Kesedihan mengingatkan adanya Tuhan

“Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku? Mazmur 13: 1 – 2

Keadaan di Israel dan Palestina sekarang ini tentunya bukan suatu hal yang mudah diterima dengan hati yang tabah. Dengan berjalannya waktu, suasana perang ini lambat laun membuat banyak orang merasa gundah. Apalagi jika kita mendengar begitu banyaknya korban yang berjatuhan dari kedua pihak. Setiap orang di dunia tentunya merasa sedih dengan keadaan dunia saat ini. Semua ini adalah kenyataan dan bukan sebuah film drama perang.

Sekalipun orang mungkin senang menonton film drama yang bernada sedih dan bisa membayangkan keadaan yang dilukiskan dalam film itu, tentunya tidak seorang pun yang mengingini agar kejadian semacam itu terjadi pada dirinya sendiri. Sekalipun kejadian serupa mungkin saja pernah dialami oleh penonton, itu bukanlah sesuatu yang bisa dinikmati. Kesedihan adalah sesuatu yang tidak disukai manusia, tetapi bisa datang tanpa diundang. Sebagian kesedihan bisa disebabkan karena kesalahan diri sendiri, tetapi banyak juga yang datang karena perbuatan orang lain atau karena adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia.

Kesedihan adalah bagian kehidupan sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Sekalipun kita berusaha keras untuk menghindari apa yang menyedihkan, hal yang buruk dapat terjadi dalam hidup kita. Banyak orang Kristen yang mengalami musibah yang bertanya-tanya mengapa Tuhan yang mahakasih membiarkan umat-Nya untuk merasakan kesedihan yang luar biasa. Mengapa Ia tidak memberikan pertolongan, penghiburan dan kekuatan?

Hidup tidak selalu mudah. Iman kepada Tuhan tidak selalu memberikan jawaban yang mudah. Alkitab tidak menyembunyikan fakta ini. Pada ayat di atas, Daud bersama banyak orang lainnya mengungkapkan kebingungan dan frustrasinya kepada Allah. Menghadapi bahaya, Daud merasa Tuhan telah melupakannya. Pertanyaan David tentang “berapa lama?” lebih dari sekedar persoalan waktu; itu juga merupakan permohonan penjelasan. Ada perasaan “mengapa?” yang dibawa dalam keluhan ini.

Rupanya, janji Tuhan untuk mengangkat Daud menjadi raja Israel semakin pudar dalam menghadapi ancaman Saul. Daud merasa terharu saat melihat wajah Tuhan, namun kini sepertinya Tuhan menyembunyikan wajah-Nya. Daud mengungkapkan keprihatinan serupa dalam Mazmur 22:12, yang mana ia berdoa, “Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.”

Mungkin karena menghadapi kemungkinan besar akan menjadi korban kekejaman Saul, Daud berseru kepada Tuhan karena frustrasi. Dalam keadaannya, dia merasa ditinggalkan dan tidak dicintai. Dia memohon kepada Tuhan untuk mempertimbangkan situasinya dan menjawabnya. Daud tidak sekadar meminta bantuan; dia meminta penjelasan. Meskipun begitu, Daud tetap percaya kepada Tuhan dan melakukannya dengan penuh keyakinan. Karena Tuhan sudah membuktikan diri-Nya, Daud memilih beriman kepada Tuhan.

Kita mungkin pernah mengidentifikasi diri dengan perasaan seperti yang dialami Daud. Masalah mungkin menekan kita, sehingga kita berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak peduli lagi. Namun, Apalagi jika tidak ada seorang pun yang peduli, atau yang bisa menolong kita. Tetapi, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan orang percaya, dan Dia memeliharanya (Ibrani 13:5; 1 Petrus 5:7). Perjuangan Daud tidak membuat dia menolak Tuhan; sebaliknya, dia akan menanggapi ketakutannya dengan iman (Mazmur 13:5–6). Kita pun bisa mejadi seperti Daud.

Pagi ini, pertanyaan kita mungkin: adakah guna kesedihan sehingga Tuhan membiarkan umat-Nya untuk mengalaminya? Ada! Kesedihan bisa membimbing manusia untuk menyadari bahwa mereka tidak berkuasa atas apa pun juga yang terjadi di dunia. Penderitaan bisa juga menginsafkan manusia untuk tidak mengulangi kekeliruan di masa lalu. Kesedihan bisa memperkuat iman kita agar kita mau bergantung kepada Tuhan. Kesesakan hidup juga bisa membuat kita untuk mau berjalan bersama Dia. Lebih dari itu, adanya kesedihan bisa memberi keyakinan kepada kita bahwa Yesus yang sudah mengalami penderitaan yang luar biasa, tidak akan membiarkan kita untuk mengalami penderitaan yang lebih besar dari kekuatan kita.

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” 1 Korintus 10: 13

Tinggalkan komentar