”Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ”Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. 1 Korintus 10:23

Orang Kristen dianjurkan berulang kali dalam Alkitab untuk memberi. Pemberian kita kepada orang lain bisa menjadi ungkapan kasih kita, karena kita sendiri sudah menerima kasih Allah yang sangat besar. “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”, begitu tulis rasul Paulus dalam Kisah Para Rasul 20 : 35. Dengan demikian, bagi banyak orang Kristen, memberi tentunya merupakan tindakan yang patut dipuji dan ditiru. Pandangan ini ada benarnya, tetapi bukannya selalu benar. Mengapa begitu? Sebab apa yang kita berikan kepada orang lain, belum tentu akan bisa diterima atau dipakai sebagai sesuatu yang baik oleh orang lain. Apa yang kita pandang baik, bisa saja justru membuat orang yang diberi mengalami masalah. Apakah ada ayat yang menjelaskan hal ini?
Kitab 1 Korintus 10:23-11:1 menunjukkan bahwa pertanyaan ”Apakah ini diperbolehkan?” adalah pertanyaan yang menyangkut perbuatan apa saja; dan dalam konteks “memberi”, kita bisa saja bertanya, “Apakah memberi adalah sesuatu hal yang selalu diperbolehkan?” Dari ayat di atas kita tahu bahwa jawabnya adalah “belum tentu”. Dengan demikian, jika kita mengemukakan pertanyaan itu saja, pertanyaan itu adalah keliru. Sebaliknya, kita harus melanjutkan dengan bertanya, ”Apakah itu akan memuliakan Allah?” dan ”Apakah itu akan membina sesama kita?”
Paulus memerintahkan orang Kristen untuk menolak makan daging yang mereka tahu telah dipersembahkan kepada berhala. Alasannya adalah agar tidak membuat orang berpikir bahwa orang Kristen tidak menentang penyembahan berhala. Sebenarnya, mereka bebas memakan daging apa pun jika mereka tidak tahu bahwa itu telah dipersembahkan kepada berhala, dengan hati nurani yang bersih, dan dengan rasa syukur kepada Tuhan. Pesan utama dari Paulus adalah bahwa niat kita, dan dampak tindakan kita terhadap orang lain, lebih penting daripada hal-hal fisik yang terlihat dari apa yang kita anggap sebagai perbuatan yang baik dari hati kita yang tulus. Dalam hal memberi, maksud kita mungkin baik dan pemberian kita terlihat indah, tetapi semua itu belum tentu membawa kebaikan bagi yang menerima.
Menjadi orang Kristen memang berarti menjadi orang yang mengasihi Tuhan dan sesama. Tetapi apa yang kita anggap kasih belum tentu akan berguna untuk kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan sesama kita di masa depan. Terlalu sering orang Kristen melakukan sesuatu secara spontan, dan tanpa berpikir panjang, mengambil tindakan dan keputusan yang bisa merugikan orang lain di masa depan. Misalnya, memberi pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan dana memang tindakan yang terlihat baik, tetapi itu benar-benar bermanfaat jika itu bisa digunakan oleh orang yang diberi untuk memperbaiki keadaan ekonominya, dan bukan hanya membuat mereka makin banyak hutangnya. Membantu anak-anak kita dalam mengerjakan tugas sekolah adalah baik, sepanjang itu tidak membuat mereka malas atau kurang mau bertanggung jawab atas masa depan mereka.
Orang Kristen tidak hanya harus bisa memberi, tetapi harus juga bisa memikirkan apa yang bakal diterima oleh orang yang kita beri. Apa yang kita beri kepada orang lain, belum tentu sama dengan apa yang mereka terima. Seorang teman saya pernah menemui seorang pengemis di jalan, yang meminta uang untuk membeli makanan. Tetapi, teman saya tahu bahwa pengemis itu adalah seorang peminum miras. Bukannya memberi uang, teman saya menjawab: “Ayuh kita ke warung itu untuk makan, jika memang engkau lapar. Aku akan bayar.” Terhadap jawaban teman saya, pengemis itu hanya diam saja.
Pagi ini, firman Tuhan mengajarkan kita untuk lebih berhati-hati dalam apa yang kita perbuat, apa yang kita katakan, dan apa yang kita perlihatkan kepada orang lain. Apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang baik dan benar, belum tentu akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Terlalu sering orang Kristen berusaha menjadi orang yang saleh dari sudut pandangan diri sendiri, tanpa memikirkan bahwa orang lain mungkin bisa salah menggunakan, salah mengartikan dan salah bertindak karena apa yang kita lakukan. Sebagai orang yang mau memberi apa yang baik, kita harus mau memikirkan masak-masak apakah orang yang kita beri pada akhirnya menerima sesuatu yang benar-benar baik.
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Filipi 50:8