Mengapa aku ada?

“Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi, semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!” Yesaya 43:6-7

Kenapa saya ada? Ini adalah pertanyaan abadi, yang pasti terkait dengan pertanyaan tentang tujuan hidup dan nilai pribadi. Ini adalah pertanyaan penting untuk ditanyakan, dan jawaban yang diperoleh seseorang menentukan cara seseorang berpikir tentang dirinya sendiri dan berinteraksi dengan dunia.

Beberapa orang mendukung gagasan bahwa manusia muncul melalui proses evolusi yang tidak ada kaitannya dengan penciptaan dan bahwa kehidupan hanyalah sebuah kebetulan. Jika itu masalahnya, maka tidak ada alasan nyata mengapa kita ada di sini, karena kehidupan tidak memiliki tujuan akhir. Alkitab mengatakan sebaliknya. Kejadian 1:1–27 menjelaskan bagaimana Pencipta yang mahabijaksana dengan sengaja menciptakan segala sesuatu dalam enam hari, termasuk pria dan wanita yang pertama. Tuhan menciptakan umat manusia untuk memiliki gambar-Nya dan memerintah ciptaan-Nya, namun manusia pertama memilih untuk tidak menaati Allah dan membawa dosa dan kematian ke dalam dunia. Sejak saat itu, umat manusia telah terasing dari Tuhan. Tanpa hubungan yang mengikat dengan Sang Pencipta, kita akan bertanya-tanya siapa diri kita, mengapa kita ada di sini, dan apa tujuan kita.

Dari ayat Yesaya 43:6–7 kita akan tahu tanpa keraguan mengapa kita diciptakan. Kita diciptakan untuk kemuliaan Tuhan. Bukankah menakjubkan jika kita bisa berdiri di depan orang-orang dan berkata, “Saya tahu sepenuhnya dengan yakin mengapa Anda semua di ruangan ini diciptakan. Anda diciptakan untuk kemuliaan Tuhan”? Namun, itu adalah pernyataan yang ambigu di telinga orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Siapa Tuhan yang tidak kelihatan itu, dan mengapa Ia ingin dimuliakan? Apakah Ia gila hormat sehingga menciptakan boneka-boneka untuk menyembah-Nya? Tentu tidak!

Allah justru melakukan semua yang Dia lakukan untuk memperlihatkan kemuliaan-Nya demi kenikmatan penuh dan kekal bagi semua orang yang menerima Kristus sebagai harta tertinggi mereka. Allah melakukan segala sesuatu yang Dia lakukan – segala sesuatu yang Dia lakukan – untuk memperlihatkan kemuliaan-Nya demi kenikmatan semua orang yang menemukan harta tertinggi mereka di dalam Kristus.

Sekarang, ke arah mana Anda dipanggil untuk mengagungkan Tuhan? Jawabannya seperti apa yang terlihat dari teleskop, bukan dari mikroskop. Merupakan penghujatan jika kita membayangkan Tuhan seperti Ia terlihat melalui mikroskop: “Ya Tuhan, kasihan sekali. Dia sangat kecil, dan sangat kecil, sekarang saya harus membuatnya terlihat lebih besar dari dirinya.” Itu adalah penghujatan. Namun faktanya, di dunia setelah kejatuhan ini, Tuhan bagi sebagian besar orang tidak ada dalam radar mereka sama sekali, atau hanya sebuah titik kecil yang mungkin muncul di tengah kabut dosa – setiap dua atau tiga minggu hanya dengan sekejap saja. Mungkin dikatakan ada – tetapi tidak ada signifikansinya. Seperti itu juga, orang yang hanya pergi ke gereja sekali setahun dan hanya kadang-kadang berdoa. Tuhan sangat kecil dan tidak berarti bagi mereka.

Panggilan kita adalah untuk memasang teleskop rohani. Agar kita menyadari bahwa apa yang terlihat jauh itu adalah sangat besar. Bahwa apa yang mahabesar itu tidak akan dapat kita lihat dengan mata kita, kecuali mata kita sudah dicelikkan oleh Yesus.

Kenapa saya disini? Untuk memuliakan Tuhan. Pada akhirnya, Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya; tujuan kita adalah untuk memuliakan Dia dan, di dunia yang berdosa ini, untuk memperkenalkan Dia kepada orang lain. Manusia bukanlah sebuah kebetulan; keberadaan kita di sini bukan tidak direncanakan. Banyak ayat dalam Alkitab yang memperjelas bahwa tujuan manusia adalah untuk memuji dan memuliakan Tuhan, karena Dia menciptakan kita dan memberi kita kehidupan.

Alasan umum mengapa kita berada di sini – untuk memuliakan Allah – memiliki cakupan yang lebih spesifik bagi kita masing-masing. Mazmur 139:16 menunjukkan bahwa tujuan Allah bagi kita sama persis dan bersifat pribadi: “..mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya”. Tidak ada alasan bagi kita untuk menolak bahwa Tuhan mengenal kita secara pribadi, karena Dia menciptakan kita secara pribadi. Anda dapat mengenal Dia secara pribadi dan mengerti mengapa Anda ada di sini jika Anda percaya akan kuasa dan kasih-Nya.

Tinggalkan komentar