Pertobatan adalah karunia Tuhan

”Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Markus 1: 15

Di sepanjang Kitab Suci, Allah memanggil orang berdosa untuk bertobat dan percaya. Pertobatan dan iman adalah tanggapan yang diperlukan terhadap janji-janji Allah dan pesan Injil. Iman adalah memercayai Allah yang dijanjikan dan merangkul Tuhan Yesus Kristus sebagaimana Ia ditawarkan secara cuma-cuma kepada orang berdosa dalam Injil. Dari catatan paling awal tentang karya Allah dalam sejarah penebusan, kita menemukan bahwa iman adalah pusat kehidupan umat Allah.

Dari ayat di atas, kita dapat melihat bahwa iman dan pertobatan adalah adalah tindakan yang berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan. Saat orang percaya hidup dengan iman dan pertobatan, mereka tetap berada di jalan sempit yang menuntun pada kehidupan. Ketekunan mereka dalam iman Kristen ditopang oleh anugerah Allah yang memelihara, membekali mereka dengan pembaharuan Roh Kudus untuk iman dan pertobatan yang dituntut oleh Allah.

Saat Abraham percaya, dia dibenarkan di hadapan Allah. Imannya bukanlah lompatan buta atau harapan yang tidak rasional. Sebaliknya, Kitab Suci mengungkapkan bahwa iman Abraham didasarkan pada kepastian janji-janji Allah dan pertimbangan yang masuk akal tentang karakter Allah (Ibrani 11:19). Iman dan akal tidak bertentangan satu sama lain (Ibrani 11:1). Iman yang dengannya Allah membenarkan umat-Nya adalah iman yang sama yang dengannya mereka dikuduskan saat mereka melanjutkan hidup Kristen. Iman memiliki berbagai tindakan yang dengannya ia dijalankan. Dalam pembenaran, iman bersifat pasif – yaitu, iman yang membenarkan hanya menerima.

Iman yang membenarkan adalah iman yang menerima dan bersandar pada Yesus Kristus saja sebagaimana Dia ditawarkan kepada kita dalam Injil. Iman bukanlah pekerjaan yang kita lakukan yang dengannya kita pantas atau bisa memperoleh kesalehan. Iman itu sendiri tidak membuktikan adanya kebenaran; itu adalah tangan terbuka yang menerima kebenaran Kristus yang menyelamatkan. Hakikat kehidupan Kristiani adalah “iman yang bekerja oleh kasih” (Galatia 5:6). Kitab Suci mengajarkan bahwa mereka yang bebar-benar diberi karunia iman yang menyelamatkan oleh Allah akan tetap percaya kepada Kristus sampai akhir hayatnya karena Ia memelihara mereka dalam iman (Filipi 1:6).

Kitab Suci juga menyoroti peran pertobatan dalam kehidupan orang percaya. Pertobatan adalah tindakan manusia yang berpaling dari dosa kepada Allah dengan harapan menerima belas kasihan yang Dia sediakan dengan cuma-cuma di dalam Kristus. Doa pertobatan Daud dalam Mazmur 51 mencontohkan sifat pertobatan sejati dalam kehidupan orang percaya. Perumpamaan tentang anak yang hilang mengajarkan bahwa pertobatan mencakup pemulihan kepekaan rohani (Lukas 15:17). Rasul Paulus membedakan antara pertobatan sejati dan pertobatan palsu dalam 2 Korintus 7:10,

“Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.”

Dengan demikian, tidak semua ducacita dan penyesalan manusia akan menuju ke arah pengampunan Tuhan. Banyak dukacita dan penyesalan manusia yang justru membuat mereka membenci Tuhan dan sesamanya; dan karena mereka mengingkari kedaulatan Tuhan, sering berakibat fatal secara rohani maupun jasmani.

Pertobatan yang menyelamatkan, atau pertobatan untuk hidup baru, didorong oleh penyesalan (kesedihan sejati karena menyinggung Tuhan) atas dosa di hadapan Allah yang baik dan kudus bersamaan dengan pengakuan bahwa Dia telah menyediakan jalan pengampunan melalui pengorbanan Kristus. Seperti halnya iman, pertobatan adalah anugerah Allah yang menyelamatkan. Manusia tidak dapat bertobat kepada Tuhan, jika ia tidak diberi pengenalan akan Tuhan. Pertobatan kepada kehidupan adalah anugerah yang menyelamatkan, di mana orang berdosa, dari kesadaran yang sebenarnya akan dosanya dan pemahaman akan belas kasihan dari Allah di dalam Kristus, dengan kesedihan dan kebencian akan dosanya, berpaling kepada Allah, dengan tujuan penuh, usaha keras, dan ketaatan baru.

Seperti halnya iman, pertobatan memiliki tempat yang terus-menerus dalam kehidupan orang Kristen. Orang percaya tidak hanya bertobat dari dosa-dosa mereka pada awal hidup baru mereka, tetapi juga bertobat dari dosa-dosa baru yang terjadi sesudahnya. Itu karena manusia yang sudah diselamatkan adalah manusia yang belum sempurna selama hidup di dunia. Tidak mengheranlan, Martin Luther pernah menyatakan, “Tuhan kita Yesus Kristus menghendaki seluruh hidup orang percaya menjadi satu pertobatan.”

Kabar baik dari Injil Kristus adalah bahwa Allah membenarkan mereka yang menerima janji-Nya hanya dengan iman. Bagaimana sesuatu yang abstrak seperti itu bisa diterima manusia? Hanya karena kasih karunia, Allah Bapa menganugerahkan kebenaran Yesus Kristus kepada orang percaya. Melalui iman, orang percaya dipersatukan dengan Kristus dan mengambil bagian dalam kebenaran Kristus, yang terdiri dari ketaatan-Nya yang sempurna terhadap semua yang dituntut oleh hukum Allah. Karena itu manusia bisa dibenarkan sekalipun tidak bisa taat kepada hukum Allah secara sempurna.

Banyak yang memahami istilah pertobatan (bahasa Ibrani: teshuva) sebagai “berpaling dari dosa.” Menyesali dosa dan berpaling darinya berkaitan dengan pertobatan, tetapi bukan arti sebenarnya dari kata tersebut. Definisi alkitabiah singkat tentang pertobatan adalah “perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tindakan.” Alkitab memang memberi tahu kita bahwa pertobatan sejati akan menghasilkan perubahan tindakan (Lukas 3:8–14; Kisah Para Rasul 3:19). Bertobat bukan hanya dalam pikiran, tapi harus dinyatakan dalam tindakan. Dalam meringkas pelayanannya, Paulus menyatakan, “mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” (Kisah Para Rasul 26:20).

Pertobatan melibatkan pengakuan bahwa kita telah salah berpikir di masa lalu dan memutuskan untuk berpikir secara benar di masa depan. Orang yang bertobat memiliki “pikiran kedua” tentang pola pikir yang dianut sebelumnya. Ada perubahan watak dan cara berpikir baru tentang Tuhan, tentang dosa, tentang kekudusan, dan tentang melakukan kehendak Tuhan. Pertobatan sejati didorong oleh dukacita yang dikehendaki Allah, dan itu menghasilkan keselamatan.

Pertobatan bukanlah pekerjaan yang bisa kita lakukan untuk memperoleh keselamatan. Tidak ada yang bisa bertobat dan datang kepada Tuhan kecuali Tuhan menarik orang itu kepada-Nya (Yohanes 6:44). Pertobatan adalah sesuatu yang Allah berikan—itu hanya mungkin karena kasih karunia-Nya (Kisah Para Rasul 5:31; 11:18). Tidak ada orang yang bisa bertobat kecuali Tuhan mendorong ke arah pertobatan. Semua aspek keselamatan, termasuk pertobatan dan iman, adalah hasil dari Allah yang menarik kita, membuka mata kita, dan mengubah hati kita. Kepanjangsabaran Allah menuntun kita pada pertobatan (2 Petrus 3:9), demikian pula kebaikan-Nya (Roma 2:4).

Sementara pertobatan bukanlah pekerjaan manusia yang menghasilkan keselamatan, pertobatan untuk keselamatan memang menghasilkan perbuatan. Tidak mungkin untuk benar-benar mengubah pikiran Anda tanpa mengubah tindakan Anda dengan cara tertentu. Dalam Alkitab, pertobatan menghasilkan perubahan perilaku. Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis memanggil orang-orang untuk “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:8). Seseorang yang benar-benar telah bertobat dari dosa dan menjalankan iman kepada Kristus akan memberikan bukti kehidupan yang diubahkan (2 Korintus 5:17; Galatia 5:19–23; Yakobus 2:14–26). Pertobatan Zakheus adalah salah satu contoh yang ada dalam Alkitab (Lukas 19).

“Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ‘Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Lukas 19: 8

Pagi ini firman Tuhan menyatakan bahwa pertobatan diperlukan untuk keselamatan. Pertobatan yang datang dari Tuhan pasti akan mengubah pikiran Anda tentang dosa Anda – dosa bukan lagi sesuatu untuk dipermainkan; itu adalah sesuatu yang harus ditinggalkan saat Anda “melarikan diri dari murka yang akan datang” (Matius 3:7). Itu juga mengubah pikiran Anda tentang Yesus Kristus – Dia tidak lagi dicemooh, diremehkan, atau diabaikan; Dia adalah Juruselamat untuk dilekati; Dia adalah Tuhan yang harus disembah dan dipuja d dalam hidup kita.

Tinggalkan komentar