“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” 1 Timotius 4:12

Ayat penting ini sering dikutip pada pelayanan pemuda dan pemimpin muda. Meskipun Timotius kemungkinan besar berusia awal 30-an ketika surat ini ditulis, kata-kata tersebut berlaku untuk pemimpin gereja mana pun, berapa pun usianya. Timotius tidak boleh membiarkan siapa pun meremehkannya karena usianya. Sepanjang sejarah umat manusia, terdapat kecenderungan generasi tua memandang rendah mereka yang lebih muda, hanya karena mereka masih muda. Sebaliknya, pada zaman sekarang banyak kaum muda yang mengabaikan mereka yang lebih tua karena dianggap ketinggalan zaman. Untuk mengatasi hal ini, pengaruh seorang pemimpin harus datang melalui teladannya. Dalam konteks khusus ini, “teladan” yang diberikan orang Kristen kepada orang-orang Kristen lainnya, bukan kepada orang-orang yang tidak beriman. Meskipun keduanya penting (Matius 5:16), dalam ayat ini Paulus berfokus pada kepemimpinan dalam gereja.
Paulus memberikan lima bidang spesifik yang patut diteladani Timotius. Yang pertama adalah kata-katanya. Kedua, tindakannya, yang harus mencerminkan teladan kesalehan. Ketiga, kasihnya harus menjadi teladan (1 Timotius 1:5, 14; 2:15). Keempat, Timotius harus menjadi teladan dalam iman. Hal ini mirip dengan 1 Timotius 1:5 dimana Paulus berkata, “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.” Kelima, teladan Timotius adalah dengan memasukkan “kemurnian” dirinya, baik secara fisik dalam perilakunya di sekitar kaum wanita (1 Timotius 5:2) maupun dalam spiritualitasnya (1 Timotius 5:22).
Satu Timotius 4:11–16 berfokus pada perilaku pribadi Timotius sebagai pemimpin gereja Kristen, dan itu berlaku juga untuk kita yang memimpin anggota keluarga, murid di sekolah atau pegawai di kantor. Paulus menekankan gagasan seperti ketekunan, keyakinan, dan kesabaran. Yang paling penting adalah Timotius memberikan teladan bagi orang percaya lainnya. Salah satu perlawanan paling ampuh terhadap ajaran palsu adalah hasil positif yang dapat dihasilkan oleh kebenaran rohani. Selain mengajarkan kebenaran, Timotius juga harus menghayatinya. Dengan mengabdikan dirinya pada prinsip-prinsip ini, Paulus meyakinkan Timotius bahwa dia dapat memberikan pengaruh positif yang kuat bagi Kristus.
Satu Timotius 4 memberikan perspektif penting sebelum instruksi Paulus yang akan datang. Setelah memberikan rincian kepada Timotius tentang cara memilih pemimpin gereja, dan perilaku yang baik dari anggota gereja, pasal ini sebagian besar berfokus pada pilihan rohani pribadi Timotius. Secara khusus, Paulus memerintahkan dia untuk rajin, setia, dan siap sedia. Taruhannya besar, baik bagi Timotius maupun bagi mereka yang dipanggil untuk dipimpinnya. Bab ini menekankan pentingnya latihan spiritual yang baik, yang merupakan kunci ketika mempertimbangkan nasihat Paulus di bagian lainnya.
Umat Kristen harus hidup sedemikian rupa sehingga mereka tidak dianggap rendah diri, naif, atau tidak dewasa. Kita dapat mencegah penghinaan tersebut dengan menjadi teladan dalam segala hal dan melakukan apa yang baik:
“..dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.” Titus 2:7–8.
Baik di hadapan Tuhan maupun dihadapan manusia, perilaku kita penting. Apa yang kita lakukan dan katakan mencerminkan Kristus dengan baik di mata dunia atau salah menggambarkan Dia. Apa pun tahap kehidupan kita, tujuan kita hendaknya adalah “jangan ada seorang pun yang memandang rendah dirimu.” Ini bukan berusaha menyombongkan diri. Sebaliknya, kita berusaha untuk mejadi orang yang rendah hati dengan tidak merendahkan diri, tetapi dengan tidak selalu memikirkan diri sendiri.
Paulus memberi Timotius bidang-bidang spesifik di mana ia dapat mewakili Kristus dengan baik: dalam perkataan, perilaku, kasih, roh, iman, dan kemurnian. Seorang Kristen telah menyerahkan hidupnya kepada ketuhanan Kristus dan terus tunduk pada Firman dan pekerjaan Roh untuk bertumbuh dalam karakter yang saleh. Seorang Kristen yang bijak ingin tunduk pada ketuhanan Kristus dalam segala bidang sehingga tidak ada seorang pun yang memandang rendah cara hidupnya. Firman Tuhan menyampaikan banyak hal dalam hidup tiap orang Kristen, dan orang yang bijaksana akan dengan sungguh-sungguh memeriksa kehidupan mereka untuk melihat apakah mereka mencerminkan Tuhan dengan baik.
Sebagai bagian dari pencegahan terhadap orang-orang yang meremehkan masa mudanya, Timotius juga harus mengabdikan dirinya untuk membaca Kitab Suci, berkhotbah, dan mengajar di depan umum (1 Timotius 4:13). Firman Tuhan mengubah kita, menguduskan kita, dan memberi kita kesempatan untuk melihat dan mengenal Tuhan. Dengan berfokus pada disiplin ini dan bertumbuh dalam karakter yang saleh, Timotius akan memberikan pengaruh yang kuat bagi Kristus. Tidak seorang pun akan memandang rendah pelayanannya dan memandang rendah masa mudanya. Timotius akan mengalami kemajuan dalam kedewasaan rohani dan menjadi garam dan terang sebagaimana Allah memanggilnya (lihat Matius 5:13–15).
Di saat banyak orang mulai murtad, orang-orang Kristen yang setia dapat tetap terdorong untuk bersinar terang bagi Kristus dan menjadi teladan bagi semua orang percaya, tanpa memandang usia. Masa muda maupun masa tua tidak perlu menjadi stigma. Karakter dan prioritas hidup seorang Kristen dapat mengarahkan orang lain kepada keselamatan yang ditawarkan Kristus. Cara terbaik untuk “jangan biarkan seorang pun memandang rendah masa mudamu” adalah dengan “biarkan terangmu bercahaya di depan orang lain, supaya mereka melihat perbuatan baikmu dan memuliakan Bapamu di surga” (Matius 5:16).