Jawab Yesus kepadanya: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Matius 22:37-40

Ayat di atas adalah ayat yang sangat terkenal, yang merupakan jawaban Yesus kepada pertanyaan orang Farisi. Ketika itu orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki bungkam. Lalu berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: ”Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”. Lalu Yesus menjawab mereka dengan mengemukakan dua hukum yang paling utama itu.
Untuk apa hukum Tuhan diberikan kepada manusia? Kita tahu bahwa hukum Taurat diberikan kepada umat Israel agar mereka bisa hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Tetapi, mereka tidak dapat melaksanakan hukum itu dengan baik, dan malahan sering melanggarnya. Hukum Taurat, jika kita harus jalankan seperti umat Israel dulu, tentu akan membawa kegagalan bagi kita seperti apa yang dialami mereka. Kalau begitu, apa guna hukum itu dan mengapa Tuhan memberikannya kepada umat Israel?
Pernah terjadi, ada seorang yang kaya datang kepada Yesus, dan berkata: ”Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: ”Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” (Matius 16: 17-17). Orang itu dengan yakin mengatakan bahwa ia sudah menjalankan semua hukum Taurat. Tetapi, ketika Yesus menyuruhnya untuk menjual segala hartanya dan memberikan hasilnya kepada orang miskin, orang itu mundur dan pergi dengan sedih hati. Mengapa? Ia mengasihi hartanya lebih dari Tuhannya!
Mungkin kita berpikir bahwa Yesus memberikan perintah yang terlalu berat untuk membuat orang itu tidak bisa melaksanakannya. Memang, jika kita menempatkan diri pada kedudukan orang itu, kita juga akan gagal. Siapakah yang dapat mengurbankan segala yang ada untuk mengikut Yesus? Tetapi, sebenarnya Yesus bukan sengaja membuat orang itu gagal. Orang itu gagal karena memang ia sangat mencintai hartanya, dan Yesus bisa melihat itu sekalipun orang lain tidak tahu. Orang lain mungkin melihat orang itu sebagai orang yang saleh, tetapi Yesus tahu bahwa bagi orang itu hartalah yang selalu mendapat perhatian utama.
Kedua hukum yang utama di atas adalah apa yang harus kita laksanakan sekarang. Tetapi, seperti jawaban Yesus kepada orang kaya di atas, kita diperintahkan untuk mengasihi Allah dengan segenap hati kita dan dengan segenap jiwa kita dan dengan segenap akal budi kita, dan itu berarti kita harus selalu memuliakan Dia di setiap saat dengan menaati perintah dan hukum-Nya. Ini tentu saja sangat sulit untuk dilakukan, untuk tidak dikatakan mustahil.
Memuliakan Allah juga berarti mencerminkan citra Yesus, yaitu mengasihi, dan mengasihi dengan murah hati, seperti yang dilakukan-Nya. Percaya kepada Yesus berarti percaya bukan hanya pada apa yang Dia lakukan untuk kita tetapi juga pada hikmat hidup yang Dia contohkan bagi kita. Tidak seorang pun dapat memuliakan Allah sesempurna Kristus, itulah sebabnya kita membutuhkan belas kasihan Allah.
Menjalankan hukum Allah secara sempurna sudah tentu tidak dapat dilakukan oleh siapa saja, Allah tahu akan hal itu, tetapi tetap memberikannya dengan maksud bahwa setiap orang sadar akan kelemahan mereka dan hanya bergantung kepada Dia untuk kemurahan-Nya. Tuhan melihat apa yang kita lakukan bagi-Nya dengan melihat apa yang ada dalam pikiran dan hari kita, yaitu apakah kita mempunyai maksud yang tulus untuk menaati perintah-Nya – tanpa membiarkan keseganan kita dan keraguan akan kebijaksanaan-Nya menguasai hidup kita.
Banyak orang Kristen yang tidak mau berusaha untuk menaati hukum Tuhan dengan berbagai alasan, tetapi dua alasan yang paling sering dikemukakan di kalangan gereja Protestan adalah: (1) Mereka diselamatkan karena karunia dan bukan karena ketaatan akan hukum Tuhan, dan (2) Mereka tidak mampu untuk menaati hukum Tuhan dengan sempurna. Orang-orang ini lupa bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tetapi yang ada adalah orang beriman yang makin lama makin dewasa, makin sempurna dan makin lama makin mau menaati perintah Tuhan.
Perumpamaan tentang talenta (Matius 25:15-30) dapat memberi gambaran akan ketaatan kepada perintah Tuhan. Semua orang Kristen sejati tetap harus menghargai hulum Taurat dan segala hukum dan perintah yang diberikan oleh Yesus dan berusaha menaatinya dengan berjuang keras seperti seorang hamba yang diberi sejumlah uang dan menurut perintah tuannya untuk bekerja dan mendapat laba. Sang tuan menghargai ketaatan hambanya, bukan jumlah laba yang diperolehnya.
“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Matius 25:23
Mengapa kita harus menaati perintah Tuhan? Jawabnya hanya satu: karena itulah yang dikehendaki Tuhan. Tuhan memberikan firman dan hukum-Nya bukan hanya untuk dilihat atau diingat, tetapi untuk ditaati. Ditaati oleh siapa? Ditaati oleh umat-Nya, orang yang sudah diselamatkan. Karena hanya orang yang sudah diselamatkan dapat mengerti bahwa pelaksanaan hukum Tuhan adalah baik, sekalipun tidak membawa keselamatan. Sebaliknya, orang yang belum diselamatkan akan memandang hukum Tuhan adalah suatu kebodohan dan berpikir bahwa usaha untuk menaatinya hanya membuang waktu (pendapat hamba yang mendapat satu talenta).
“Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.” Roma 7:12
Kembali kepada hal menaati hukum Tuhan, bagaimana kita bisa melaksanakannya jika umat Israel gagal total? Pertama, ada beda besar antara umat Israel dan umat bukan Israel. Pada zaman umat Israel, hukum Tuhan dimaksudkan agar bangsa Israel, pilihan Tuhan, dibedakan dari bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan. Mereka diajar untuk hidup menurut disiplin hukum karena mereka masih menantikan kedatangan Yesus. Hubungan mereka dengan Tuhan hanyalah melalui para nabi dan hakim yang menyampaikan kehendak Tuhan satu demi satu agar rencana-Nya terjadi.
Pada zaman sekarang, umat Kristen sudah memiliki hukum Tuhan yang tertulis secara lengkap dalam Alkitab, bersama pedoman pelaksanaannya yang ditulis oleh para rasul. Lebih dari itu, hukum itu sudah tertulus dalam hati kita (Roma 2:15), yang menunjukkan apa yang baik dan apa yang jahat. Karena Yesus sudah datang ke dunia dan menebus dosa kita, Ialah yang akan melengkapi segala kekurangan kita dalam menjalankan hukum. Tidak perlu lagi kita memakai binatang untuk kurban, karena Yesus sudah disalibkan. Dengan demikian, apa yang dituntut dari kita hanyalah iman kepada Yesus, sedangkan adanya hukum masih berguna bagi umat Tuhan sebagai sarana untuk pengudusan. Melalui hukum kita melihat kekurangan kita, mencoba memperbaikinya dengan pertolongan Roh Kudus, dan berusaha sekuat kita untuk menyatakan rasa syukur kita kepada Dia yang sudah menebus kita dan memuliakan nama-Nya.
Pagi ini, masih adakah perasaan ragu atau segan bagi kita untuk menaati perintah dan hukum Tuhan? Adanya hukum Tuhan bukan untuk membuat kita sengsara. Karena kita tidak akan dapat melaksanakannya secara sempurna, usaha menaati hukum Tuhan tidak seharusnya membuat kita sombong. Sebaliknya, hukum Tuhan berguna agar kita makin mengenal Tuhan dan karakter-Nya, untuk menyadari ketergantungan kita kepada-Nya, untuk menyatakan rasa syukur kita, dan juga berguna untuk membuat kita menjadi umat Kristen yang selalu rindu untuk bertumbuh dalam iman; agar makin lama makin sempurna, karena Roh Kudus yang sudah diberikan kepada setiap orang Kristen sejati.