Apakah beda manusia dan hewan?

“Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar.” 2 Petrus 2:12

Kitab Petrus menyatakan bahwa guru-guru palsu telah memasuki komunitas Kristen mula-mula. Para penipu ini berbohong kepada orang-orang percaya dan menantang otoritas Yesus. Mereka juga mengundang orang lain untuk menuruti dosa seksual mereka. Seperti itu, masih ada versi guru-guru palsu yang mengganggu komunitas Kristen modern dengan mengajarkan bahwa dosa-dosa tertentu adalah lumrah, dan bahwa manusia pilihan Tuhan tidak perlu memikirkan dosa mereka. Petrus dengan tegas menggambarkan dosa-dosa “anak-anak terkutuk” ini, dan menegaskan bahwa penghakiman kekal menanti mereka, dan menjelaskan dampak tragis penipuan mereka terhadap orang-orang yang terpikat oleh mereka.

Ayat-ayat dari 2 Petrus 2:10–22 menjelaskan lebih lanjut dosa para guru palsu yang menyebarkan penipuan di gereja mula-mula. Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan bagaimana Tuhan menghakimi kejahatan di masa lalu, sekaligus menyelamatkan mereka yang setia. Bagian ini menggambarkan orang-orang yang menolak Kristus demi kepentingan dunia sebagai orang yang “diperbudak” oleh dosa-dosa mereka sendiri. Tidak peduli apa yang mereka klaim, orang-orang seperti itu membuktikan kondisi rohani mereka dengan terus-menerus kembali ke kekotoran moral mereka.

Petrus melanjutkan kutukannya terhadap guru-guru palsu di antara umat gereja, dengan menggambarkan dosa-dosa mereka yang sembrono di hadapan Allah dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh dosa-dosa itu bagi mereka. Petrus telah mengungkapkan bahwa guru-guru palsu ini, tampaknya, menghina atau mengejek makhluk surgawi sebagai bagian dari pengajaran mereka. Petrus menyebut hal itu sebagai penghujatan: berbicara tanpa rasa hormat yang pantas tentang hal-hal yang sakral. Kita tidak tahu secara spesifik apa yang mereka katakan, atau mengapa mereka mengatakannya, namun Petrus memperjelas bahwa mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

Karena alasan ini dan alasan lainnya, Petrus membandingkan guru-guru palsu ini dengan binatang yang hanya didorong oleh naluri dan bukan oleh pemikiran rasional. Ia menulis bahwa mereka melakukan hal yang alami seperti hewan liar, misalnya, menyerang manusia tanpa sebab yang jelas. Seperti binatang buas itu, Petrus berkata bahwa guru-guru palsu ini akan ditangkap dan dimusnahkan. Namun dalam kasus mereka, Tuhanlah yang akan membinasakan mereka. Kemungkinan besar, Petrus memaksudkan penghakiman kekal atas mereka.

Menariknya, Petrus membandingkan mereka yang bertindak seperti binatang dengan mereka yang bertindak berdasarkan akal budi. Kekristenan, sejak awal, menunjang kebijaksanaan dan pikiran sehat. Faktanya, aspek utama dari iman adalah pengendalian yang disengaja atas kehidupan dan cara berpikir seseorang (Roma 12:2). Gagasan untuk mengabaikan kecerdasan, dan hanya berfokus pada perasaan, sangat bertentangan dengan iman alkitabiah. Memang, dari Alkitab kita tahu bahwa cara hidup dan berpikir manusia adalah hal-hal yang membedakan manusia dan hewan.

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 12:2

Selanjutnya, Alkitab dengan jelas membedakan antara manusia dan hewan:

“Bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada daging ikan.” 1 Korintus 15:39

Secara terperinci, manusia berbeda dari semua binatang lainnya dalam beberapa hal:

  1. Mampu berpikir secara analitis

Manusia dapat menganalisa masalah dan menemukan solusi kreatif. Ia mampu bernalar dan berfilsafat tentang kehidupan. Kekuatan penalaran pada hewan terbatas.

  1. Memiliki bahasa yang sejati

Hanya manusia yang memiliki bahasa dan pemikiran konseptual yang benar. Ia dapat berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol abstrak. Alkitab mengatakan salah satu tanggung jawab pertama yang diberikan Tuhan kepada Adam adalah memberi nama binatang (Kejadian 2:19-23). Hewan tidak mempunyai kapasitas seperti itu.

  1. Mampu merekam sejarah

Perbedaan lainnya adalah manusia dapat mencatat dan menentukan sejarah. Sejak dahulu kala, manusia telah mencatat hidupnya untuk dipelajari oleh generasi mendatang. Tidak ada satupun hewan yang mencatat amalnya untuk anak cucu.

  1. Menjalankan ekonomi

Manusia adalah makhluk ekonomi, mampu melakukan transaksi bisnis yang rumit dan mengelola barang dan jasa di bawah kendalinya. Tuhan memerintahkan Adam dan Hawa untuk menguasai bumi dan “menaklukkannya” (Kejadian 1:28). Hewan tidak melakukan transaksi bisnis satu sama lain.

  1. Mempunyai kesenian

Manusia adalah makhluk estetis yang mampu mempersepsi dan mengapresiasi keindahan dan nilai-nilai tak berwujud. Ketika hewan membangun sesuatu, proses dan objek yang dihasilkan memiliki tujuan fungsional saja. Hewan tidak menciptakan objek untuk tujuan apresiasi.

  1. Menghargai moralitas

Manusia adalah makhluk yang beretika. Dia bisa membedakan antara benar dan salah. Dia dapat dan memang membuat penilaian moral. Dia memiliki hati nurani. Hanya kepada manusialah Tuhan dapat berbicara tentang “kebaikan” dan “kejahatan”. Karena rasa keadilan dan orientasi etis manusia, Tuhan dapat menghukumnya dengan adil karena ketidaktaatannya yang disengaja di Taman Eden.

  1. Melaksanakan ibadah

Hanya manusia yang dapat mempunyai iman, karena karunia Tuhan. Hanya manusia di antara seluruh ciptaan di bumi yang dapat menyembah Penciptanya. Hanya dia yang bisa menaruh kepercayaannya pada bimbingan dan kepemimpinan Tuhan.

  1. Menguburkan yang mati

Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang menguburkan kematiannya. Tidak ada contoh hewan yang melakukan upacara penguburan apa pun seperti yang dilakukan manusia.

Daftar di atas, meskipun tidak menyeluruh, menunjukkan bahwa ada banyak hal yang membedakan manusia dari hewan. Kita juga bisa menambahkan hal-hal seperti: kreativitas, penemuan, imajinasi, penalaran abstrak, cinta (di berbagai tingkatan), kemauan, dan hati nurani.

Kehidupan manusia beriman harus berbeda dari kehidupan hewan.

Penting untuk diperhatikan perbedaan signifikan antara manusia dan bentuk kehidupan lainnya. Tidak hanya berbeda dengan tumbuhan, manusia juga berbeda dengan hewan. Hanya manusia, menurut Alkitab, yang diciptakan menurut “gambar Allah”. Hanya manusia yang memiliki kemauan dan kesadaran diri yang membedakan kita dengan hewan yang paling “maju” dan cerdas sekalipun.

Bagi para ilmuwan, manusia adalah seekor binatang, yang dengan anggun menyebutnya sebagai homo sapiens. Tetapi, dari Alkitab, dan juga dari pengamatan terhadap manusia dan hewan, terlihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat besar di antara keduanya. Sejarah sekuler dapat memberi tahu kita banyak hal tentang masa lalu kita sebagai umat manusia, dan juga posisi kita di dalamnya. Namun tidak peduli berapa banyak tulisan yang kita temukan dan terjemahkan, tidak peduli berapa banyak penggalian yang kita lakukan dan berapa banyak artefak yang kita pelajari, sejarah sekuler belum menemukan petunjuk untuk membantu menjelaskan mengapa manusia sejati harus berbeda dari hewan.

Pad phak lain, Alkitab mengatakan manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia merupakan klimaks ciptaan Tuhan, yang diciptakan pada hari keenam. Meskipun urutan terakhir, manusia adalah yang ciptaan Tuhan yang paling penting:

“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Kejadian 1:27

“Pada waktu Allah menciptakan manusia, Allah membuat mereka mencerminkan sifat-sifat-Nya. Allah menciptakan mereka sebagai laki-laki dan perempuan, memberkati mereka, dan menyebut mereka ‘manusia’.” Kejadian 5:1,2

Kita sudah belajar bahwa manusia diciptakan sebagai gambar Allah. Kita juga sudah belajar bahwa manusia pada akhirnya jatuh ke dalam dosa. Pertanyaan: Apakah dampak dosa bagi manusia sebagai gambar Allah? Apakah dosa menghilangkan/menghancurkan gambar Allah dari diri manusia? Dosa tidak menghilangkan atau menghancurkan gambar Allah dalam diri manusia, tetapi dosa merusak gambar Allah. Dosa memang membuat manusia bisa hidup dan bertingkah laku seperti hewan, tetapi mereka tetap merupakan gambar Allah.

Sebagai contoh, setelah peristiwa Kejadian 3, yaitu kejatuhan manusia dalam dosa, dalam Kejadian 5:1-3, dikatakan demikian: “Inilah daftar keturunan Adam. Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuat-Nyalah dia menurut rupa Allah; . . .Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya.” Demikian juga yang dinyatakan dalam Kejadian. 9:6, “Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” Jelas, alasan Tuhan melarang manusia membunuh sesamanya adalah karena manusia diciptakan menurut gambar Allah.

Perjanjian Baru juga memberikan penjelasan yang sama. Di dalam Yakobus 3:9, dituliskan “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita. Dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,” Yakobus melarang penerima suratnya bersikap tidak konsisten, mulut mereka dipakai memuji Tuhan, tetapi pada saat yang sama, mulut mereka dipakai mengutuki sesamanya yang diciptakan menurut gambar Allah. Dari ayat-ayat ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa gambar Allah dalam diri manusia tidak hilang. Manusia tetap sebagai gambar Allah; tetapi gambar Allah di dalam diri manusia telah mengalami kerusakan.

Roma 3:23 menyatakan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Mayoritas Alkitab versi bahasa Inggris, menerjemahkan kata ‘”kehilangan” dengan lebih tepat, yaitu “kekurangan”. “For all have sinned, and fall short of the glory of God.” Manusia mengalami kekurangan dari kemuliaan yang pertama Allah berikan kepada mereka. Jadi manusia tidak sepenuhnya kehilangan kemuliaan Allah, tetapi manusia mengalami kekurangan kemuliaan Allah (fall short of the glory of God). Manusia yang berdosa tetap sebagai gambar Allah, tetapi gambar itu telah menjadi rusak. Karena itu, mereka yang tetap hidup dalam dosanya bisa dikatakan mirip dengan hewan.

Puji Tuhan, Allah tidak pernah meninggalkan kita dalam keadaan yang tanpa harapan. Ketika Dia melihat manusia berada dalam keadaan yang telah mengalami kerusakan maka Allah melakukan sesuatu, yaitu mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia untuk menebus gambar-gambar yang rusak itu. Menariknya, beberapa kali Alkitab menyebut Yesus Kristus yang datang ke dalam dunia disebut sebagai gambar Allah atau wujud Allah. Misalnya di dalam Kolose 1: 15 dikatakan “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,” Begitu juga dalam Ibrani 1:3, dikatakan “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.”

Manusia sebagai gambar Allah sudah rusak, tetapi Allah mengirim Anak-Nya sendiri, yaitu gambar-Nya yang sempurna untuk menjadi manusia, menebus gambar-gambar yang rusak itu, supaya gambar yang rusak itu terus menerus mengalami transformasi untuk menjadi serupa dengan gambar Anak Allah. Hal ini dicatatkan oleh Paulus dalam Rom. 8:29, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Demikian pula dalam Kolose 3:10, Paulus mengatakan: “Dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khalik-Nya.” Kita harus ingat bahwa dalam 2 Korintus 5:17 Paulus menulis: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Semoga kita mengerti apa beda antara manusia baru dan hewan, dan memilih untuk hidup sebagai gambar Allah yang sejati yang akan berjumpa dengan Dia di surga.

Tinggalkan komentar