“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.“ Kolose 2:6

Jika Anda menelusuri berbagai ajaran keagamaan di Indonesia, tentu Anda pernah membaca hal amal ibadah: “Orang-orang yang beriman tentu berharap kelak Tuhan akan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya. Surga adalah tempat indah, mewah dan menyenangkan di akhirat. Karena itu, mereka berupaya melakukan amal-amal terbaik dan sungguh dala beribadah kepada Tuhan. Karena Tuhan hanya akan memasukkan hamba-hamba-Nya ke dalam surga bila mereka mampu mempersembahkan amal terbaik selama hidupnya.” Ajaran seperti ini sayangnya sering ditemui dalam masyarakat kita, yang membuat orang Kristen ikut-ikutan terpengaruh.
Seperti itulah ajaran palsu yang dihadapi jemaat Kristen di Kolose pada waktu itu. Ajaran yang menekankan kerja keras dan pengorbanan pribadi sebagai sarana untuk menyenangkan Tuhan. Memang benar bahwa perbuatan merupakan aspek penting dalam kehidupan orang Kristen (1 Yohanes 3:17-18), namun hal ini merupakan hasil dari iman yang menyelamatkan, bukan sumbernya. Perjalanan hidup kita dengan Tuhan harus berakar pada iman – dan karena itu berakar pada Dia, bukan diri kita sendiri – seperti halnya keselamatan. Jika tidak, spiritualitas kita didasarkan pada kinerja manusia dan ditakdirkan untuk gagal.
Dalam ayat ini, Paulus memperingatkan umat Kristiani agar tidak terpengaruh oleh argumen-argumen yang menyesatkan. Klaim-klaim ini menarik, namun hanyalah tipuan: kedengarannya benar, namun sebenarnya tidak. Ajaran tentang pengenalan diri, berpikir positif, melaksanakan ritual suci terentu, mengagumi pengelihatan ajaib, dan praktik lainnya hanya terlihat bagus bagi para pengamat. Tak satu pun dari hal-hal tersebut yang merupakan sumber pertumbuhan rohani yang sesungguhnya. Paulus menekankan cara Kristus menggenapi segala sesuatu yang kita perlukan untuk dibenarkan di hadapan Allah. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi orang percaya untuk mengejar “bayangan” palsu dan dangkal ini. Kita mempunyai hakikat yang sebenarnya: Yesus, maka kita harus mengikuti Dia. Hidup dalam Dia.
Kolose 2:6-15 menggambarkan keunggulan Kristus dalam mengalahkan dosa. Hal ini sangat kontras dengan kegagalan dunia yang tidak percaya. Paulus mendorong jemaat Kolose untuk tidak tertipu oleh argumen-argumen yang menipu. Bagian ini juga menjelaskan sifat drastis dari keselamatan. Mereka yang beriman kepada Kristus disunat secara “rohani” dan diidentifikasikan dengan Allah melalui iman mereka. Tindakan pengampunan dari Allah ini membebaskan kita dari hukuman dosa yang kekal, memulihkan hubungan kita, dan mengalahkan kekuatan jahat yang melawan kita.
Dalam ayat singkat ini, Paulus membuat pernyataan besar tentang perjalanan orang percaya bersama Kristus. Jemaat Kolose, seperti semua orang percaya lainnya yang telah diselamatkan, menerima Kristus dengan iman (Kisah Para Rasul 4:12; Roma 10:9; Efesus 2:8-9). Implikasi Paulus adalah bahwa mereka yang menerima Kristus dalam iman juga harus tetap di dalam Dia atau “berjalan” – hidup dan berpikir – dengan iman (Kolose 2:7).
Pagi ini kita harus sadar bahwa meskipun Paulus menjalani kehidupan Kristen yang penuh motivasi, dia tahu bahwa iman adalah satu-satunya cara untuk menyenangkan Tuhan. Suatu jenis pekerjaan tertentu tanpa iman dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman. Namun, seseorang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan akan hidup karena iman, bukan karena melihat (2 Korintus 5:7). Iman seperti ini akan menghasilkan banyak perbuatan baik, namun status keselamatan kita tidak akan berubah, meskipun kita melakukan tindakan karena didasarkan pada Kristus dan apa yang telah dilakukan-Nya.