“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Filipi 4: 4

Banyak orang yang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah hak semua orang, dan karena itu setiap orang seharusnya mencari dan bahkan berusaha keras untuk memperolehnya. Dalam hal ini, ada juga yang berpendapat bahwa pemerintah berkewajiban untuk memberikan kebahagiaan bagi rakyatnya, dan orang tua berkewajiban untuk memberikan kebahagiaan kepada anak-anak-nya. Betulkah begitu?
Kebahagiaan sebenarnya bukanlah sesuatu yang dapat kita tuntut ataupun sesuatu yang kita terima. Tetapi, kebahagiaan adalah pilihan setiap orang atau choice. Kebahagiaan ada tersedia bagi seluruh umat manusia, tetapi orang harus memilihnya untuk bisa berbahagia. Tuhan sendiri memberikan berbagai berkat-Nya kepada semua insan, tetapi Ia tidak secara langsung memberikan kebahagiaan kepada mereka. Karena itu, ada banyak orang yang sudah menerima berbagai berkat Tuhan, tetapi tidak pernah merasa puas, bahagia atau bersyukur. Sebaliknya, ada banyak orang yang hidup dalam kekurangan, tetapi bisa merasa cukup dan berbahagia dalam perlindungan Tuhan.
Jika sukacita tidak datang secara langsung dari Tuhan, dari mana datangnya rasa sukacita itu? Menurut Alkitab, sukacita yang sejati dimungkinkan oleh Tuhan. Manusia dengan keterbatasannya hanya bisa mendapat kebahagiaan yang datang dari apa yang bisa dilihat, didengar, dirasakan dan dialami. Tetapi rasa sukacita datang melalui iman kepada Tuhan, karena dengan iman manusia percaya bahwa Tuhan yang mahakasih selalu menyertainya. Lebih dari itu, sebagai orang Kristen kita sudah menerima keselamatan melalui pengurbanan Yesus di kayu salib.
Rasa sukacita bisa timbul karena adanya karunia khusus dari Tuhan kepada anak-anak-Nya. Ini berbeda dengan karunia umum Tuhan yang diberikan-Nya kepada semua orang, seperti makanan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya. Tetapi karunia umum yang kita rasakan sebagai kebahagiaan hari ini, mungkin tidak dapat membuat kita bahagia esok hari. Tidak ada yang kekal di muka bumi! Tuhan yang mahakasih adalah Tuhan yang menghendaki umat-Nya untuk mempunyai rasa sukacita, karena itu Ia memberi kita keyakinan akan penyertaan-Nya pada setiap saat. Rasa sukacita sejati dengan demikian, hanya bisa muncul dalam hati orang yang percaya.
Bagi orang beriman, keadaan akhir yang akan kita alami adalah fakta yang membahagiakan. Kemahatahuan Tuhan berarti Dia mengetahui kebutuhan kita; kemahakuasaan-Nya memastikan Dia bisa menemui mereka; belas kasihnya menggerakkan Dia untuk peduli terhadap mereka; pemeliharaan-Nya menegaskan bahwa setiap kebutuhan yang tidak terpenuhi mempunyai tujuan yang penuh kasih (meskipun saat ini masih tersembunyi). Fakta-fakta seperti kekekalan Allah, penebusan orang berdosa, kebangkitan Kristus yang berkemenangan, pembenaran hanya melalui iman, dan janji hidup yang kekal, seharusnya membentuk lingkaran keadaan kita. Sukacita kita sepenuhnya bergantung pada keadaan akhir ini.
Pada hari terakhir, sukacita surgawi akan menelan keadaan-keadaan yang ada di sekitar kita, dan setiap air mata akan terhapus. Sampai saat itu tiba, atas karunia Tuhan, kita akan mengejar sukacita dengan menerima setiap keadaan yang diijinkan Tuhan untuk terjadi melalui hikmat alkitabiah. Kita akan menerima setiap keadaan menyedihkan yang tidak dapat kita ubah sebagai bagian rencana Tuhan yang mahabijaksana. Dan kita akan mengingat bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).
Bagaimana reaksi Anda atas perintah Tuhan dalam ayat di atas untuk bersukacita senantiasa? Itu adalah pilihan Anda, menurut atau tidak adalah keputusan masing-masing. Firman Tuhan berkata bahwa kita seharusnya bersukacita karena keselamatan yang sudah kita terima. Kita juga bersukacita karena iman yang membawa keyakinan bahwa Tuhan menyertai kita sampai akhir zaman. Lebih dari itu kita bisa bersyukur karena apa yang tersedia di surga untuk kita, tidaklah dapat dibandingkan dengan apa yang ada saat ini. Biarlah Roh Kudus yang membuka hati kita dan mengingatkan kita kepada kemurahan Tuhan dalam hidup kita.