Mengakui kedaulatan Tuhan dan berdoa “Jadilah kehendak-Mu”

Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Matius 6:9-10

Apakah Anda masih sering berdoa “Doa Bapa Kami”? Doa ini (The Lord’s Prayer) sudah jarang dipakai dalam acara kebaktian gereja Australia. Mungkin sudah dianggap “kuno”, banyak gereja Protestan yang tidak lagi memakai doa ini dan Pengakuan Iman Rasuli dalam acara kebaktian mereka. Pada pembukaan rapat Parlemen Australia doa ini masih dibacakan, tetapi sudah banyak orang yang menentang kebiasaan itu karena penduduk Australia sekarang tidak lagi bermayoritas orang Kristen. Walaupun demikian, sebagai orang Kristen kita harus mengerti apa isi doa ini.

“Jadilah kehendak-Mu” adalah salah satu permohonan yang utama dalam Doa Bapa Kami. Yesus sendiri memohon agar kehendak Tuhan terjadi di Taman Getsemani. Sebelum penyaliban-Nya, Dia berdoa, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”” (Matius 26:39). Yesus berkomitmen untuk melihat kehendak Allah terlaksana, dan doa “Jadilah kehendak-Mu” adalah tema kehidupan-Nya.

Sederhananya, jika kita berdoa “Jadilah kehendak-Mu,” kita meminta Tuhan agar melakukan apa yang Dia inginkan. Tentu saja, kita berdoa kepada Tuhan yang pernah bersabda, “Jadilah terang,” dan terang itu kemudian terjadi (Kejadian 1:3). Dengan demikian, kita tahu bahwa keputusan dalam kedaulatan-Nya akan digenapi, baik kita mendoakannya atau tidak. Walaupun demikian, kehendak Tuhan bukan hanya dalam arti kehendak mutlak.

Untuk pengertian kita, sebenarnya kehedak Tuhan itu bisa dibagi menjadi tiga macam:

(a) Kehendak mulak: yaitu dekrit yang berdaulat, kehendak yang dengannya Allah mewujudkan apa pun yang Dia tetapkan. Ini tersembunyi bagi kita sampai itu terjadi.

(b) Kehendak preseptif: adalah hukum atau perintah Allah yang diwahyukan, untuk mana kita bisa mengabaikan, tetapi tidak membatalkan.

(c) Kehendak watak: kehendak yang menggambarkan sikap atau watak Tuhan. Ini mengungkapkan apa yang berkenan kepada-Nya. Ini pun sesuatu yang bisa diaabaikan orang.

Dengan demikian, apa yang kita lakukan sehubungan dengan kehendak Tuhan (b) dan (c) adalah tanggung jawab dalam kebebasan kita untuk menaati dan menghormati Tuhan. Jika kita tidak mau tunduk kepada (b) dan (c), kita telah berbuat dosa. Banyak contoh di Alkitab yang menunjukkan manusia yang mengalami berbagai masalah karena tidak mau melaksanakan apa yang dituntut oleh kehendak Tuhan dalam bentuk (b) dan (c). Ini jelas terlihat dalam perbuatan Adam dan Hawa di taman Firdaus, ketika mereka melanggar perintah Tuhan untuk tidak memakan buan terlarang (Kejadian 3: 3). Dengan demikian, ketika kita berdoa, “Jadilah kehendak-Mu,” kita memohon kepada Tuhan untuk meningkatkan kebenaran di dunia, membawa lebih banyak orang kepada pertobatan, dan memajukan kerajaan Putra-Nya. Ini juga menyangkut penyerahan hidup kita kepada-Nya.

Ketika kita berdoa, “Jadilah kehendak-Mu,” kita mengakui hak Allah untuk memerintah hidup kita. Kita tidak berdoa “Terjadilah kehendak-Ku”; tetapi kita berdoa, “Jadilah kehendak-Mu.” Permohonan kita agar kehendak Tuhan untuk dilakukan-Nya merupakan bukti kepercayaan kita bahwa Dia tahu yang terbaik. Ini adalah pernyataan ketundukan pada jalan dan rencana Tuhan. Kita mohon agar kehendak kita selaras dengan kehendak-Nya, dan mengakui bahwa kehendak kita tidak dapat dibandingkan dengan kehendak-Nya yang sempurna.

Bahwa kehendak Allah dimohonlan untuk terjadi sebagai “di bumi seperti di surga” (Matius 6:10) adalah suatu perbandingan antara hidup kita di dunia dan hidup semua makhluk di surga. Di surga, para malaikat melaksanakan keinginan Tuhan dengan lengkap, penuh sukacita, dan segera. Karena itu, di surga ada sukacita dan kedamaian – betapa jadinya dunia ini jika semua manusia di dunia bertindak seperti itu!

Perlu dicatat, “Jadilah kehendak-Mu” bukanlah doa penyerahan diri yang tanpa ekspresi. Doa Yesus di Getsemani sama sekali tidak bersifat pasif atau fatalistik. Yesus memperlihatkan isi hati-Nya di hadapan Bapa dan mengungkapkan keinginan utama-Nya: agar kehendak Tuhan terlaksana. Berdoa, “Jadilah kehendak-Mu,” berarti mengakui bahwa Tuhan memiliki lebih banyak pengetahuan daripada kita dan bahwa kita percaya bahwa jalan-Nya adalah yang terbaik. Dan ini merupakan komitmen kita untuk bekerja secara aktif guna memajukan pelaksanaan kehendak Tuhan, dan bukannya tidak peduli lagi atas hidup kita.

Memahami siapa Tuhan itu, kita harus menyerahkan diri kita kepada-Nya dan membiarkan Dia mengubah kita. Semakin kita mengenal Tuhan, semakin mudah doa kita selaras dengan kehendak-Nya dan kita dapat dengan sungguh-sungguh berdoa, “Jadilah kehendak-Mu.” Kita dapat menghampiri Allah dengan keyakinan bahwa jika kita meminta sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, maka Ia mendengarkan kita. Dengan iman, kita tahu bahwa berdoa, “Jadilah kehendak-Mu,” adalah hal terbaik yang bisa kita minta.

“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya. ” 1 Yohanes 5:14–15.

Tinggalkan komentar