Pentingnya hati nurani dalam hidup

“Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka.” 1 Timotius 1:19

Ayat di atas melanjutkan tulisan Paulus kepada Timotius dari ayat sebelumnya yang berisi himbauan agar Timotius “memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni.” Ini mengandung pengertian berpegang teguh dan tidak melepaskan iman. Timotius harus melakukan perjuangannya dengan “hati nurani yang baik”. Pasangan iman dan hati nurani juga terlihat dalam 1 Timotius 1:5 dan 3:9. Iman (faith) dan hati nurani (conscience) mempunyai hubungan yang erat.

Paulus memperkenalkan dirinya dan menekankan hubungan positif yang ia miliki dengan Timotius. Misi khusus Timotius di Efesus adalah menentang pengajaran palsu. Beberapa orang di Efesus menolak pentingnya hati nurani dan berusaha mengajar tanpa memiliki pengetahuan yang diperlukan. Akibatnya, mereka bertengkar tentang hal-hal yang tidak berguna dan menyalahgunakan hukum yang diberikan Tuhan. Paulus yang menyadari kebutuhan akan pengampunan dan keselamatan, menyemangati Timotius dengan mengingatkan bahwa mereka memiliki Juru Selamat yang sama.

Dalam ayat berikutnya, Paulus memberikan dua contoh spesifik tentang orang-orang yang merusak iman mereka dengan mengabaikan hati nurani mereka yang bersih. Paulus menanamkan pengertian akan urgensi dari misi yang diberikan kepada Timotius, untuk ia berjaga-jaga terhadap ajaran-ajaran palsu yang telah Paulus uraikan. Kunci dari upaya ini adalah menjaga keyakinan yang telah diwariskannya selama ini. Sebagai contoh tandingan, Paulus mengacu pada dua pria yang mengesampingkan hati nurani yang baik dan mendapati iman mereka hancur (ayat 20).

Hal iman mengarisbawahi himbauan Paulus, tetapi ia juga memperingatkan tentang bahaya berpaling dari hati nurani yang baik. Paulus menggunakan kata Yunani apōsamenoi, yang menyiratkan penolakan yang kuat, bersifat pribadi, dan disengaja. Ini bukan kesalahan biasa atau kebetulan—Paulus merujuk pada orang-orang yang dengan sengaja tidak mau menjaga hati nurani mereka tetap bersih.

Apa itu hati nurani? Diskusi tentang hati nurani kembali muncul di kalangan umat Kristiani. Selama beberapa tahun terakhir, istilah hati nurani semakin banyak dirujuk dalam perdebatan yang terjadi baik di gereja (misalnya, seruan kepada hati nurani jemaat dalam menghadapi isu-isu moral /seksual zaman ini) dan dalam masyarakat umum (misalnya, seruan untuk berpegang pada hati nurani). Kita sering mendengar tentang hati nurani, tapi apa sebenarnya maknanya? Konsep umum tentang hati nurani dapat ditemukan di hampir setiap kebudayaan manusia, namun memiliki makna yang unik dan khas bagi umat Kristiani. Istilah Yunani untuk hati nurani (suneidesis) muncul lebih dari dua lusin kali, dan mempunyai konsep yang penting, khususnya dalam surat-surat Paulus. Jika kita memeriksa cara Kitab Suci berbicara tentang hati nurani, kita akan menemukan lima tema umum:

  1. Hati nurani adalah kapasitas rasional internal yang menjadi saksi sistem nilai kita. John MacArthur menggambarkan hati nurani sebagai “sistem peringatan bawaan yang memberi sinyal kepada kita ketika sesuatu yang kita lakukan salah.”Hati nurani bagi jiwa kita sama dengan sensor rasa sakit bagi tubuh kita: hati nurani menimbulkan kesediha, dalam bentuk rasa bersalah, setiap kali kita melanggar apa yang menurut hati kita benar.”
  2. Hati nurani adalah pedoman yang dapat dipercaya hanya jika hati nurani tersebut diisi dan diatur oleh Tuhan. Melanggar hati nurani yang benar memang merupakan dosa. Namun yang membuat sesuatu menjadi dosa bukan hanya karena tidak selaras dengan nilai-nilai kita, namun karena memilih kehendak kita dan bukannya kehendak Allah. R.C. Sproul menjelaskan, kita harus ingat bahwa bertindak berdasarkan hati nurani terkadang juga bisa merupakan dosa. Jika hati nurani mendapat informasi yang salah, maka kita mencari alasan di balik informasi yang salah tersebut. Apakah salah informasi karena orang tersebut lalai mempelajari Firman Tuhan? Ya!
  3. Hati nurani harus tunduk dan diinformasikan oleh Firman Tuhan yang diwahyukan.
    Hati nurani tidak dapat menjadi otoritas etis kita yang final karena, tidak seperti Firman Allah yang diwahyukan, hati nurani dapat berubah dan bisa salah. Namun, sering kali orang Kristen membalik aturan tersebut dan berupaya menggunakan hati nurani mereka untuk menghakimi Allah dan Firman-Nya. Saat kita mendapati diri kita berpikir, “Benarkah Tuhan berfirman seperti itu?” ketika Kitab Suci dengan jelas menyatakan hal itu, maka kita tahu bahwa yang berbicara kepada kita adalah iblis.
  4. Bertindak dengan sengaja melawan hati nurani selalu merupakan dosa. “Hati nurani orang Kristen wajib dan terikat hanya pada apa yang diperintahkan atau dilarang oleh Alkitab,” kata Sam Storms, “atau oleh apa yang secara sah dapat disimpulkan dari prinsip alkitabiah yang jelas.” Hati nurani kita harus selalu diinformasikan oleh apa yang Tuhan katakan. Itu adalah prinsip yang sangat penting. Luther benar ketika mengatakan, “Tidaklah benar dan tidak aman untuk bertindak melawan hati nurani.” Dalam kenyataannya, banyak orang Kristen yang tergoda untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan suara hati nurani mereka.
  5. Hati nurani bisa ditekan oleh dosa. Jika kita ingin mengembangkan kebiasaan positif, kita perlu melakukan suatu tindakan berulang kali, seiring berjalannya waktu, hingga menjadi refleks otomatis. Proses yang sama terjadi ketika kita jatuh ke dalam dosa. Ketika kita berdosa, kita menolak otoritas Allah. Jika kita mengulangi dosa kita, lama kelamaan penolakan terhadap otoritas Allah akan menjadi refleks otomatis. Mereka pikir mereka bijaksana, tapi dosa mereka menjadikan mereka bodoh. Pada akhirnya, Tuhan menyerahkan mereka ke dalam pikiran mereka yang sudah rusak (Roma 1:24), Orang-orang percaya juga berada dalam bahaya terjerumus ke dalam pola yang merusak ini. Terkadang dosa kita membuat kita meragukan realitas Allah. Ketika kita menyangkal otoritas Allah, kita mulai meragukan keberadaan-Nya sehingga kita bisa menenangkan hati nurani kita terhadap penghakiman-Nya, dalam hidup yang sekarang maupun ketika kita berjumpa dengan Dia.

Pagi ini kita belajar bahwa sebagai orang Kristen, hati nurani kita mempunyai peranan penting dalam hidup orang Kristen sekalipun bukan untuk memperoleh keselamatan. Barangkali kita sering mengabaikan suara hati nurani kita yang mengingatkan bahwa kita harus menaati firman Tuhan, dan mungkin juga kita sering menolak kenyataan bahwa kehendak Tuhan harus terjadi dan bukan kehendak kita. Karena itu, hidup kita bisa menjadi kacau dan tidak mengalami kedamaian. Hari lepas hari, iman kita tidak bertumbuh, tetapi sebaliknya makin mengecil karena kita menempatkan kemauan dan kepentingan kita di atas kehendak dan kemuliaan Tuhan. Apakah Anda masih mau mendengarkan suara hati nurani Anda yang dibimbing oleh Roh Kudus?

“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” Efesus 4:30

Tinggalkan komentar