Kita harus menguji iman kita

“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.” 2 Korintus 13:5

Bagaimana Anda mengetahui kekuatan iman Anda? Banyak orang berpikir bahwa iman seseorang akan diuji dengan adanya masalah kehidupan. Tetapi, ayat di atas menyuruh kita menguji iman kita sendiri. Apakah ini berarti kita harus mencobai diri kita sendiri dengan cara mencari gara-gara? Ataukah kita harus membayangkan bagaimana reaksi kita terhadap pencobaan dengan memikirkan hal-hal yang menggoda?

Pada zaman kuno, pembuat senjata akan menguji senjata yang mereka buat untuk memverifikasi kekuatan dan daya tahannya sebelum prajurit membawanya ke medan perang. Pedang akan diuji dengan berbagai tes selama masa damai sehingga para prajurit akan memiliki kepercayaan pada kekuatan pedangnya selama pertempuran. Mereka menguji pedang itu dengan mengadu pedang itu dengan benda-benda yang keras maupun yang ulet sehingga mereka tahu bahwa pedang itu memang kuat dan tajam, bukan dengan cara menebak atau berharap bahwa pedang itu cukup kuat.

Penghuni gedung-gedung perkantoran mengadakan latihan menghadapi kemungkinan kebakaran dan adanya situasi berbahaya pada saat tidak ada bahaya, sehingga semua orang tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana. Di lapangan sepakbola, melalui latihan dan pertandingan persahabatan para pemain menyadari seberapa kuat atau lemahnya mereka, menemukan apa yang perlu mereka perbaiki sebelum pertandingan yang sesungguhnya, dengan melatih dan mencoba teknik permainan sampai mereka bisa melakukannya secara otomatis.

Seperti itu juga, sebagai orang Kristen kita harus melatih iman kita. Jauh lebih penting dari apa pun, dalam hidup kita memerlukan iman yang kuat. Latihan itu diperlukan setiap hari sepanjang hidup kita, untuk membantu kita tetap berfokus pada apa yang penting selama masa kemakmuran dan pencobaan, dan menjaga kita sampai akhir hidup kita. Seperti halnya pedang, kita perlu menguji iman kita ketika keadaan damai sehingga kuat dalam menghadapi kesulitan yang sebebarnya dan bisa bertahan sampai akhir.

Ada beberapa tes yang harus kita hadapi untuk menguji iman kita.

Tes 1: Apakah Anda taat pada iman?
Pertanyaan pertama sederhana: apakah Anda menaati Tuhan? Sudahkah Anda datang kepada Bapa melalui Yesus Kristus untuk pengampunan dosa dan menyerahkan hidup Anda pada pemerintahan Raja dari segala raja dengan memercayai pesan Injil, berbalik dari kehidupan duniawi dan pemikiran yang tidak kudus, mengakui Yesus sebagai Tuhan, dan mau diadopsi sebagai Anak-Nya dan menikmati penyucian dosa melalui baptisan (Roma 10:6-15; Galatia 3:26-27)? Semua itu adalah langkah pertama agar orang bisa menjadi anak Tuhan.

Tes 2: Apakah Anda hidup dalam iman?
Ketika anak-anak saya belajar bersepeda, saya berdiri di sisi mereka dan menyuruh mereka mengayuh pedal sepeda untuk maju ke depan. Saya memberi mereka jaminan bahwa saya akan berada di sana ketika mereka maju dan saya dapat menolong mereka untuk tidak jatuh. Saya tahu mereka mencintai saya dan mematuhi saya, tetapi saya membutuhkan mereka untuk mempercayai saya. Mereka harus percaya bahwa saya akan menjaga dan melindungi mereka dan bahwa saya mengutamakan kepentingan mereka. Kita dapat mengasihi Tuhan dan menaati-Nya, tetapi kita juga harus mempercayakan hidup kita kepada-Nya.

Tes 3: Apakah iman Anda bertumbuh?
Dengan segala sesuatu yang pernah menggairahkan kita, ada ancaman bahwa itu akan menjadi rutinitas. Kelahiran baru kita harus menghasilkan pertumbuhan yang terus-menerus tetapi jika kita tidak memelihara kehidupan rohani kita, itu bisa mandek. Salah satu alasan iman banyak orang menjadi dingin adalah karena mereka berhenti bertumbuh dalam pengetahuan dan menjalankan iman mereka. Mereka menemukan tempat yang nyaman dan berhenti tumbuh. Dalam hal iman, jika Anda tidak bertumbuh, Anda sedang mendekati kematian iman.

Tes 4: Apakah iman Anda nyata bagi orang lain?
Iman Anda seharusnya tidak menjadi rahasia terbaik dalam hidup Anda. Seharusnya jelas bagi orang lain bahwa Anda adalah murid Kristus. Paulus memberi tahu pengkhotbah muda Timotius bahwa imannya harus nyata bagi semua orang, 1 Timotius 4:11-16. Dengan mempraktekkan dan “membenamkan dirinya” dalam apa yang Paulus ajarkan kepadanya, dia akan menjadi teladan yang baik dalam ucapan, tingkah laku, kasih, iman, dan kemurniannya sehingga kemuridannya menjadi jelas bagi semua orang. Orang Kristen harus hidup seperti Yesus sehingga musuh mereka pun akan memperhatikan dan memuliakan Tuhan.

Tes 5: Apakah Anda membagikan iman Anda kepada orang lain?
Jika Anda tahu bahwa Injil itu benar dan bahwa iman Anda sedang diubah, Anda tidak perlu ragu untuk membagikannya kepada orang lain. Paulus memberi tahu Timotius untuk mengajar orang lain apa yang dia pelajari. Injil mereka dimaksudkan untuk diajarkan kepada orang lain untuk membawa mereka kepada Kristus.

Pagi ini, pertanyaan kepada Anda adalah apakah Anda pernah menguji iman Anda. Selidikilah cara hidup Anda, di setiap waktu dan keadaan, dan bukannya hanya merasa yakin bahwa Anda adalah orang pilihan yang tidak berdaya, yang hanya bisa menantikan iman siap pakai dari Tuhan. Ada banyak ujian lain yang bisa digunakan seseorang untuk melihat di mana posisi kita dalam iman, tetapi lima ujian ini akan memberi kita indikasi yang baik tentang di mana kita berada dan di mana kita perlu bertumbuh.

Tinggalkan komentar