuat kita menjadi orang jahat di mata Tuhan. Bukankah itu menakjubkan? Dia mau mengampuni kita ketika kita meminta, dan tidak lagi mengingat dosa kita yang muncul akibat ketidakberdayaan kita. Dia bahkan mendengar suara bisikan penyesalan kita yang paling sering kita ucapkan. Karena Tuhan penuh kasih, Dia mengulurkan belas kasihan yang tak terukur kepada orang yang takut akan Dia (dalam pengertian yang benar).
“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” Yohanes 14: 21
Memang, jika sifat mahakasih Allah terlalu ditekankan, kita cenderung segera mereduksi Tuhan menjadi sesuatu yang dapat diatur, catat Tozer. “Kita ingin mendapatkan Dia di mana kita dapat menggunakan Dia, atau setidaknya tahu di mana Dia berada saat kita membutuhkan Dia. Kita menginginkan Tuhan yang dalam beberapa hal dapat kita kendalikan.” Padahal, Alkitab menyatakan bahwa siapa yang dikasihi Allah adalah orang-orang yang tunduk kepada perintah-Nya.
Pagi ini, kita harus sadar bahwa pandangan kita tentang Tuhan akan mempengaruhi sikap kita selama hidup di dunia. Apa yang kita anggap sebagai sifat seorang Bapa, mudah akan kita tiru sebagai anak. Karena itu kita harus mengenal Dia seperti apa yang dinyatakan dalam Alkitab. Kita tidak boleh memisah-misahkan atribut Allah, atau hanya terpukau dalam salah satu atribut-Nya. Setiap orang pada akhirnya akan akan dihakimi menurut keyakinannya sendiri.