“Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.” 1 Petrus 3: 14

Sebuah semboyan berbahasa Inggris yang populer, “when the going gets tough, the tough get going” bisa diartikan sebagai “ketika situasi menjadi sulit, orang-orang yang kuat mampu mengambil tindakan dan mengatasinya”. Semboyan ini dikaitkan dengan ayah dari presiden Amerika John F. Kennedy dan pelatih sepakbola Amerika Knute Rockne, dan sebuah lagu dengan judul yang sama dipopulerkan oleh penyanyi Billy Ocean.
Di Indonesia, semboyan yang mirip dengan itu adalah “maju terus, pantang mundur” atau “ever onward, no retreat” sudah dikenal sejak lama di Indonesia, dan sering muncul pada saat Presiden Soekarno berkuasa. Semboyan ini sangat populer karena dimaksudkan untuk memberi semangat kepada mereka yang berjuang untuk menghadapi tantangan hidup.
Sebuah buku dengan judul yang sama, yang diterbitkan pada tahun 1964 oleh “Komando Operasi Tertinggi”, merupakan catatan penting dari sebuah ekspedisi ilmiah pertama di Irian Jaya. Ekspedisi Cenderawasih yang diinisiasi Soekarno pada 1963 itu merupakan kerja sama antara banyak ahli, termasuk mereka yang berasal dari Universitas Cenderawasih dan Kyoto University.
Maju terus, pantang mundur: lebih mudah mengatakannya daripada melakukannya. Memang dalam hidup ini tidaklah mudah untuk maju terus jika orang tidak yakin akan hasilnya. Mereka yang sudah mengalami jatuh-bangun dalam hidup, bisa merasakan bahwa untuk bangun kembali setelah mengalami pengalaman pahit tidaklah mudah. Tiap kali kita jatuh, sebagian rasa percaya diri ikut hilang bersama dengan datangnya rasa sakit dan malu.
Selain itu, banyak orang yang maju terus dan pantang mundur, tetapi tidak pernah menggunakan cara atau jalan lain. Hasilnya seringkali berupa kegagalan demi kegagalan. Memang kita harus berani maju terus, tetapi itu tidak berarti bahwa kita harus melakukan hal yang sama. Tetapi, jalan mana yang harus kita pilih adalah sesuatu yang memerlukan iman.
Memang dalam hidup kita selalu berhadapan dengan berbagai tantangan. Mungkin juga kita harus berjuang jatuh bangun, dan itu tidak mudah. Banyak orang yang ingin menghindari tantangan hidup, yang takut bersusah-payah, akan memilih jalan pintas untuk mendapatkan hasil secara mudah. Pelanggaran hukum dan etika adalah biasa untuk orang-orang yang menginginkan hasil yang besar dengan menghalalkan segala cara.
Walaupun godaan untuk menghindari tantangan hidup selalu ada, ayat diatas menyatakan bahwa sebagai orang Kristen kita harus siap menderita karena kebenaran selama hidup di dunia ini. Kita tidak boleh takut untuk berpegang pada kebenaran karena kita akan berbahagia pada akhirnya. Memang iman yang teguh pasti membawa kebaikan kepada mereka yang taat kepada Tuhan.
Komitmen kepada Kristus tidak bisa dilakukan setengah-setengah; dibutuhkan niat yang bulat untuk terus maju dan menaati Dia bahkan ketika keadaan menjadi sulit (Lukas 16:16). Kita tidak melakukan hal ini dengan kekuatan sendiri, namun ini adalah anugerah kasih karunia Allah, dan ini adalah sesuatu yang harus kita minta agar Tuhan berikan terus-menerus kepada kita. Selain itu, ketika kita memahami musuh-musuh utama kita terhadap pertumbuhan Kristen, kita akan melihat lebih banyak lagi alasan mengapa kita memerlukan kekuatan dari Dia.
Martin Luther mengatakan bahwa umat Kristiani menghadapi tiga musuh utama: dunia, kedagingan, dan iblis. Jelas sekali, musuh-musuh ini saling terkait. Sifat kedagingan kita, yaitu kecenderungan yang masih ada sekalipun kita sudah lahir baru, tersisa karena adanya dosa dalam hidup kita. Kedagingan didorong oleh iblis agar kita mengasihi dunia dan bukannya Yesus Sang Juruselamat. Namun, sebagai orang Kristen sejati kita seharusnya dapat membedakan musuh-musuh ini, karena saat ini kita tentunya sedang menghadapi berbagai tantangan dari dunia.
Ketika kita berbicara tentang dunia sebagai musuh, kita berbicara tentang sistem dunia yang telah jatuh dan bertentangan dengan Kristus. Dunia ini sendiri pada mulanya sangat baik (Kejadian 1), namun pada saat kejatuhan Adam, dunia ini bertentangan dengan Penciptanya. Dengan demikian, banyak orang membenci Yesus karena kesaksian-Nya mengenai kesombongan dan kefasikan mereka yang telah jatuh, dan karena itu, mereka membenci semua orang yang bersatu dengan Kristus (Yohanes 7:7).
Dunia adalah lingkungan, atau sekelompok orang, yang tidak memiliki kasih sayang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Dunia ada dalam pertentangan serta ketegangan melawan kerajaan Tuhan. Namun Pencipta kita mengasihi dunia bahkan dalam kejatuhannya, dan setelah mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan dunia, menugaskan kita sebagai duta kasih karunia bagi dunia (Yohanes 3:16; 20:21). Sebagai orang-orang yang diutus ke dunia, kita mudah tergoda untuk mengikuti cara-cara dunia, maka Yesus berdoa bagi kita agar kita tidak menjadi bagian dari dunia dan berada di bawah pengaruh itu meskipun kita masih berada di dunia (Yohanes 17: 14-16).
Panggilan untuk masuk dan bukannya keluar dari dunia ini sangatlah penting, karena menekankan poin alkitabiah bahwa Allah tidak menyelamatkan kita untuk mengambil kita keluar dari dunia atau agar kita dapat hidup terisolasi dalam lingkungan Kristen kita sendiri. Sebaliknya, seperti Yesus, kita harus melayani di dunia di mana pun kita berada kepada orang-orang, tidak peduli dari mana mereka berasal, sekalipun mereka tidak menyenangi kita.
Ketika kita berusaha untuk berbuat baik kepada semua orang, memang akan ada tekanan untuk menyesuaikan diri dengan dunia, untuk hanya mengasihi mereka yang mengasihi kita. Pada pihak yang lain, kita mungkin berusaha untuk menerima semua filsafat dan cara hidup apa saja yang ada di dunia karena ingin dianggap toleran. Bahaya filsafat yang sia-sia mengintai di setiap sudut. Namun solusinya adalah dengan tidak mengabaikan hal-hal tersebut atau mengubah pesan kita agar lebih dapat diterima oleh dunia. Jawabannya adalah tetap berada di dunia dan menghadapi dunia, tentu saja dengan penuh kemurahan hati, dengan berdasarkan pada kebenaran Injil. Semua itu pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan kepada kita dan orang lain yang mengasihi Dia.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8: 28