“Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” Kolose 1:28-29.1:28

Apa bunyi ayat di atas jika kita hidup seperti rasul Paulus? Kita akan mengucapkan: “Kita akan mewartakan Kristus, memperingatkan semua orang dan mengajar semua orang dalam segala kebijaksanaan, agar kita dapat menjadikan setiap orang dewasa dalam Kristus.” Inilah panggilan setiap orang Kristen. Bukan saja menjadi dewasa, tetapi juga menjadikan orang lain dewasa. Bukan sebaliknya: mengajarkan orang agar yakin bahwa sebagai orang yang diselamatkan tidak perlu lagi memikirkan hal menjadi dewasa untuk makin menyerupai Kristus.
Saya mempunyai tiga pertanyaan untuk Anda:
Yang pertama, apakah kedewasaan Kristen itu? Karena jika Anda benar-benar memikirkannya, ada banyak jenis kedewasaan. Ada kematangan fisik, mempunyai tubuh yang berkembang dan sehat. Ada kematangan intelektual, yang bisa mengembangkan pandangan dunia yang konsisten. Ada kematangan psikologis, mampu menjalin hubungan dengan orang lain dan memikul tanggung jawab. Namun yang terpenting, ada kedewasaan rohani, dan itulah yang perlu kita mengerti sehubungan dengan ayat di atas. Apa itu kedewasaan rohani?
Rasul Paulus menyebutnya kedewasaan di dalam Kristus. Berada di dalam Kristus adalah ungkapan paling umum tentang apa artinya menjadi seorang Kristen. Seorang Kristen bukan sekedar seseorang yang pergi ke gereja atau telah dibaptis atau pernah membaca Alkitab. Seorang Kristen adalah pria atau wanita di dalam Kristus. Itu tidak berarti seperti perkakas di dalam kotak atau seperti pakaian Anda di dalam lemari. Berada di dalam Kristus berarti bersatu dengan Kristus, seperti pokok anggur di cabang-cabangnya, atau seperti anggota tubuh di dalam tubuh. Berada di dalam Kristus berarti bersatu secara organik dengan Yesus Kristus. Ini tentu tidak mudah dan hanya dimungkinkan oleh Kristus.
Jadi, jika kita mau menjadi orang Kristen, itu berarti bahwa kita berhubungan dengan Kristus. Menjadi orang Kristen yang dewasa tentu saja memiliki hubungan yang dewasa dengan Kristus, suatu hubungan yang erat di mana kita bukan saja percaya kepada-Nya, tetapi juga beribadah kepada-Nya, dan menaati-Nya. Dapatkah kita membayangkan suatu hubungan seperti itu, suatu hubungan dengan Yesus Kristus di dalamnya persatuan dengan-Nya ini sudah matang? Ini adalah prospek yang luar biasa di hadapan kita, karena tidak semua orang yang mengaku Kristen mau beribadah kepada-Nya dan menaati Firman-Nya.
Kedua, bagaimana orang Kristen menjadi dewasa? Nah, perhatikan kerangka teks Paulus: “Kami mewartakan (segala hikmat) Kristus agar kami dapat mendorong agar setiap orang bisa menjadi dewasa di dalam Kristus.” Anda akan melihat pengulangan kata Kristus. Jadi itulah yang penting. Dan hal ini masuk akal karena jika kedewasaan Kristiani adalah kedewasaan dalam hubungan dengan Kristus, maka semakin jelas visi kita tentang Kristus, semakin kita yakin bahwa Dia layak untuk kita percayai, dan menerima kasih kita, ketaatan kita, penyembahan kita, dan sebagainya. Makin lama kita menjadi Kristen, makin taat kita kepada Firman-Nya. Sebaliknya, jika kita sudah lama menjadi orang Kristen, tetapi kita makin merasa “biasa-biasa saja”, kita adalah “Kristen kerdil” karena dalam hidup ini kita mempunyai Tuhan yang kerdil. Orang Kristen yang menjadi makin dewasa, akan bisa merasakan kebesaran Tuhan yang makin lama makin besar dalam hidupnya.
Kita adalah orang-orang Kristen kerdil jika kita memiliki Kristus yang kerdil. Kenyataannya adalah bahwa ada banyak kristus palsu yang ditawarkan di dunia, di supermarket kekristenan di dunia. Ada ajaran Yesus yang palsu, ada Kristus yang pintar membadut di gereja, ada Kristus yang membawa kekayaan, ada Kristus yang mengajarkan cara memperoleh kesuksesan. Bahkan sekarang ini Anda bisa berbincang-bincang dengan Kristus melalui AI (Artifical Intellegence atau kecerdasan buatan) yang dinamakan “Chatbot Jesus“. Padahal AI adalah program komputer yang dirancang untuk meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan karakteristik kecerdasan lainnya. Apakah Anda pernah mendengar atau mengagumi ajaran Yesus-Yesus palsu itu?
Sekarang, tentu saja Anda boleh bertanya di manakah kita bisa menemukan Yesus yang asli? Dan jawabannya tentu saja ada di dalam Kitab Suci. Jika Anda adalah orang Kristen yang benar-benar dewasa, tentu Anda akan mengerti definisi Kitab Suci berikut ini: Kitab Suci adalah gambaran terlengkap dari Anak yang dilukis oleh Roh Kudus. Kitab Suci adalah potret yang paling tajam dari Anak yang dilukis oleh Roh Kudus. Alkitab penuh dengan Kristus.
Jerome, salah satu bapak gereja besar pada abad ke-4 M, menulis dalam salah satu komentarnya, “Ketidaktahuan akan Kitab Suci adalah ketidaktahuan akan Kristus.” Dan kita dapat menyatakan sebaliknya, bahwa pengetahuan tentang Kitab Suci adalah pengetahuan tentang Kristus. Mereka yang belum dewasa, mungkin belum bisa membaca atu mengerti apa yang ditulis dalam Alkitab. Mereka yidak tertarik untuk mempelajari Firman. Mereka adalah orang orang Kristen yang masih makan bubur.
“Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.” 1 Korintus 3:2
Sejauh ini, kita telah menanyakan dua pertanyaan dalam teks kita. Pertama, apakah kedewasaan Kristen itu, dan yang kedua, bagaimana cara orang Kristen menjadi dewasa? Pertanyaan yang ketiga, siapakah yang dapat bertumbuh menuju kedewasaan Kristen? Anda akan memperhatikan tiga kali pengulangan kata, “tiap-tiap orang.” Bacalah lagi. “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.”
Jadi kedewasaan dalam Kristus jelas tidak terbuka bagi segelintir orang yang terpilih, semacam aristokrasi atau golongan elit spiritual. Anda tidak perlu merasa bahwa Tuhan tidak menetapkan Anda untuk menjadi dewasa. Anda menipu diri Abnda sendiri jika yakin bahwa Tuhan menerima tingkat kerohanian Anda “sebagaimana adanya”. Tidak, sebaliknya. Kedewasaan terbuka untuk semua orang dan tidak ada yang perlu gagal untuk mencapainya.
Apapun kedudukan sosial Anda, Anda semua, pada kenyataannya, mempunyai tanggung jawab pastoral. Mungkin Anda adalah pendeta yang ditahbiskan; beberapa dari Anda mungkin penatua atau diaken; beberapa dari Anda mungkin adalah guru sekolah minggu, dan sebagainya. JIka Anda tidak aktif dalam organisasi gereja, mungkin Anda adalah orang tua yang memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak Anda sendiri. Jadi apapun itu, kita semua mempunyai tanggung jawab pastoral ini – tanggung jawab untuk orang lain. Itu jika kita sendiri mau menjadi dewasa secara rohani.
Hari ini, kita menyimpulkan bahwa kita semua memiliki kerinduan ganda yang sama. Di satu sisi kita ingin menjadi seperti umat Kristiani di Kolose, belajar dari Paulus agar kita bisa bertumbuh ke dalam kedewasaan dalam Kristus. Di sisi lain, kita ingin sekali meniru Paulus dalam tanggung jawabnya, tanggung jawab pastoralnya terhadap jemaat Kolose dan yang lainnya. Dan kita bisa menentukan siapa pun yang menjadi tanggung jawab kita, tujuan kita adalah menemui dan mengasihi mereka. Kita ingin mengembangkan diri kita sendiri, namun kita juga ingin mereka bertumbuh menjadi dewasa di dalam Kristus.