Mengatasi persoalan hidup bersama Yesus

“Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Filipi 4:12-13

Tahukah Anda apa arti hidup Anda? Jika Anda tahu, apakah Anda sudah mencapai segala yang Anda ingini? Ataukah Anda masih mendambakan adanya kelimpahan, kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup?

Memang selama hidup  di dunia, semua orang umumnya ingin mencapai apa yang disadari sebagai tujuan hidup. Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia bukannya hanya hidup untuk makan dan berkembang biak, tetapi juga hidup untuk berbagai hal yang lain. Walaupun demikian, banyak orang yang memandang hidup adalah untuk mencapai segala yang nikmat dan terlihat indah secara jasmani. Mereka membenci kelaparan, kekurangan dan penderitaan karena semua itu dianggap kegagalan dalam hidup. Sebaliknya mereka percaya bahwa orang yang benar-benar beriman akan hidup dalam kelimpahan berkat Tuhan.

Sebenarnya, memang penderitaan di dunia berasal dari kegagalan manusia dalam menaati perintah Tuhan. Ketika Adam dan Hawa diusir dari taman Eden, mereka harus menerima hukuman Tuhan. Firman Tuhan kepada mereka:

“Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kejadian 3:17-19).

Jadi adalah lumrah dan memang seharusnya, bahwa hidup manusia di dunia penuh dengan perjuangan.

Adalah wajar jika hidup manusia di dunia ini penuh dengan sesuah payah dan penderitaan. Apa yang sebaliknya, seperti kenikmatan, kekayaan dan kejayaan yang dialami seseorang, seharusnya disadari sebagai sesuatu yang tidak “normal”, tetapi adalah kemurahan Tuhan yang harus digunakan secara bijaksana untuk kemuliaan-Nya dan untuk menolong orang lain. Orang Kristen yang merasa Tuhan sudah membebaskan mereka dari hukuman dosa Adam dan Hawa selama hidup di dunia, haruslah sadar bahwa pikiran itu tidak sejalan dengan Alkitab. Karena itu, mereka tidak boleh sombong karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di hari depan. Setiap orang harus bijaksana, berjaga-jaga dan rajin berdoa.

“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu? Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Mazmur 90:10-12

Untuk orang Kristen sejati, kebahagiaan selama hidup di dunia bukanlah bergantung kepada hal-hal yang jasmani. Banyak orang yang hancur karena penderitaan, tetapi banyak juga yang hancur dalam kejayaan mereka. Karena itu, Paulus mengatakan dalam ayat pembukaan di atas bahwa ia tidak dipengaruhi oleh hal kenyang maupun hal kelaparan, oleh hal kelimpahan maupun hal kekurangan. Apa yang paling penting dalam hidupnya adalah kekuatan dari Tuhan yang membuat ia bisa menanggung semuanya itu. Kekuatan dari Tuhan yang mana?

Kita ingat bahwa sewaktu Tuhan menjatuhkan hukuman kepada Adam dan Hawa, Ia sudah menyatakan bahwa manusia boleh bergantung pada janji-Nya:

“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Kejadian 3: 15

Allah menjanjikan Adam dan Hawa bahwa Yesus akan datang untuk menyelamatkan umat manusia. Dan sebagai orang beriman kita boleh percaya bahwa dalam keadaan apa pun Tuhan tetap mengasihi dan menyertai kita, sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan kebahagiaan yang sejati dan kekal bersama Tuhan di surga.

Filipi 4:10–20 menjelaskan bagaimana orang Kristen dapat mengatasi kekhawatiran dan keinginan duniawi, apa pun keadaan mereka. Dengan membuat keputusan yang bertujuan untuk merasa puas, orang percaya dapat mempercayai Tuhan untuk memenuhi kebutuhan kita yang sebenarnya, dan tidak termakan oleh materialisme atau kecemasan. Paulus telah mempelajari keterampilan ini melalui banyak pencobaan dan pengalaman pelayanannya. Paulus juga mengucapkan terima kasih kepada jemaat di Filipi atas kemurahan hati mereka, dan mengungkapkan keyakinannya bahwa Allah akan memberkati mereka atas kemurahan hati mereka.

Paulus secara khusus meminta dua wanita Kristen, Euodia dan Sintikhe, untuk menyelesaikan perselisihan pribadi mereka. Orang-orang Kristen lainnya didorong untuk bertindak sebagai orang-orang yang bijak dan dipenuhi Kristus. Paulus menyatakan bahwa pengalamannya telah mengajarinya untuk merasa puas dengan berkat materi apa pun yang ia miliki. Ketergantungan pada kuasa Kristus tidak hanya membuat orang percaya merasa puas, namun juga menghasilkan kedamaian dalam hubungan kita dengan orang Kristen lainnya, tanpa merasa sombong, iri atau sakit hati. Hal ini adalah pilihan yang disengaja untuk mengarahkan perhatian kita pada hal-hal positif.

Paulus melanjutkan pembahasannya mengenai tema rasa cukup yang dimulai di ayat 11. Ia secara spesifik menyebutkan berbagai pengalaman pelayanannya, termasuk kelimpahan dan kelaparan, kelimpahan dan kebutuhan. Paulus tidak berbicara berdasarkan teori dalam bidang ini, namun berdasarkan pengalaman pribadi. Dia telah menanggung banyak penderitaan dalam pelayanannya kepada Kristus.

“Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi d dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.” 2 Korintus 11:24-29

Komentarnya di Filipi 4 dimaksudkan untuk mencakup semua situasi ini, serta banyak situasi lainnya. Dalam tahanan rumah saat menulis surat ini, dia mengaku telah menemukan “rahasia” untuk bertahan dalam perjuangan ini. Rahasia orang Kristen dalam menghadapi gelumbang hidup. Seperti disebutkan sebelumnya, rahasia ini adalah pilihan setiap orang beriman yang disengaja untuk merasa puas, dalam kuasa Kristus yang sudah datang membawa keselamatan yang dijanjikan Allah. Kristus jugalah yang sudah menyertai Paulus dalam setiap keadaan, sehingga ia tetap teguh dalam iman.

Hari ini, firman Tuhan bertanya kepada kita: manakah yang kita pilih, hidup yang berkelimpahan secara jasmani, ataukah hidup yang berkelimpahan secara rohani? Kita harus memilih satu saja dengan penuh kesadaran karena itulah yang menentukan apakah kita akan bisa hidup dalam kedamaian di dunia ini dalam keadaan apa pun.

Tinggalkan komentar