“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.” 2 Petrus 1:5-7

Dalam ayat di atas, rasul Petrus menganjurkan umat Kristen untuk bersungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan berbagai hal yang baik kepada iman mereka. Di antara hal-hal yang menjadi kewajiban umat Kristen untuk diusahakan dengan sungguh-sungguh adalan penguasaan diri. Jika iman datang dari Tuhan, penguasaan diri (self control) yang tertulis dalam ayat di atas adalah salah satu dari buah-buah Roh yang diberikan Tuhan kepada semua orang percaya.
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Galatia 5:22-23
Kata penguasaan diri dalam bahasa Yunani adalah ἐγκράτεια (enkráteia), yang bermakna “mempunyai kuasa atas” (kata dasar “krat-” seperti pada kata “demokrat”, yang berarti “pemerintahan”), atau “kepemilikan atas kelakuan sendiri.” Bagaimana orang Kristen bisa menguasai dirinya sendiri sesudah diselamatkan? Pengakuan Westminster Bab 9 Poin 4 menjelaskan:
“Bila Allah membuat orang berdosa bertobat dan memindahkan dia ke kedudukan seorang yang telah beroleh rahmat, Dia membebaskannya dari perhambaan kodratnya di bawah dosa dan oleh rahmat-Nya semata-mata menjadikan dia mampu menghendaki dan melakukan apa yang baik secara rohani. Akan tetapi, caranya begitu rupa sehingga, disebabkan kerusakan yang masih tinggal padanya, ia tidak menghendaki apa yang baik itu secara sempurna, dan hanya itu saja, tetapi menghendaki juga apa yang jahat.”
Salah satu definisi dosa adalah “memenuhi kebutuhan yang sah melalui cara yang tidak sah.” Tanpa kuasa Roh Kudus, kita tidak mampu mengetahui dan memilih cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan kita. Bahkan jika kita tahu apa yang terbaik, seperti tidak merokok, tidak melakukan perbuatan amoral, dan tidak mengejar kenyamanan, tanpa Roh Kudus semua itu akan diutamakan dan memperbudak kita lagi.
Ketika kita diselamatkan oleh pengorbanan Kristus, kita dibebaskan (Galatia 5:1). Kebebasan itu mencakup, antara lain, kebebasan dari dosa. “Manusia lama kita telah disalibkan bersama Dia agar tubuh dosa dihapuskan, sehingga kita tidak lagi menjadi hamba dosa” (Roma 6:6). Sekarang, ketika Roh memberi kita pengendalian diri, kita dapat menolak dosa. Itu jika kita mau menurut suara Roh Kudus, karena Roh Kudus tidak memaksa kita.
Di sini kita mendapat pengertian bahwa setiap orang yang sudah diselamatkan diberi kemampuan oleh Tuhan agar mampu menghendaki dan melakukan apa yang baik. Ini berarti bahwa mereka akan dapat menguasai diri untuk tidak melakukan apa yang jahat dalam pandangan Tuhan. Walaupun demikian, orang Kristen bukanlah orang yang sempurna selama hidup di dunia. Karena itu ia terkadang masih jatuh ke dalam dosa karena ia tidak dapat sepenuhnya menguasai diri.
Buah Roh adalah perubahan karakter kita yang terjadi karena pekerjaan Roh Kudus di dalam kita. Kita tidak menjadi orang Kristen dengan usaha sendiri, dan kita tidak dapat bertumbuh dengan sendirinya. Filipi 2:13 mengatakan bahwa “… Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Setiap hal baik yang mampu kita lakukan adalah buah karya Roh dalam hidup kita.
Pengendalian diri tentu saja, adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Itu melibatkan moderasi, paksaan, dan kemampuan untuk mengatakan “tidak” pada keinginan dasar dan nafsu daging kita. Memang, salah satu bukti karya Tuhan dalam hidup kita adalah kemampuan untuk mengendalikan pikiran, perkataan, dan tindakan kita sendiri.
Orang percaya membutuhkan pengendalian diri karena dunia luar dan kekuatan internal masih menyerangnya (Roma 7:21-25). Seperti kota yang rentan, kita harus memiliki pertahanan. Seperti tembok di sekeliling Yerusalem dirancang oleh Nehemia untuk mencegah musuh. Para penjaga gerbang menentukan siapa yang boleh masuk dan siapa yang harus tetap berada di luar. Tentara dan gerbang menegakkan keputusan itu (Nehemia7:1-3).
Dalam hidup kita, pertahanan ini mungkin termasuk menghindari hubungan dekat dengan orang dunia, bersekutu dengan orang percaya lainnya, menghindari kegiatan yang bisa menjerumuskan kita ke dalam dosa, dan merenungkan Firman Tuhan yang memberi hidup. Kita tidak menunjukkan pengendalian diri kalau terus-menerus bermain-main dengan apa yang bisa memperbudak kita lagi.
Pengendalian diri secara alami mengarah pada ketekunan (2 Petrus 1:6) karena kita menghargai kebaikan jangka panjang daripada kepuasan dunia yang instan. Pengendalian diri adalah karunia yang membebaskan kita. Ini membebaskan kita untuk menikmati manfaat dari tubuh jasmani dan rohani yang sehat. Itu membebaskan kita untuk bisa beristirahat dalam kedamaian dan penatalayanan yang baik. Itu membebaskan kita dari hati nurani yang bersalah. Pengendalian diri membatasi pengutamaan keinginan bodoh kita, dan kita menemukan kebebasan untuk mencintai dan hidup yang diberikan Tuhan sebagaimana seharusnya.