“Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun. Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” Galatia 3: 23-26

Pertanyaan di atas seringkali membuat orang bingung. Kita tahu bahwa sejak zaman Perjanjian Baru, keselamatan datang sebagai anugerah melalui iman dalam Yesus Kristus (Yohanes 1:12; Efesus 2:8-9). Kita juga tahu bahwa Yesus adalah Jalan (Yohanes 14:6). Jika demikian, sebelum lahirnya Kristus, apakah jalan untuk menerima keselamatan? Mengapa Abraham bisa menerima keselamatan sebelum adanya hukum Taurat dan sebelum Yesus datang?
Mungkin Anda ingat bahwa dalamKejadian 22:1–19 Tuhan menguji Abraham dengan perintah-Nya untuk mengurbankan putra kesayangannya sebagai kurban bakaran. Abraham bertekad untuk taat, tanpa ragu-ragu, bertindak dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan, bagaimanapun caranya, akan membuat segala sesuatu menjadi baik. Abraham menghentikan maksudnya hanya ketika Tuhan campur tangan. Karena kepercayaan dan ketaatannya yang mendalam, Tuhan memperbaharui dan menekankan berkat-Nya kepada Abraham dan keturunannya, serta berjanji untuk memberkati semua bangsa melalui keturunan Abraham.
Apakah Abraham yang dikatakan “bapa orang percaya” itu diselamatkan karena perbuatannya? Tidak! Sebelum ujian Tuhan datang, Ia sudah bersabda bahwa melalui keturunan Abraham, semua bangsa di bumi akan diberkati. Janji ini juga diulangi dari interaksi sebelumnya dengan Tuhan (Kejadian 12:3; 18:18), dengan tambahan bahwa berkat bagi bangsa-bangsa di bumi akan datang melalui keturunan Abraham dan bukan hanya melalui dia. Tuhan menyatakan bahwa Dia telah bersumpah “demi diri-Nya” untuk melakukan beberapa hal yang sangat spesifik bagi Abraham. Hal ini termasuk memberkati Abraham, memperbanyak keturunannya, dan memberikan kemenangan kepada keturunannya atas musuh-musuh mereka. Ini terjadi sebelum Abraham diuji oleh Tuhan!
Kita dengan demikian dapat menyimpulkan bahwa Tuhan melakukan semua itu karena Abraham telah mendengarkan suara Tuhan. Menariknya, Tuhan memberikan semua janji ini kepada Abraham tanpa mengharuskan dia untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan. Dengan demikian, janji-janji itu diberikan Tuhan semata-mata karena Ia ingin memberikannya. Dengan inisiatif Tuhan sendiri, Abraham dimasukkan sebagai alasan atas pemberian Tuhan ini.
Implikasi janji Tuhan kepada Abraham itu ternyata sangat besar. Keturunan Abraham, melalui Ishak ke Yakub dan di sepanjang sejarah, ternyata diberi berbagai peran unik sampai kelahiran Yesus terjadi. Karena Yesus, semua bangsa di bumi mempunyai kesempatan untuk diselamatkan dari dosa dan termasuk dalam keluarga Allah melalui iman kepada Yesus sebagai keturunan Abraham (Galatia 3:7), baik orang Israel maupun bukan orang Israel. Keselamatan ternyata bukan karena usaha manusia, tetapi karunia Tuhan untuk semua manusia percaya.
Di dalam Roma 4 rasul Paulus menjelaskan bahwa jalan keselamatan dalam Perjanjian Lama tidaklah beda dengan jalan Perjanjian Baru, yang adalah melalui anugerah saja, melalui iman saja. Untuk membuktikan hal ini, Paulus menunjuk kepada Abraham, yang diselamatkan melalui iman: “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Roma 4:3). Abraham tidak mungkin selamat melalui pemeliharaan hukum, karena ia hidup lebih dari 400 tahun sebelum pemberian hukum itu sendiri.
Karunia kepada Abraham tersebut diberikan tanpa syarat oleh kasih karunia Tuhan semata-mata. Lalu mengapa Musa menerima sepuluh hukum Tuhan? Apakah sesudah adanya hukum Taurat orang diselamatkan karena menjalankan hukum itu? Dalam kenyataannya, tidak ada seorang pun yang bisa menjalankan hukum Taurat dengan sepenuhnya dan secara sempurna. Dengan demikian hukum Taurat tidak bisa menjadi syarat keselamatan orang Israel. Mereka yang diselamatkan Tuhan di zaman itu juga diselamatkan hanya karena karunia-Nya. Penerima anugerah mengakui kebaikan Tuhan dan menaati perintah Tuhan. Tuhan kemudian menjadikan ketaatan si penerima sebagai alasan untuk memberikan hadiah yang seharusnya Dia berikan.
Paulus menjelaskan tujuan hukum dalam sejarah Israel sampai Kristus datang. Dia telah menjelaskan dengan jelas bahwa hukum Musa tidak dapat memberikan kehidupan. Hal ini tidak dapat menyelamatkan manusia dari dosa mereka (Galatia 3:11). Namun, hal ini memainkan peran penting bagi Israel sejak zaman Musa hingga zaman Kristus.
Paulus menggunakan ilustrasi untuk menjelaskan tujuan tersebut. Ia membandingkan hukum dengan seorang paidagōgos, atau seorang pendidik. Dalam keluarga Yunani, seorang pendidik adalah seorang budak yang dipercaya untuk melindungi dan merawat anak-anak dari usia 6 tahun hingga akhir remaja. Pedagog tidak persis sama dengan “guru”, namun ia mendisiplinkan anak-anak. Dia mengajari mereka moral dan mengoreksi mereka ketika mereka berperilaku buruk. Namun, ketika anak-anak sudah cukup besar, mereka meninggalkan sang pendidik. Kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “tutor.”
Galatia 3:23-29 merangkum gagasan bahwa Allah tidak pernah bermaksud agar hukum menjadi solusi akhir atas masalah dosa. Sebaliknya, hal itu dimaksudkan untuk ”menjaga” umat manusia, hingga kedatangan Kristus. Kebebasan dari belenggu hukum ini juga melampaui semua hambatan lainnya: ras, gender, kekayaan, kesehatan, dan budaya semuanya tidak relevan dengan hubungan kita dengan Juruselamat. Siapa pun yang menjadi milik Kristus, karena iman, dijanjikan menjadi ahli waris.
Sebuah salah paham tentang jalur keselamatan pada masa Perjanjian Lama yang masih ada di zaman ini adalah bahwa sebagian orang Yahudi masih percaya bahwa mereka akan diselamatkan melalui pemeliharaan Hukum Taurat. Dari pembacaan Alkitab kita tahu bahwa anggapan ini tidak benar. Paulus mengajarkan bahwa tujuan dari Hukum sendiri adalah fungsinya sebagai “penuntun bagi manusia sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Galatia 3:24). Bagi kita, ketaatan kepada hukum Tuhan bukanlah kunci keselamatan, tetapi tanda bahwa kita sudah diselamatkan.