Yesus adalah hadiah terbesar untuk kita

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” Yohanes 3:16-18

Di banyak negara, Natal adalah musim memberi dan menerima hadiah. Ini adalah tradisi yang sangat tua, dan tentu saja berakar kuat dalam budaya materialis manusia. Natal adalah musim berbelanja dan mengeluarkan uang untuk makan enak dan berpesta-pora. Tentu saja tidak ada yang salah dengan hadiah dan bersuka-ria, tetapi di tengah hiruk pikuk memberi dan menerima hadiah Natal, kita tidak boleh lupa bahwa kita sedang merayakan datangnya hadiah terbesar yang pernah diberikan kepada dunia: Yesus Kristus, Anak Allah yang kekal.

Yesus Kristus adalah Tuhan sejak sebelum dunia diciptakan, namun Ia menjadi manusia. Ia dilahirkan dari perawan Maria. Dia menjalani kehidupan yang kudus dan tanpa dosa dalam ketaatan yang sempurna kepada Allah Bapa, dan kemudian mati di kayu salib, menderita murka Allah dan sepenuhnya menggantikan kita. Meskipun Ia tidak berdosa, Ia menanggung segala dosa kita dan menaruh seluruh kebenaran-Nya yang sempurna kepada kita. Hasilnya, mereka yang mau menerima DIa akan diselamatkan dan layak beribadah kepada Tuhan dalam kemuliaan kemuliaan di surga kekal selama-lamanya (Yohanes 3:16).

Yesus Kristus, dan keselamatan yang Dia raih bagi umat-Nya, merupakan anugerah yang luar biasa. Itu adalah hadiah cuma-cuma yang diberikan oleh Allah Bapa. Pada hari Natal, Anda tidak perlu memberikan apa-apa kepada bayi Yesus, tetapi harus menerima-Nya dengan iman: Yesus yang dilahirkan dalam palungan adalah Anak Allah. Ayat 16 teks kita menjelaskannya dengan jelas: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Tuhan memberinya sebagai hadiah cuma-cuma kepada dunia.

Mungkin banyak orang yang bertanya: apakah ada barang yang gratis tapi berharga di dunia ini? Inilah penyebab sebagian orang tidak mau menjadi orang Kristen. Mereka menganggap bahwa untuk diselamatkan, manusia harus banyak bersedekah dan berbuat baik. Tetapi Yesus adalah hadiah yang luar biasa, yang menakjubkan. Kata “menakjubkan” sering digunakan secara berlebihan dalam budaya kita saat ini. Ini kurang lebih dilontarkan sebagai sinonim untuk “bagus sekali.” Yesus adalah orang yang baik, seperti halnya dengan tokoh agama lain, begitu kata orang. Namun kata “menakjubkan” bukanlah itu maksudnya. Artinya “menakjubkan; menyebabkan kejutan atau keheranan besar.” Dan saat kita berhenti dan merenungkan anugerah besar berupa kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus dan pengorbanan besar-Nya di kayu salib bagi orang-orang berdosa seperti kita, kita akan takjub. Kita akan tercengang. Kami akan terkejut. Kita akan mengalami keajaiban yang luar biasa. Mengapa Allah masih mengasihi manusia yang durhaka seperti kita?

Kita tentu saja tidak layak menerima anugerah apa pun dari Tuhan yang maha besar ini. Dia adalah Raja di atas segala raja, dan Tuhan di atas segala tuan. Dia mahakuasa, Dia mahasuci, dan Dia layak menerima segala pujian. Sebaliknya, kita bukanlah apa-apa. Kita ini hina, tidak berarti, dan bersifat fana: hari ini ada, dan hilang besok; sama dengan seekor ikan yang berenang di lautan. Kita tidak berarti apa-apa, kecuali Tuhan menganugerahkan arti penting kepada kita.

Tuhan menciptakan segalanya, Dia memberi kehidupan dan nafas pada segala sesuatu, dan Dia menopang segalanya, bahkan hingga saat ini. Kita hidup dan bernapas berdasarkan kehendak dan kuasa Allah yang menopang (Ibrani 1:3). Dia tentu saja tidak berhutang pemberian apa pun kepada kita, dan Dia juga tidak mendapat manfaat dengan memberikan apa pun kepada kita.

Terlebih lagi, kita tidak layak karena semua orang sudah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Dia menciptakan dunia, termasuk umat manusia, dan menjadikan semuanya indah. Namun, dosa Adam dan Hawa menjerumuskan dunia milik Allah ini ke dalam dosa dan kegelapan. Lebih dari itu, kita tidak berhak menerima hadiah apa pun karena telah menodai ciptaan-Nya yang baik dengan dosa yang kita lakukan dalam hidup kita. Memang, setiap orang dilahirkan sebagai orang berdosa dan terus berbuat dosa setiap hari. Kita mungkin berbuat dosa ribuan, jutaan, dan mungkin bahkan miliaran kali selama hidup kita. Itu jika kita sadar dan mau mengakuinya.

Tentu saja, jika kita mempunyai pikiran yang waras, kita harus mengakui bahwa hal ini benar. Kita tahu bahwa kita adalah orang berdosa yang selalu berbuat dosa. Kita tahu bahwa hal ini benar berdasarkan hati nurani kita sendiri, meskipun kita mungkin tidak menyukai kenyataan buruk ini. Kita tahu bahwa kita masing-masing telah melakukan kejahatan, kita masing-masing berpikir jahat, dan kita masing-masing telah mencoba melakukan kejahatan berkali-kali dalam hidup kita. Kita tahu – setiap orang, baik yang percaya maupun yang tidak percaya – bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang bersalah dan patut menerima penghakiman dan murka Allah. Kita tidak pantas menerima hadiah; kita pantas mendapatkan murka. Untunglah, ada hari Natal.

Yesus Kristus adalah anugerah Allah, Putra kekal yang menjadi manusia. Dia adalah segalanya. Namun Alllah tidak mengutus-Nya hanya agar kita bisa memandang atau mengagumi bayi Yesus. Yesus tidak datang hanya untuk dilihat dan dirayakan. Tidak, ada hadiah yang lebih dari itu. Sebagaimana dikatakan dalam ayat 15 dan 16, Allah memberi kita karunia ini “supaya siapa pun yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Ayat 17 mengatakan bahwa Allah Bapa memberikan Anak-Nya “untuk menyelamatkan dunia melalui Dia,” melalui Anak. Dan ayat 18 mengatakan, “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak dihukum.” Ia tidak datang sekadar sebagai hadiah untuk diterima, sebuah gambar untuk dipajang di dinding di dekat pohon Natal. Tidak, Dia datang dengan misi: memberi jalan bagi manusia berdosa untuk diselamatkan, untuk mendapatkan hidup kekal.

Hidup kekal yang kita terima adalah hidup kekal bersama Tuhan. Kita akan terbebas dari kuasa dosa. Kita akan terbebas dari kehadiran dosa. Kita akan terbebas dari hukuman yang harus kita terima karena dosa kita. Di surga, kita akan bebas memenuhi tujuan keberadaan kita: memuliakan Tuhan dan menikmati Dia selamanya. Kita akan bebas melihat Tuhan secara langsung. Kita akan bebas untuk menyembah Dia dalam Roh dan kebenaran. Jadi ini sungguh merupakan hadiah yang luar biasa, yang harus kita ingat dan rayakan.

Tinggalkan komentar