Tuhan harus makin besar, tetapi kita harus makin kecil

“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Yohanes 3:30

Ayat di atas mungkin cukup dikenal, tetapi agaknya tidak terlalu sering dikhotbahkan di gereja. Perlu diketahui, ayat itu menjelaskan dua aspek kehidupan orang Kristen:

  • Hubungan antara dua tokoh
  • Hubungan umat Kristen dengan Tuhan

Ayat di atas adalah tentang hubungan vertikal dan bukan meengenai hubungan horisontal manusia, yaitu hubungan antar manusia secara umum.

Yohanes Pembaptis datang untuk mengumpulkan orang bagi Mesias yang akan datang, yaitu Yesus (Yohanes 1:23; Yohanes 3:28). Seiring waktu, ketika Yesus sudah dikenal, lebih banyak orang mengikuti Dia daripada Yohanes. Ini sama sekali tidak menunjukkan adanya suatu masalah. Tidak ada yang salah dengan pesan Yohanes, atau pelayanannya. Tujuan dia berkhotbah adalah untuk mendorong orang untuk mengikuti Mesias. Jadi, ketika Yesus nenjadi lebih terkenal, dia justru senang. Di ayat 29, dia membuat analogi tentang seorang sahabat dari pengantin pria di pesta pernikahan. Sahabat itu merasakan kegembiraan ketika pengantin pria mendapat perhatian. Tidak ada iri hati, tidak ada penyesalan.

Yohanes Pembaptis juga tahu bahwa orang tidak dapat mengikuti dia dan Yesus secara bersamaan. Jika pesannya diturut pengikutnya, mereka pindah dari pelayanannya, dan menjadi murid Yesus. Ini adalah situasi yang sama yang dialami oleh para pemimpin Kristen saat ini. Tujuan utama penginjilan, pengajaran dan khotbah seharunya untuk mengajak masyarakat untuk mengikut Yesus, bukan untuk memenuhi gereja mereka. Dan pada titik tertentu, orang-orang itu harus tumbuh dan menjadi dewasa dalam iman. Inti dari pelayanan bukanlah untuk membuat pendeta dan gerejanya terlihat baik, atau membuat pendeta dan gereja lain terlihat buruk, tetapi untuk membantu sesama manusia, siapa pun juga, dalam kerohanian mereka.

Dengan meniru jejak Yohanes, pemimpin Kristen yang baik tidak akan menjelek-jelekkan orang atau gereja yang berlainan teologinya. Seorang Kristen sejati akan percaya bahwa Tuhanlah yang harus makin dipermuliakan, dan bukan diri sendiri atau pengajarannya. Dalam segala tindak tanduk, cara mengajar dan memimpin, pemimpin Kristen sejati tidak akan meninggikan egonya dan menganggap semua orang yang berbeda teologinya adalah keliru. Ini tentu saja berbeda dengan kenyataannya, di mana banyak tokoh-tokoh gereja di saat ini sering saling menyerang dan menista di berbagai media elektronik. Mereka lupa bahwa membesarkan nama Tuhan dan menggembalakan domba-Nya adalah tugas utama mereka.

Sebenarnya, Yohanes Pembaptis lebih tepat disebut, Yohanes Saksi. Dari saat konsepsinya, dia bersaksi tentang Mesias. Malaikat mengumumkan bahwa Yohanes akan dipenuhi dengan Roh Kudus ketika dia masih dalam kandungan, dan dia akan memimpin orang Israel kembali kepada Tuhan, Allah mereka. Dia adalah pendahulu Yesus yang dinubuatkan, yang datang dalam roh dan kuasa Elia. Ayah Yohanes mengumumkan bahwa Yohanes akan menjadi seorang nabi besar dan membawa umat Allah ke arah pengetahuan tentang keselamatan melalui pengampunan dosa mereka.

Dalam pelayanannya, Yohanes memberikan kesaksian tentang pribadi dan karya Kristus. Seperti Yohanes, setiap orang Kristen sejati yang sudah dikaruniai Roh Kudus patutlah disebut sebagai saksi Kristus. Kita menjadi saksi-Nya di rumah, di sekolah, di kantor dan di mana saja, dan mau mengajak orang lain ke jalan yang benar dengan kesabaran dan kelemahlembutan. Dalam kita bersaksi kita harus menghindari debat terbuka, karena hal itu sama sekali tidak berguna untuk kemuliaan Tuhan, dan malah mengacaukan jemaat gereja yang mendengarnya (2 Timotius 2: 14). Kita harus dengan sabar dan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat (2 Timotius 3: 24-25). Kita harus memimpin mereka sehingga mereka rajin mencari kebenaran firman Tuhan. Kita menempatkan diri kita sebagai hamba Kristus.

Jika kita mempertimbangkan cara Yohanes memberikan kesaksian tentang Kristus, kita memahami mengapa dia menulis, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Meskipun Yohanes mendapat pujian besar sebagai nabi Allah setelah 400 tahun keheningan kenabian, Yohanes tidak segan untuk menyatakan bahwa Yesus harus menjadi semakin penting, sementara ia menjadi semakin tidak penting. Tidak ada nabi yang lebih besar dari Yohanes Pembaptis, tetapi dia menyatakan bahwa dirinya tidak cukup layak untuk membawa kasut Yesus, untuk siapa dia bersaksi.

Yohanes mengidentifikasi Yesus sebagai Mesias yang diurapi, setara dengan Bapa. Dia memproklamasikan Dia sebagai Dia yang kekal, yang datang setelah dia dan sudah ada sebelum dia. Yohanes juga mengidentifikasi Yesus sebagai Dia yang diutus untuk menghalau kegelapan rohani dan yang datang sebagai Tuhan dari surga.

Baik Yohanes maupun para pengikut setianya harus sepakat bahwa Yesus, dan bukan Yohanes, adalah Manusia yang harus diikuti. Seandainya Yohanes tidak setia pada wahyu yang diterimanya, dia dapat membujuk para pengikutnya untuk menghormatinya lebih tinggi daripada Tuhan Yesus, tetapi Yohanes mengetahui kebenaran dan dia bersaksi, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.

Seperti Yohanes, kita harus menahan godaan untuk menjadi hebat di hadapan orang lain, sedemikian rupa sehingga mengurangi pentingnya Kristus dan panggilan-Nya – agar setiap orang mau bertobat untuk menerima keselamatan. Kita juga tidak boleh mengabaikan berbagai perintah Yesus yang sudah diberikan kepada murid-murid-Nya, sebab kita tidaklah lebih tinggi dari mereka yang sudah dikuduskan sebelum kita. Jika mereka tunduk kepada perintah Yesus, kita pun harus demikian. Apa yang diperintahkan-Nya (yang sering dimulai dengan kata “hendaklah”) sering kali kita baca di Alkitab, tetapi karena berbagai alasan kita mungkin merasa segan untuk melakukannya. Yohanes mengingatkan kita: “Yesus harus bertambah penting dan berpengaruh dalam hidup saya, dan saya harus tunduk kepada perintah-Nya”.

Ketika kita mau memberikan Yesus tempat yang selayaknya dalam hidup kita, sebagai Raja kita, kita dapat yakin bahwa kita berada dalam kehendak Allah, dan dapat melayani tujuan-Nya dalam hidup kita. Di mana pun kita berada, apa pun pekerjaan kita, apa pun peran kita dalam Tubuh Kristus, dan betapapun luas atau kecilnya pelayanan kita – ketika Yesus menjadi pusat dalam setiap bidang kehidupan, kita harus mau berkata, “Peran Dia harus ditinggikan, tetapi peran saya harus direndahkan.” Jika kita dapat bersaksi tentang kebenaran ini, kita dapat yakin bahwa kita adalah umat-Nya yang sejati, yang berada di tempat yang tepat dan berada di pusat tujuan dan rencana-Nya bagi hidup kita.

“Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” Filipi 2:2

Tinggalkan komentar