Mengapa ada perubahan iklim di dunia?

“Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.” Roma 8:22

Ingatkah saat kita masih kecil dan naif? Ingatkah saat ketika kita mendengar adanya bencana alam, baik banjir atau kelaparan, dan menghubungkannya dengan penyebab supernatural? Manusia dari ribuan tahun yang silam, baik dari Afrika ataupun dari Asia, dan yang tinggal di hutan Amazon maupun yang hidup di padang gurun Australia, semuanya percaya bahwa bencana di dunia dikirim oleh para dewa. Baik itu masalah besar atau penderitaan manusia, mereka tahu siapa yang harus disalahkan: Tuhan. Itu adalah dasar ajaran fatalisme.

Tentu saja, manusia modern seperti kita sekarang telah berubah. Pendidikan kita dan ilmu pengetahuan modern telah secara efektif melenyapkan penafsiran-penafsiran khayalan di atas, dan memberikan pencerahan kepada kita mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Kita sekarang tahu apa yang menyebabkan perubahan iklim dan kehancuran flora dan fauna. Kebakaran hutan, angin topan, tanah longsor, mencairnya lapisan es, dan tipisnya lapisan ozon, semuanya mempunyai sumber yang sama. Sebagian dari kita yakin siapa yang bersalah: manusia. Walaupun demikian, masih ada orang yang percaya bahwa semua itu terjadi semata-mata karena kehendak Tuhan. Itu karena manusia tidak mampu mengambil keputusan dan tindakan yang mengubah ciptaan Tuhan. Mana yang benar?

Sudah tentu kita tidak dapat melepaskan manusia dari panggilan yang diberikan Tuhan untuk secara bertanggung jawab menjaga dan mengembangkan ciptaan baik Sang Pencipta. Kita tidak dapat membantah ilmu pengetahuan seputar perubahan iklim. Tetapi, masalahnya adalah jika kita hanya memilih satu cara untuk menceritakan hal ini: bahwa manusia bertanggungjawab sepenuhnya atas apa yang terjadi di dunia. Jika itu benar, manusia tidak akan mempunyai harapan di saat adanya malapetaka.

Beberapa puluh tahun yang lalu, ketika dunia sedang terguncang akibat epidemi AIDS, banyak pendeta dikecam karena kata-kata mereka yang menyatakan bahwa bencana mengerikan tersebut bisa jadi merupakan penghakiman dari Tuhan. Sesudah itu, ada pengkhotbah yang menyalahkan dosa manusia atas terjadinya COVID-19 dan munculnya serangan teroris. Ketika mereka menyalahkan manusia atas datangnya bencana seperti itu, mereka ditertawakan. Namun saat ini, para ilmuwan, pakar, dan politisi tampaknya menyalahkan kita (dan satu sama lain) atas perubahan iklim!

Entah pilihan pribadi atau kebijakan publik yang harus disalahkan, satu hal yang kita semua sepakati adalah bahwa perubahan iklim adalah permasalahan manusia yang disebabkan oleh alam. Setiap hari dalam siklus berita 24/7, para pakar ilmiah dan politik yang mengubur kita dengan rasa malu dan bersalah, lalu memberi tahu kita bagaimana kita menyebabkan segala apa yang terjadi. Mereka juga menyatakan bahwa hanya manusia yang bisa bertindak untuk menghindari bencana yang lebih besar.

Tentu saja kita tidak boleh mengabaikan semua yang telah diperoleh melalui sains. Namun pertanyaannya adalah apa yang bisa kita peroleh dengan menyatakan sebagian dari kepastian ilmiah yang tampaknya hanya membebani semua orang. Bagaimana jika, sebaliknya, kita mengizinkan beberapa saksi supernatural untuk memberikan kesaksian dan berbagi sedikit misteri Ilahi?

Menurut kesaksian Kristen, dalam semua bencana selalu ada kabar baik. Kabar terbaiknya adalah Tuhan bersedia menanggung semua masalah kita. Alkitab secara jelas menyatakan kegagalan manusia di sepanjang zaman. Banyak catatan kuno tentang penyakit, bencana, dan kematian yang berasal dari pilihan manusia. Namun Injil Kristen, kabar baik dari Tuhan, adalah bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan baik, dan memberi kita semua kebaikan yang kita nikmati, sudah menjadi manusia Yesus untuk menyerap badai dan penyakit yang terjadi karena dosa manusia. Salib Yesus adalah tindakan ilahi ketika Tuhan mengangkat tangan-Nya untuk menanggung kesalahan atas kegagalan manusia.

Ada cara lain di mana Allah memikul tanggung jawab atas seluruh bencana yang terjadi di bumi. Menurut Alkitab, penyakit dan bencana alam bukanlah akibat yang buta dan penyebabnya tidak terlihat. Semua itu adalah alat bantu visual yang diilhami ilahi untuk membantu kita melihat realitas hakiki kita. Itu adalah lampu yang dirancang untuk mengingatkan manusia dari bencana yang lebih besar. Dengan demikian, itu sebenarnya adalah kebaikan Tuhan. Itu seperti sistem peringatan dini yang memberitahu Anda untuk mencari tempat yang lebih tinggi dan menghindari gelombang tsunami. Untuk mencari apa yang abadi dan bukan apa yang mudah rusak.

Hari ini kita harus sadar bahwa Tuhan orang Kristen mengklaim berkuasa atas seluruh ciptaan. Semua peristiwa alam tidak berada di luar kendali-Nya. Dia bahkan mengizinkan terjadinya bencana yang mengerikan dalam rancangan-Nya demi kebaikan umat manusia. Kita harus percaya bahwa perubahan iklim bukan hanya konsekuensi dosa manusia atau semata-mata penderitaan yang dibuat Tuhan.

Ayat di atas mengajarkan bahwa ciptaan Allah mengerang seperti saat melahirkan. Bumi yang penuh bencana ini sedang menunggu sesuatu yang lebih baik. Sebuah hidup baru. Sebuah ciptaan baru. Iklim baru. Dunia baru di mana tidak akan ada lagi kesedihan, tangisan, atau kesakitan. Dunia ini hanya mungkin terjadi karena Allah di dalam Kristus bersedia menanggung kesalahan dan dosa kita.

Tinggalkan komentar