“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Filipi 4:13

Pernahkah Anda mendengar nasihat yang berbunyi “Jangan berdoa untuk kehidupan yang mudah, tetapi berdoalah untuk menjadi orang yang lebih kuat.”? Ungkapan ini pernah diucapkan oleh pendeta Phillips Brooks, dalam kata sambutan pada acara makan pagi bersama presiden Amerika John F. Kennedy pada tanggal 7 Februari 1963. Ungkapan serupa kemudian pernah juga diucapkan oleh bintang film kungfu terkenal Bruce Lee.
Unkapan di atas sangat penting artinya, mengingat begitu banyak orang yang ingin mempunyai hidup yang penuh kemudahan dan kenyamanan. Bahkan, banyak orang Kristen yang percaya bahwa menjadi anak Tuhan berarti mempunyai seorang Bapa yang mahakasih dan mahakuasa, sehingga mereka akan memiliki hidup yang berkelimpahan. Mereka yang hidupnya berkelimpahan kemudian sering merasa bahwa itu adalah bukti iman mereka, padahal lebih banyak orang Kristen yang menderita dalam sejarah gereja dari mulanya hingga saat ini.
Ayat di atas adalah ayat yang mendukung ungkapan pendeta Phillips Brooks dan iman orang Kristen sejati. Paulus secara khusus meminta dua wanita Kristen, Euodia dan Sintikhe, untuk menyelesaikan perselisihan pribadi mereka. Orang-orang Kristen lainnya didorong untuk bertindak sebagai orang-orang yang berakal budi dan dipenuhi Kristus. Paulus menyatakan bahwa pengalamannya telah mengajarnya untuk merasa puas dengan berkat materi apa pun yang ia miliki. Ketergantungan pada kuasa Kristus tidak hanya membuat orang percaya merasa puas, namun juga menghasilkan kedamaian dalam hubungan kita dengan orang Kristen lainnya. Hal ini bisa kita pilih dengan sengaja untuk mengarahkan perhatian kita pada hal-hal positif. Kemudian Paulus menyampaikan terima kasih yang tulus kepada jemaat Filipi atas dukungan mereka yang murah hati.
Meskipun sering mengalami kebutuhan dan perlakuan kasar, Paulus dengan gembira menyatakan keyakinannya bahwa Tuhan akan membiarkan dia menanggung apa pun. Perkataan Paulus mencerminkan ajaran Injil bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan (Matius 19:26; Markus 10:27; Lukas 1:37). Paulus telah menyatakan di tempat lain bahwa jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang dapat melawan kita (Roma 8:31)?
Perspektif ini juga dapat ditemukan dalam Perjanjian Lama. Yeremia 32:17 mencatat bahwa tidak ada yang terlalu sulit bagi Tuhan. Ayub 42:2 menyatakan Tuhan mampu melakukan apa saja. Para pengikut Tuhan yang setia telah lama mengetahui bahwa bagi Tuhan, tidak ada yang mustahil, baik itu Ishak, anak perjanjian Abraham, umat Israel yang menyeberangi Laut Merah, maupun umat yang memasuki Tanah Perjanjian di bawah kepemimpinan Yosua. Tuhan menyediakan tepat pada waktunya, pada waktuNya, setiap saat. Keyakinan Paulus dapat ditemukan di seluruh tulisannya (2 Korintus 3:4; 7:16; 8:22; 10:2; 11:17; Galatia 5:10; Efesus 3:12; 2 Tesalonika 3:4).
Namun, ayat ini dapat diambil di luar konteks. Komentar Paulus secara khusus mengacu pada kemampuan seorang Kristen untuk bertahan dalam kesukaran dan penganiayaan. Meskipun penggunaan kata-kata tersebut bermaksud baik, ayat ini tidak mengajarkan bahwa seorang Kristen diberi kuasa untuk bisa menyelesaikan masalah apa pun hanya karena mereka diselamatkan. Hidup setiap orang di dunia selalu mempunyai masalah, sekalipun sebagian orang tidak mau mengakui atau bisa menyadarinya.
Filipi 4:10–20 menjelaskan bagaimana orang Kristen dapat mengatasi kekhawatiran dan keinginan duniawi, apa pun keadaan mereka. Dengan membuat keputusan untuk merasa puas dalam setiap keadaan, orang percaya dapat mempercayai Tuhan untuk memenuhi kebutuhan kita yang sebenarnya, dan tidak termakan oleh materialisme atau kecemasan. Paulus telah mempelajari keterampilan ini melalui banyak pencobaan dan pengalaman pelayanannya. Paulus juga mengungkapkan keyakinannya bahwa Allah akan memberkati setiap orang yang bermurah hati kepada sesamanya dalam beryukur kepada Tuhan. Bagaimana dengan sikap Anda dalam menghadapi masalah kehidupan yang ada? Apakah Anda hidup dalam ketabahan dan pengucapan syukur?