“Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.” Matius 13:15

Sekelompok besar orang mengikuti Yesus dari tempat Dia mengajar di akhir pasal sebelumnya ke tepi Laut Galilea. Begitu banyak orang berkumpul di sekeliling-Nya sehingga mereka semua tidak dapat melihat dan mendengar-Nya. Untuk mengatasi hal ini, Yesus naik perahu dan duduk agak jauh dari pantai. Orang banyak berdiri di pantai dan mendengarkan ketika Dia mulai mengajar mereka dalam perumpamaan yang kita kenal sebagai perumpamaan tentang seorang Penabur (Matius 13:1–3).
Perumpamaan biasanya merupakan cerita pendek yang dirancang untuk menekankan kebenaran yang lebih besar. Tujuan utama perumpamaan adalah untuk membuat gagasan besar atau abstrak lebih mudah dipahami. Dengan menghubungkan sesuatu dengan pengalaman yang lebih umum, perumpamaan membuat konsep yang lebih dalam menjadi lebih mudah diakses. Pada saat yang sama, karena mengandalkan simbolisme dan metafora, perumpamaan bisa saja menjadi agak kabur. Para murid meminta Yesus untuk menjelaskan setidaknya satu hal kepada mereka, dan itulah yang Dia lakukan dalam pasal ini.
Namun, Yesus sengaja menghindari menjelaskan arti perumpamaan tersebut kepada orang banyak. Dia memberi tahu para murid bahwa telah diberikan kepada mereka untuk mengetahui rahasia kerajaan surga. Pada waktu itu, Israel pada umumnya, terutama para pemimpin agamanya, menolak peran Yesus sebagai Mesias dan kebenaran bahwa mukjizat-mukjizat-Nya dilakukan dengan kuasa Tuhan. Oleh karena itu, Yesus berkata bahwa mereka akan menggenapi nubuat nabi Yesaya tentang orang-orang yang berhati tumpul yang tidak mau melihat, mendengar, atau memahami. Idenya adalah bahwa ada orang-orang dari awalnya menolak, dan sebagai tanggapannya, Tuhan membiarkan kesalahpahaman mereka sebagai bentuk penghakiman. Namun, murid-murid Kristus diberkati karena dapat melihat dan mendengar apa yang ingin dilihat dan didengar oleh banyak nabi dan orang benar sepanjang sejarah Israel (Matius 13:10–17).
Baik Yesaya maupun Yesus menjelaskan dua pesan utama. Pertama, masyarakat, termasuk para pemimpin agama, menolak untuk percaya bahwa Yesus adalah Mesias meskipun telah mendengar perkataan-Nya dan melihat mukjizat-mukjizat-Nya. Kedua, dan oleh karena itu, Tuhan telah memastikan mereka tidak akan bisa percaya meskipun mereka telah mendengar Yesus mengajar dalam perumpamaan dan melihat mukjizat lebih lanjut. Manusia harus bertanggung jawab karena menolak memahami apa yang sudah jelas, dan sebagai akibatnya, Allah bertindak untuk menghalangi mereka untuk memahami hal tersebut di masa depan (Amsal 29:1).
Matius mencatat bahwa Yesus kemudian mengajar orang banyak melalui perumpamaan, sebagian untuk menggenapi pernyataan nubuat dalam Mazmur 78 (Matius 13:34–35). Ajaran spesifik ini berada dalam konteks respon Israel terhadap pelayanan Yesus. Meskipun ada persamaan yang berguna mengenai bagaimana Injil diterima atau ditolak, tujuan utama dari ajaran-ajaran ini bukanlah untuk memberikan ujian bagi keselamatan. Perumpamaan tentang penabur, khususnya, sering disampaikan dalam upaya untuk menjelaskan semacam “spektrum keselamatan”, yaitu beberapa macam tingkat keselamatan – dari yang tertinggi sampai yang tidak beremakna – namun ini bukanlah maksud dari pesan Yesus tersebut.
Perumpamaan pertama yang diajarkan kepada orang banyak adalah tentang seorang penabur yang sedang menanami ladang. Untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal, petani akan menebarkan benih tepat di tepi tanah yang telah disiapkan. Jadi, sebagian benih jatuh di jalur yang padat dan belum siap untuk ditanam; burung memakannya. Benih lainnya mendarat di tanah yang tipis dan mulai tumbuh, namun batuan di bawahnya menghambat pertumbuhan; kecambah itu mati karena gelombang panas. Benih-benih lainnya jatuh di antara duri-duri yang mencekik tanaman saat mereka tumbuh, sehingga menghambat pertumbuhannya. Akhirnya, beberapa benih mendarat di tanah yang subur dan bertumbuh dan memberikan hasil yang sangat besar (Matius 3:3-9).
Yesus menjelaskan—hanya kepada murid-murid-Nya—bahwa benih melambangkan firman kerajaan. Mereka yang tidak memahaminya adalah tanah yang keras di jalan tersebut. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang keras kepala atau menentang, dan pesan-Nya bahkan tidak pernah bisa menembus ke permukaan. Bagaimana ini bisa terjadi tanpa seizin Yesus sendiri? Jika Yesus mahakuasa, tentu fiman-Nya akan bisa menerobos tembok hati setiap orang, kecuali Ia memang tidak bermaksud untuk memaksakan hal itu. Setan kemudian merenggut apa yang dikabarkan Yesus itu seperti seekor burung yang menyambar benih. Itu pun tentu dengan seizin Yesus.
Tanah berbatu melambangkan mereka yang tampaknya menerima kebenaran, namun tanpa kedalaman apa pun. Begitu kesulitan datang, mereka layu dan gagal. Duri mewakili persaingan kepentingan dunia, seperti uang dan kemasyhuran. Kehidupan yang terhimpit oleh gangguan-gangguan tersebut tidak mempunyai ruang untuk membiarkan kebenaran berkembang. Tanah yang baik adalah mereka yang menerima firman dan produktif dengannya, seperti yang dikehendaki oleh Sang Penabur (Matius 13:18-23).
Ketika Yesus bertanya kepada murid-muridnya apakah mereka memahami semua yang Dia katakan, mereka menjawab “ya”. Mereka tentu lebih paham tentang bagaimana kerajaan Tuhan itu nantinya, dibandingkan dengan apa yang mereka ketahui sebelumnya. Meskipun para murid bersikeras bahwa mereka tahu persis apa yang Yesus katakan, kejadian-kejadian selanjutnya dalam Injil Matius menunjukkan bahwa mereka masih kurang memahami sepenuhnya (Matius 13:51–52; 16:21–23; 26:6–13). Walaupun demikian, bagi orang-orang yang sudah dipilih-Nya, Yesus selalu mau membimbing mereka agar mereka makin dewasa dalam iman dan pengertian.
Bab ini diakhiri dengan perjalanan ke kampung halaman Yesus di Nazaret, di mana orang-orang menolak Dia meskipun Dia mempunyai hikmat dan mukjizat yang Dia lakukan. Karena mereka mengenal Dia—atau, lebih tepatnya, mengira mereka mengenalnya—mereka bahkan menolak untuk mempertimbangkan informasi baru. Faktanya, mereka terhina karena anggapan bahwa seseorang yang mereka anggap remeh ternyata begitu penting. Karena orang-orangnya tidak tulus dan tidak tertarik (Matius 7:6), Yesus hanya melakukan sedikit pekerjaan supranatural di sana (Matius 13:53–58). Orang-orang itu harus bertanggungjawab atas penolakan mereka.
Roma 1:20-21 memberi tahu kita bahwa sifat-sifat Allah yang tidak terlihat (kuasa-Nya yang kekal dan hakikat ilahi-Nya) jelas terlihat oleh semua orang, dan kita tidak punya alasan untuk tidak mengenali kehadiran-Nya. Pekerjaan regeneratif Roh Kudus mempersiapkan tanah—tanah di mana Injil diterima, ditaati, dan bertumbuh (Yohanes 16:8). Tetapi, mereka yang tidak mau mengakui adanya Allah yang berkuasa dalam hidup mereka, adalah orang-orang yang terus menerus menolak kebenaran, dan karena itu Allah berhak untuk menolak mereka.
Roma 9:17-18 menyatakan, “Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: “Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.” Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan u hati siapa yang dikehendaki-Nya” Dari sudut pandang manusia, tampaknya salah jika Tuhan mengeraskan seseorang lalu menghukum orang yang telah dikeraskan-Nya. Namun secara alkitabiah, kita semua telah berdosa terhadap Allah (Roma 3:23), dan hukuman yang setimpal untuk dosa tersebut adalah kematian (Roma 6:23). Oleh karena itu, kekerasan dan hukuman yang dilakukan Tuhan terhadap seseorang bukanlah sesuatu yang tidak adil; itu sebenarnya penuh belas kasihan dibandingkan dengan apa yang pantas diterima seseorang dalam hidupnya.
Siapakah orang-orang yang sudah mengeraskan hati mereka sehingga Tuhan tidak lagi mau untuk mengingatkan mereka? Anda mungkin mengira bahwa mereka adalah bukan orang Kristen. Tetapi kita harus berhati-hati, karena jika kita tidak benar-benar percaya kepada Yesus dan berusaha untuk taat kepada-Nya, mungkin saja kita adalh tanah yang tidak berguna. Dalam hal ini, orang-orang yang mendengarkan pemberitaan Firman Tuhan setiap minggu pun mampu mengeraskan hati mereka terhadap kebenaran yang mereka dengar. Mereka datang ke gereja, menengarkan firman, pulang ke rumah masing-masing, tetapi hidup mereka tidak pernah berubah. Mereka yang bukan tanah yang baik adalah orang-orang yang hanya berpura-pura atau merasa bahwa mereka adalah tanah yang subur. Mereka harus bertanggungjawab atas apa yang mereka perbuat selama hidup di dunia.