Bagi orang pilihan hanya ada satu pilihan: berjuang

“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Matius 7:13-14

Saat Yesus mendekati akhir dari Khotbah di Bukit (Matius 5:1-2), Dia menjelaskan serangkaian pilihan yang harus diambil oleh para pendengar-Nya. Yang pertama adalah antara gerbang sempit yang membuka jalan yang lebih sulit dan gerbang lebar yang membuka jalan yang mudah. Meskipun analogi ini sengaja dibuat sederhana, namun mengandung beberapa lapisan makna. Tetapi sebelum kita memelajarinya, kita harus menjawab pertanyaan penting: apakah kita harus berusaha keras untuk bisa diselamatkan?

Berbeda dengan kepercayaan lainnya, Tuhan Yesus Kristus mengajar kepada kita bahwa pembenaran (yaitu keselamatan) diberikan bukan karena perbuatan tetapi karena iman. Ajaran Tuhan Yesus tentang iman kembali diingatkan Rasul Paulus kepada orang Israel yang mengejar kebenaran dengan mentaati hukum Taurat. Israel berusaha keras mentaati semua tuntutan yang diminta oleh hukum Taurat. Ini adalah jalan yang mereka anggap mudah karena berada dalam kontrol mereka. Mereka tidak sadar bahwa semakin keras mereka berusaha mentaatinya, semakin mereka gagal memenuhi tuntutan hukum Taurat. Jika mereka percaya akan diselamatkan karena kesucian mereka, itu adalah impian saja (Lukas 18:9-10).

Bangsa Israel pada waktu itu tidak memahami bahwa tujuan Hukum Taurat diberikan Tuhan adalah untuk menyadarkan bahwa manusia adalah orang berdosa dan mustahil bisa diselamatkan melalui perbuatan. Keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. Seperti itu, Rasul Paulus mengingatkan orang Efesus bahwa kunci orang non-Israel untuk bisa diselamatkan bukan karena menaati hukum Taurat, tetapi karena iman mereka. Mereka yang bukan orang Israel tentunya tidak mengenal hukum Taurat, tetapi hanya mengenal Yesus sebagai Sang Penebus. Di sinilah konsep jalan yang sempit itu mengena, karena siapa pun yang sudah dicelikkan matanya oleh Tuhan adalah orang yang mau berjuang untuk mengikuti Yesus yang sudah menyelamatkannya.

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Efesus 2:8-9

Dalam konteks ajaran dalam Matius 5-7, jelas bahwa Yesus menunjuk pada diri-Nya sendiri dan ajaran-Nya tentang kebenaran rohani sebagai “gerbang sempit”. Dengan kata lain, mereka yang memang benar-benar mengikuti-Nya akan memahami bahwa mereka harus memilih jalan yang sulit, dari sudut pandang duniawi (Matius 5:10-12). Bagaimana orang bisa menaati ajaran anak tukang kayu (Matius 13:55)? Ini bukan hal yang mudah, Karena itu, mereka yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah akan diolok-olok, menderita, dianiaya, dicela oleh dunia; namun iman merekalah akan membawa pada kehidupan.

Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. 2 Korintus 4:8-9

Pilihan yang diambil oleh orang dunia adalah gerbang lebar menuju jalan yang mudah: keselamatan melalui usaha sendiri. Gambaran gerbang yang “lebar” menyiratkan sesuatu yang mudah dilihat, dan mudah untuk dilewati. Hal ini juga menunjukkan sesuatu yang mengakomodasi preferensi kita: gerbang lebar memberi kita lebih banyak pilihan mengenai cara melewatinya (banyak agama, banyak jalan ke Roma) dibandingkan gerbang sempit (keselamatan melalui Yesus saja). Karena apa yang ada di balik gerbang yang lebar itu tampaknya mudah (berbuat baik, rajin berdoa, bersedekah,menghafalkan berbagai ayat dan sebagainya), itulah pilihan yang akan diambil banyak orang.

Jalan dunia “lebih mudah”, karena membuka kesempatan untuk seseorang untuk merasa menjadi orang saleh dan puas atas amal ibadah mereka. Yesus memperingatkan para pengikut-Nya bahwa ini justru terjadi pada orang-orang yang menolak Yesus, yang memilih jalan manusia dan mengarah pada kehancuran kekal. Hal ini mempunyai implikasi yang menyedihkan dan menyayat hati bagi nasib kekal kebanyakan orang di dunia. Tapi semua itu dapat dimengerti karena orang-orang itu bukan orang yang percaya kepada Yesus. Mereka yang terpilih hanya sedikit saja.

”Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Matius‬ ‭22‬:‭14‬

Jika semua orang pilihan Tuhan akan mengerti bahwa mereka harus melalui jalan yang sempit, apakah kita harus selalu diingatkan akan hal itu? Tentu! Para pendeta yang bijak akan mengikuti teladan Yesus pada akhir Khotbah di Bukit ketika mereka mengajak umatnya untuk mengambil keputusan untuk selalu menaati Firman. Dalam bacaan hari ini, Juruselamat kita menerapkan secara final semua yang telah Dia katakan dalam Matius 5:1–7:12. Sekarang setelah kita mengetahui apa yang Dia tuntut dari orang-orang yang dipilih-Nya, kita harus memilih untuk mengikuti Dia. Pada akhirnya, Matius 7:13-27 menunjukkan kepada kita bahwa kita tahu adanya dua pilihan. Kita akan mengikuti Kristus dengan sepenuh hati atau kita akan menempuh jalan kehancuran. Tidak ada komitmen setengah hati kepada Yesus; sebab jika kita tidak berada di jalan pemuridan yang sempit, maka kita berada di jalan lebar menuju hukuman kekal (ayat13-14).

Panggilan untuk mengambil keputusan ini bukan berarti kita mampu memilih jalan yang benar sebelum kita menjadi orang Kristen. Namun, mereka yang diubahkan oleh Bapa oleh kasih karunia pasti memilih untuk melayani Kristus. Perbuatan baik, termasuk pengakuan kita akan Yesus dan ketaatan kita pada perintah-perintah-Nya, tentu timbul dari hati yang berubah. Terlebih lagi, kita masih membutuhkan kasih karunia ini bahkan setelah kasih karunia ini pertama kali mengarahkan kita pada jalan Kristus yang benar dalam pertobatan kita.

Kita harus setiap hari berpaling kepada salib dan mencari Kristus agar kita dapat menyelesaikan perlombaan ini. Pencipta kita memberikan lebih banyak rahmat kepada semua orang yang merendahkan diri, mengakui kelemahannya, dan memohon kekuatan (Yakobus 4:6-10). Seperti yang ditulis oleh penafsir Alkitab terkenal Matthew Henry: “Kita tidak dapat masuk ke surga, atau melanjutkan perjalanan iman kita, tanpa bantuan rahmat ilahi; tetapi memang benar bahwa kasih karunia ditawarkan secara cuma-cuma, dan tidak akan kekurangan bagi mereka yang mencarinya dan tunduk padanya.”

“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.” Filpi 3:13-16

Tinggalkan komentar