“Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.” Roma 8:9

Sejak kapankah Anda menjadi milik Kristus? Pertanyaan ini mungkin dilontarkan kepada kita dalam bentuk yang serupa: Sejak kapankah Anda menjadi orang Kristen? Pertanyaan ini mudah dijawab jika kita ingat kapan kita dibaptis atau mengaku percaya di gereja. Tetapi, pertanyaan yang lain akan lebih sukar dijawab: Sejak kapankah Anda benar-benar hidup sebagai orang Kristen?
Mengapa “menjadi orang Kristen’ harus berbeda dengan “benar-benar menjadi orang Kristen”? Apaakah ada orang Kristen yang tidak benar-benar Kristen? Tentu ada, dan bahkan banyak. Orang yang mengaku Kristen belum menjadi orang yang benar-benar Kristen sampai pada saat di mana ia menyadari bahwa ia harus mau hidup seperti apa yang difirmankan Tuhan, bukan hidup dalam daging sebagai carnal Christian. Tidak semua orang yang memanggil Kristus akan terbilang sebagai umat-Nya jika mereka tidak menyadari dosanya yang sudah diampuni Tuhan, tidak boleh diulangi lagi. Kesadaran ini hanya bisa dimungkinkan oleh adanya Roh Kudus, dan karena itu mereka yang tidak memiliki Roh Kudus akan terus hidup dalam dosa tanpa menyadari bahwa pengudusan orang Kristen adalah tanda bahwa ia milik Kristus. Pada pihak yang lain, mereka yang sudah menerima Roh Kudus mungkin saja terus menerus mendukakan-Nya melalui hidup yang menyimpang dari firman Tuhan.
Memang, sebagian orang Kristen tidak mau memikirkan akan pentingnya untuk hidup kudus, yaitu untuk berusaha menaati perintah Tuhan. Mereka mungkin beralasan bahwa sebagai manusia mereka tidak mampu untuk menyenangkan Tuhan. Mereka justru sering menuduh orang lain yang berusaha hidup suci sebagai orang munafik. Pandangan seperti ini adalah merendahkan Tuhan yang sudah memberikan Roh Kudus kepada setiap orang yang benar-benar percaya kepada-Nya. Menjadi orang Kristen bukan berarti menjadi orang yang sempurna, tetapi orang yang mau berubah dari hidup lamanya.
Rasul Paulus dengan jelas mengajarkan bahwa kita menerima Roh Kudus pada saat kita percaya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat kita. Melalui 1 Korintus 12:13, ia mengatakan, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Paulus dalam Efesus 1:13-14 mengajar kita bahwa Roh Kudus adalah materai keselamatan bagi setiap orang yang percaya: “Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”.
Dari ketiga ayat di atas, jelas diartikan bahwa Roh Kudus pasti diterima seseorang, pada saat ia dianugerahi keselamatan. Paulus tentunya tidak bisa menyatakan bahwa semua orang telah dibaptis oleh satu Roh dan minum dari satu Roh jika semua orang percaya di Korintus saat itu tidak dianggap sudah memiliki Roh Kudus. Jadi, jelas bahwa pembenaran dan mulainya proses pengudusan terjadi saat yang sama. Di Roma 8:9 bahkan lebih tegas dinyatakan bahwa jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, dia bukan orang Kristen sejati.
Memiliki Roh Kudus menjadi tanda pengenal dari keselamatan. Roh Kudus tidak mungkin menjadi ”materai keselamatan” (Efesus 1:13-14) jika Roh Kudus tidak diterima pada saat keselamatan dianugerahkan. Penerimaan/berdiamnya Roh Kudus terjadi pada momen keselamatan. Kepenuhan Roh Kudus adalah suatu proses yang terus berlanjut dalam kehidupan Kristiani untuk seumur hidup.
Walaupun kita percaya bahwa baptisan Roh Kudus juga terjadi pada momen keselamatan, ada sekelompok orang Kristen yang tidak percaya hal itu. Akibatnya, kadang-kadang baptisan Roh disalahartikan dengan ”menerima Roh Kudus” sebagai sesuatu yang terjadi sesudah orang diselamatkan, dan mungkin saja masih akan terjadi pada suatu saat di masa depan. Ini adalah pandangan yang keliru, yang sering dipakai sebagai alasan untuk mengabaikan firman Tuhan. Pembenaran dan pengudusan adalah karunia penebusan yang tidak dapat dipisahkan, karena itu mengalir dari kesatuan karya Allah Tritunggal dan belas kasih-Nya yang memilih, menebus, dan memperbarui.
Pembenaran dan pengudusan, seperti semua manfaat penebusan, adalah karunia belas kasihan Allah yang cuma-cuma. Bahkan pengudusan, yang membutuhkan kerja sama dari usaha manusia, tetap merupakan karunia belas kasihan. Fakta bahwa Perjanjian Baru menggunakan istilah yang sama untuk menggambarkan pentahbisan yang menentukan dari orang percaya pada pertobatan mereka (pengudusan definitif; misalnya, 1 Kor. 6:11) dan pertumbuhan mereka yang berkelanjutan dalam kekudusan (pengudusan progresif; misalnya, 1 Tes. 5: 23) harus memberi kepastian kepada kita tentang kenyataan ini.
Walaupun pengudusan dalam arti tertentu bersifat sinergis, yang mencakup pekerjaan Allah yang menyucikan dan pekerjaan agen manusia yang dikuduskan, peran penting dari kasih karunia tetap ada. Kita bahkan dapat menyatakan bahwa pengudusan tidaklah kurang berarti jika dibandingkan dengani pembenaran. Sebagai karunia yang diterima oleh orang percaya hanya karena kasih karunia melalui iman dalam Kristus saja, itu adalah hal penyebab definitif kekudusan dalam kehidupan umat pilihan. Pembenaran dan pengudusan tetap tidak dapat dipisahkan karena kesatuannya ada dalam rencana penyelamatan Allah.
Selain itu, ajaran kitab suci tentang penghakiman terakhir menurut perbuatan, menentang segala bentuk ketidakpedulian antinomian terhadap kebenaran sejati orang percaya (mis., 2 Kor. 5:10; 1 Pet. 1:17). Orang-orang percaya dibenarkan oleh iman saja, tetapi mereka akan mengalami penghakiman terakhir menurut perbuatan, di mana perbuatan baik mereka ditampilkan bukan sebagai dasar hukum untuk pembenaran mereka, tetapi sebagai bukti yang diperlukan dari kesatuan iman mereka dengan Kristus. Memang, karya penyelamatan Kristus menghasilkan “penyembuhan ganda”: pembebasan legal dari konsekuensi dosa dan pembebasan transformatif dari pengaruh dosa yang merusak. Pembebasan transformatif inilah yang tidak atau kurang dinyatakan dalam pandangan kaum antinomian. Mereka merasa lega karena merasa sudah menrima pembebasan legal dari konsekuensi dosa.
Karya keselamatan yang terpadu ini muncul bukan dari anugerah ilahi yang umum tetapi dari Allah Tritunggal, yang adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus hanya kepada umat-Nya. Ketidakterpisahan pembenaran dan pengudusan didasarkan pada ketidakterpisahan operasi Allah Tritunggal. Menurut doktrin apropriasi, kita dapat berbicara tentang Bapa yang memilih, Putra yang nenebus, dan Roh Kudus yang melahirkan kembali, tetapi dalam setiap karya kemurahan ilahi ini, Ketuhanan yang tak terbagilah yang bekerja secara bersatu untuk mewujudkan keselamatan umat manusia yang terpilih.
Pagi ini, firman Tuhan menyatakan bahwa pembenaran dan pengudusan tidak dapat dipisahkan dalam pengalaman umat pilihan, karena keduanya adalah satu dalam maksud penyelamatan Allah Tritunggal. Jadi, jika orang Kristen yang membuat pengudusan sebagai suatu karunia tambahan yang tidak penting jika dibandingkan dengan pembenaran adalah membuat kesalahan besar. Pembenaran adalah putusan yang ditetapkan, didasarkan pada kebenaran Kristus saja dan diterima hanya dengan iman, tetapi itu selalu dan pasti menghasilkan pengudusan bagi mereka yang dibenarkan. Oleh karena itu, semua bentuk pandangan antinomianisme yang menyatakan bahwa pengudusan adalah suatu hal yang tidak perlu dipikirkan orang pilihan, harus dilenyapkan dari lingkungan keluarga dan gereja Kristen, karena kita tahu tentang adanya kesatuan tujuan penyelamatan dari Allah Tritunggal.
Apakah Anda benar-benar hidup sebagai orang Kristen? Anda akan bisa menjawab pertanyaan ini jika Anda sudah dikuduskan, dan dengan demikian sudah dibenarkan; yaitu jika Anda bisa merasakan bagaimana Roh Kudus bekerja mengubah Anda secara berkelanjutan, hari demi hari, sehingga hidup Anda makin lama makin menyerupai Yesus.
“Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” 1 Petrus 1:15-16 TB