Natal mengingatkan hubungan kita dengan Tuhan

“Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!” Yakobus 5: 13

Bagi banyak pekerja di Australia, bulan Desember adalah bulan yang terasa aneh. Maklum, ketika banyak murid sekolah dan universitas sudah memasuki liburan panjang musim panas selama dua bulan, banyak pekerja kantor yang harus bekerja makin keras untuk menyelesaikan tugas mereka untuk tahun ini. Sebelum mereka bisa berlibur, masih ada banyak hal yang harus diselesaikan sesuai dengan target perusahaan. Bagi mereka yang berkeluarga dan mempunyai anak-anak yang sudah berumur belasan tahun, mungkin mulai timbul sedikit ketegangan karena tiap orang mempunyai prioritas dan keinginan yang berlainan. JIka sebagian ingin bebas dan bergembira-ria, sebagian lagi masih sibuk dengan pekerjaan dan pusing memikirkan besarnya pengeluaran.

Orang Kristen yang mempunyai sanak keluarga sebenarnya harus bersyukur. Hari Natal adalah hari peringatan akan kelahiran Tuhan Yesus. Hari yang seharusnya disambut dengan rasa gembira karena datangnya Sang Juruselamat lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Bagi mereka yang bukan orang Kristen pun, suasana Natal yang ada biasanya disambut dengan rasa senang. Tetapi, banyak juga orang yang jika ditanya, menjawab bahwa mereka tidak tertarik untuk merayakan hari Natal. Mungkin karena mereka jauh dari keluarga, tidak mempunyai sanak atau teman, atau sekalipun memiliki sanak keluarga, mereka sedang berada dalam keadaan yang kurang menyenangkan. Bagi mereka, Natal justru bisa mendatangkan kesedihan karena Tuhan terasa jauh.

Orang percaya seharusnya bisa membayangkan bahwa Tuhan yang ada di surga adalah Tuhan yang sebenarnya ingin untuk dekat dengan ciptaan-Nya. Keselamatan yang direncanakan-Nya sudah dilaksanakan sejak mulanya dengan mendatangkan Anak-Nya ke dunia. Yesus yang turun ke dunia adalah Tuhan sendiri yang berwujud manusia, dan dengan pengurbanan-Nya sudah menjembatani hubungan antara Allah Bapa dan umat-Nya. Allah tidak lagi Oknum Ilahi yang jauh di sana, tetapi adalah Bapa dari orang percaya. Lebih dari itu, sesudah Yesus naik ke surga, Roh Kudus diberikan-Nya kepada semua pengikut-Nya guna memberikan penghiburan, bimbingan dan keberanian untuk menghadapi segala tantangan hidup di dunia. Dengan demikian, kehadiran Tuhan  seharusnya makin terasa dalam hati umat-Nya ketika hari Natal mendatangi.

Mengapa Tuhan yang seharusnya dekat masih terasa jauh di sana? Itulah pertanyaan yang sering diucapkan setiap orang yang merasa bahwa mereka harus menghadapi hidup ini sendirian. Bagi setiap orang percaya, ini adalah pertanyaan yang seharusnya bisa dijawab. Karena Tuhan sudah menunjukkan kasih-Nya melalui kelahiran Yesus, adalah kenyataan bahwa Ia ingin menyertai setiap umat-Nya. Jika kehadiran Tuhan tidak kita rasakan dalam hidup kita, itu adalah karena kita sendiri yang belum bisa sepenuhnya membuka hidup dan hati kita untuk Dia.

Yakobus 5:13 mendorong mereka yang percaya kepada Tuhan untuk mempraktikkan imannya. Hal ini paling mudah ditunjukkan dengan berdoa dalam menanggapi setiap keadaan. Kita harus berdoa untuk diri kita sendiri, memuji Tuhan, dan mengundang para pemimpin rohani di gereja kita untuk mendoakan kita ketika pada saat ini kita merasa sakit, atau lemah secara rohani. Rasul Yakobus mendorong para pembacanya untuk menanggapi semua keadaan kehidupan mereka dengan doa. Itulah yang dilakukan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Ini adalah tema yang konsisten dari surat Yakobus: tindakan seseorang membuktikan apa yang sebenarnya mereka yakini.

Jadi, setiap umat Kristiani yang sedang menderita atau berada dalam kesulitan di saat ini hendaknya rajin untuk berdoa. Jika doa tidak datang secara alami kepada kita, Yakobus mengajak kita untuk tetap melakukannya. Entah itu masih terasa canggung atau sudah senormal bernapas, doa adalah cara utama orang percaya mengekspresikan iman mereka kepada Tuhan. Kurangnya doa dalam menanggapi masalah harus menjadi tanda peringatan rohani. Itu adalah gejala seseorang yang tidak hidup dalam ketergantungan pada Tuhan. Tanda berbahaya lainnya adalah tidak cepat menyanyikan lagu pujian kepada-Nya ketika kita merasa gembira atau bahagia. Doa harus menjadi respons alami terhadap keadaan atau keadaan pikiran apa pun bagi orang-orang yang hidup dalam hubungan saling percaya yang erat dengan Bapa kita.

Hari Natal baru akan datang tiga minggu lagi, karena itu getaran hati kita untuk menyambut hari kelahiran-Nya mungkin belum terasa. Tetapi mungkin juga hari Natal mungkin sudah menjadi hari yang tidak ada artinya secara spritual. Tuhan yang sudah kita abaikan hari demi hari tidak akan terasa dekat sekalipun lagu-lagu Natal mulai menggema. Hubungan yang renggang sepanjang tahun tidak akan membuat kita sadar bahwa Ia sudah datang untuk kita, agar kita tidak merasa seorang diri dalam hidup di dunia. Hanya dengan mengubah hidup kita untuk mau berdoa kepada-Nya dalam setiap saat dan keadaan, baik dalam duka maupun suka, kita akan dapat mengerti kasih dan penyertaan Tuhan sepanjang hidup kita.

Tinggalkan komentar