Mengapa Tuhan membiarkan sebagian orang tenggelam dalam dosa mereka

“Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.” Roma 9: 18

Ayat diatas adalah ayat yang sulit dimengerti, yang bersangkutan dengan hal kedaulatan Tuhan dalam memilih manusia untuk menjadi pengikut-Nya. Ayat ini sudah sering didiskusikan di kalangan umat Kristen.

Bagaimana Tuhan yang mahakasih dan mahaadil juga bisa menjadi Tuhan yang menghukum dan seolah berat sebelah? Mengapa Tuhan memilih orang-orang tertentu untuk menjadi pengikut-Nya dan orang-orang lain untuk menjadi musuh-Nya? Mengapa Tuhan membuat musuh-Nya akhirnya dipermalukan dan dihancurkan? Banyak orang Kristen yang menyatakan bahwa Tuhan tentu boleh dan bisa melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Walaupun begitu, kita tahu bahwa orang dapat mengenal Tuhan dan diampuni melalui darah Kristus karena belas kasihan Tuhan. Sebaliknya, banyak orang yang dalam kebebasan mereka memilih hidup dalam dosa dan hidup tanpa mengenal Tuhan yang benar, akhirnya mendapat hukuman yang setimpal. Lalu mengapa Tuhan tidak membuat semua orang di dunia untuk takluk kepada-Nya?

Jauh sebelum Yesus datang ke dunia, ada seorang Firaun di Mesir yang keras kepala. Berkali-kali Musa memintanya agar membiarkan umat Israel untuk keluar dari tanah Mesir, tetapi Firaun itu selalu berkeras hati dan tidak mau memberi izin. Dengan keangkuhannya, ia sudah menentang Tuhan dan utusanNya, Musa dan Harun. Karena tindakan Firaun itu, yang berkali-kali diambilnya dengan kesadaran penuh, Tuhan tidak lagi mau mengasihaninya. Tuhan membuat hati Firaun menjadi semakin keras, dan akhirnya ia harus membayar keangkuhannya dengan berbagai malapetaka di Mesir dan kematiannya yang tragis (baca Keluaran 7 – 14). Semua orang dalam peristiwa ini (orang Israel dan orang Mesir) adalah orang berdosa, tetapi Tuhan tidak menunjukkan perlakuan yang sama. Mereka yang jelas-jelas memusuhi Dia, akan menerima hukuman yang lebih berat; semua itu adalah hak Tuhan, tetapi Dia bukannya Tuhan yang semena-mena.

Menimbang situasi dunia saat ini, mungkin ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita. Mengapa ada orang yang mau dan bisa percaya kepada Tuhan, tetapi ada juga orang yang tidak mau dan tidak bisa percaya? Mengapa ada orang yang bukan saja tidak mau percaya kepada Yesus, tetapi juga sangat membenci Dia dan pengikut-Nya?

Setiap manusia pada hakikatnya adalah orang berdosa yang tidak dapat menyenangkan Tuhan. Dengan demikian, manusia tidak akan bisa mengenal Tuhan jika Tuhan tidak memberinya kemampuan untuk itu. Dengan kodratnya, manusialah yang dari mulanya dengan sadar memilih untuk menjadi musuh Tuhan. Tuhan mungkin membiarkan manusia menentang kehendak-Nya untuk sementara waktu. Cepat atau lambat, Tuhan akan bertindak untuk membuat apa yang dikehendaki-Nya terjadi. Jika demikian, hal ini bisa terjadi melalui kejadian-kejadian yang luar biasa yang bisa membuat manusia sadar bahwa Tuhan yang mahakuasa tidak dapat dihentikan manusia.

Tuhan bisa memakai reaksi manusia untuk mencapai maksud-Nya dan menunjukkan kebesaran-Nya. Apa yang terjadi pada Firaun di Mesir menunjukkan penolakan Tuhan atas mereka yang menutup hati mereka kepada Tuhan, dan apa yang terjadi pada Saulus dengan pertobatannya kepada Yesus Kristus menunjukkan penerimaan Tuhan atas mereka yang mau mengikut Dia (Kisah Para Rasul 9: 1 – 20). Tuhan berkuasa dan berhak untuk memilih orang-orang tertentu untuk melayani Dia, dan Ia bisa membiarkan orang yang tidak tunduk kepada-Nya untuk memilih jalan kehancuran. Tuhan tidak perlu menjerumuskan manusia yang melawan Dia ke dalam dosa yang lebih besar, atau membuat mereka untuk berbuat dosa terus menerus; karena manusia yang sudah berdosa itu hanya perlu dibiarkannya untuk tetap hidup bebas dalam dosanya sehingga lambat laun akan mati tenggelam dalam dosanya.

Pagi ini, firman Tuhan mengingatkan bahwa sebagai manusia kita adalah seperti tanah liat di tangan seorang tukang pembuat periuk. Apakah kita mau membiarkan Tuhan menolong kita, ataukah kita ingin berusaha dengan kekuatan diri sendiri untuk tidak tenggelam dalam dosa? Jika kita percaya bahwa Tuhan adalah makakuasa dan mahakasih, haruslah kita menyambut uluran tangan-Nya yang menyelamatkan dengan taat kepada hukum dan firman-Nya!

Tinggalkan komentar