Berilah contoh yang baik kepada orang lain

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” 1 Timotius 4:12

Timotius dan Paulus

Salah satu pepatah yang saya ingat sampai sekarang adalah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Pepatah yang dikenal di Indonesia dan Malaysia ini mengandung makna bahwa murid akan mencontoh perilaku gurunya. Karena apa yang disinggung adalah perbuatan yang tidak pantas, maka jelas itu berarti mereka yang lebih muda akan meniru perbuatan buruk orang yang lebih tua dan bahkan akan melakukannya secara lebih buruk. Oleh karena itu, jika orang tua menginginkan anak yang baik, tentunya mereka perlu menjadi teladan yang baik. Begitu juga seorang pemimpin harus memberikan contoh yang baik bagi orang bawahannya.

Ayat-ayat dalam 1 Timotius 4 memberikan perspektif penting sebelum instruksi Paulus berikutnya. Setelah memberikan detail kepada Timotius tentang bagaimana memilih pemimpin gereja, dan perilaku yang tepat dari anggota gereja, bab ini sebagian besar berfokus pada pilihan rohani pribadi Timotius sendiri. Secara khusus, Paulus menginstruksikan dia untuk rajin, setia, dan siap. Taruhannya tinggi – baik bagi Timotius maupun mereka yang dipanggil untuk memimpin. Bab ini menekankan pentingnya melatih rohani yang baik, yang merupakan kunci ketika mempertimbangkan nasihat Paulus dalam perikop sebelum dan sesudah kata-kata ini.

Ayat 1 Timotius 4:11–16 berfokus pada perilaku pribadi Timotius sendiri sebagai pemimpin gereja Kristen. Paulus menekankan ide-ide seperti ketekunan, keyakinan, dan kesetiaan. Yang sangat penting adalah bahwa Timotius hidup sebagai teladan bagi orang percaya lainnya. Di antara hal yang paling kuat untuk melawan ajaran palsu adalah hasil positif yang dapat dihasilkan oleh ajaran yang benar. Ayaran yang benar tidak hanya menyatakan ajaran lain adalah salah, tetapi juga menganjurkan dan bahkan menyuruh orang untuk melakukan apa yang benar, supaya menghasilkan apa yang baik. Ayaran yang baik bukan hanya teori, tetapi harus mencakup praktik nyata. Bersamaan dengan mengajarkan kebenaran, Timotius harus menghidupinya. Dengan mengabdikan dirinya pada prinsip-prinsip ini, Paulus meyakinkan Timotius bahwa dia dapat menjadi pengaruh positif yang kuat bagi orang lain.

Ayat di atas sering dikutip untuk pelayanan pemuda dan pemimpin muda. Meskipun Timotius mungkin berusia awal 30-an ketika surat ini ditulis, kata-kata tersebut berlaku untuk setiap pemimpin gereja, tanpa memandang usia. Ayat ini juga berlaku bagi kepala keluarga atau orang tua yang harus memberi contoh yang baik bagi seluruh anggota keluarga, dan bahkan berlaku bagi setiap orang Kristen agar bisa menjadi teladan bagi masyarakat di sekitarnya. Mereka yang memberi contoh yang tidak baik, mereka yang tidak mengajarkan apa yang baik, dan mereka menentang apa yang baik, akan membuat orang lain untuk berbuat tidak baik.

Paulus menulis bahwa Timotius tidak boleh membiarkan siapa pun memandang rendah dirinya karena usianya. Sepanjang sejarah manusia, ada kecenderungan generasi yang lebih tua untuk mengabaikan mereka yang lebih muda, hanya karena mereka masih muda. Untuk mengatasi hal ini, pengaruh seorang pemimpin muda harus datang melalui teladannya. Dalam konteks khusus ini, “teladan” diberikan kepada orang Kristen, bukan untuk orang yang tidak percaya. Meskipun keduanya penting (Matius 5:16), Paulus berfokus pada kepemimpinan dalam kalangan umat Kristen dalam ayat ini. Nasihat ini berlaku di antara mereka yang sudah lahir baru dan mendapat karunia Roh Kudus yang memimpin hidup mereka.

Paulus memberikan lima bidang khusus di mana Timotius harus menjadi teladan. Pertama adalah kata-katanya. Kedua perbuatannya, yang harus mencerminkan teladan kesalehan. Ketiga, kasih dan imannya harus menjadi teladan. “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.” (1 Timotius 1:5). Kelima, teladan Timotius adalah memasukkan “kemurniannya”, baik secara fisik dalam perilakunya di sekitar wanita muda (1 Timotius 5:2) maupun dalam kerohaniannya (1 Timotius 5:22).

Pagi ini, kita wajib bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah kita pernah membayangkan bahwa dalam hidup kita adalah seperti Timotius di antara orang-orang yang masih mencari jalah untuk hidup sebagai umat Tuhan? Mereka sudah dibebaskan dari perhambaan dosa, tetapi masih belajar untuk mengabdikan diri kepada Tuhan. Apakah Anda pernah memikirkan adanya kemungkinan bahwa apa yang Anda perbuat dalam hidup sehari-hari mungkin ditiru oleh orang lain dan membuat hidup mereka tidak atau lambat berubah dari apa yang ada dalam hidup yang lama? Ingatlah bahwa setiap orang Kristen adalah Timotius bagi orang lain, dan bertanggung jawab untuk mengajarkan dan mempraktikkan apa yang baik, yang sesuai dengan firman Tuhan, agar nama Tuhan dipermuliakan.

Tinggalkan komentar