“Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan.” Mazmur 20:4

Hari ini adalah hari tahun baru Imlek. Bagi sebagian orang yang merayakannya, hari ini adalah kesempatan untuk berkumpul dengan sanak keluarga dan teman dekat, saling mengucapkan selamat tahun baru disertai dengan harapan agar mereka mendapatkan keuntungan di masa depan. Bagi mereka yang tidak merayakannya, mungkin hari ini kurang mempunyai arti selain kesempatan untuk makan enak dan mengharapkan “hokkie” atau keberuntungan di masa depan. Salahkah jika kita menharapkan nasib baik kita dan mendoakan agar orang lain mendapatkan keberuntungan material?
Pada waktu itu, Daud bersiap untuk berperang. Dia memanjatkan doa dan pengorbanan di tabernakel dan percaya kepada Tuhan untuk kemenangan. Pasukannya siap untuk berperang, dan diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok, masing-masing dengan panjinya. Mereka menyuarakan permohonannya, meminta Tuhan untuk melindungi, membantu, mendukung, dan memberikan kesuksesan kepada Daud. Raja Daud menanggapinya dengan meyakinkan anak buahnya bahwa Tuhan menjawab doa dan akan memberinya kemenangan atas musuh. Ia yakin musuh akan tumbang sementara ia dan anak buahnya tetap bertahan. Akhirnya, anakbuah Daud berseru kepada Tuhan untuk menjawab doa mereka untuk menyelamatkan raja mereka.
Doa di atas bunyinya mirip nadanya dengan uacapan selamat hari tahun baru Imlek. Doa ini melanjutkan doa syafaat atas nama Raja Daud. Bani Israel berdoa agar Tuhan memberikan apa yang baik kepada Daud dan mewujudkan rencana Daud dengan sukses. Tetapi doa ini berbeda dengan ucapan selamat tahun baru Imlek “Gong Xi Fa Cai“”. Dalam bahasa Mandarin, Gong Xi Fa Cai berarti “selamat mendapatkan lebih banyak kekayaan atau kemakmuran”. Sementara, dalam terjemahan bahasa Kantonis, ucapan tersebut berarti “mengharapkan kebahagiaan dan kemakmuran bagimu”. Beda ayat di atas dengan ucapan tahun baru Imlek adalah dalam hal doa kepada Tuhan dan ketergantungan orang Israel kepada-Nya.
Amsal 3:5–6 berjanji jika kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan, dan menerima kehendak-Nya, Dia akan membimbing kita. Daud tidak bergantung pada pemahamannya sendiri ketika dia bersiap untuk berperang. Dia telah menyembah Tuhan dan mencari kehendak-Nya (1 Samuel 23:1–2). Kata “rancangan” yang diterjemahkan di sini berasal dari istilah Ibrani “asāt“, yang juga dapat diterjemahkan sebagai “strategi atau siasat”. Strategi peperangan Daud untuk mengalahkan musuh akan berhasil jika Tuhan menggenapinya. Tuhan adalah kunci kehidupan kita, bukan harta atau kemakmuran.
Rasul Yakobus menasihati kita untuk tidak merencanakan apa yang akan kita lakukan besok tanpa mencari kehendak Tuhan (Yakobus 4:13-15). Tuhan memerintahkan Yosua untuk merenungkan Firman Tuhan dan menaati Firman Tuhan dan kemudian dia akan berhasil (Yosua 1:4–9). Ulangan 20:1–4 menyerukan kepada umat Israel untuk bersandar pada Tuhan ketika mereka pergi berperang. Seperti tu, Mazmur 20:1–5 mengungkapkan doa jemaat di tabernakel untuk Daud saat dia bersiap untuk berperang. Pembukaan mazmur ini menunjukkan respon positif masyarakat terhadap seruan ini. Kata-kata ini mengungkapkan kepercayaan bani Israel kepada Tuhan yang mahakuasa dan kepada-Nya mereka boleh berserah. Apakah Anda berharap kepada Tuhan dan berserah kepada kehendak-Nya atas hidup di masa depan?