“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Kolose 4:5-6

Dalam ayat di atas ada kata “orang-orang luar”. Apa maksudnya? Apakah itu orang-orang yang tidak termasuk segolongan, serumah, sekawan, sekantor dan sebagainya? Ya, memang dengan adanya kata “orang luar” tentunya ada kata “orang dalam”, yaitu orang yang kita kenal dengan baik, yang bisa kita percaya. Tetapi, itu bukan maksud ayat di atas. Kata “orang luar” di atas ditujukan kepada orang yang belum percaya kepada Kristus, yang dalam kenyataannya bisa saja adalah sanak saudara kita yang kita kenal sebagai “orang dalam” dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang sering menimbulkan masalah dan kesedihan bagi orang Kristen yang berusaha membawa sanak saudara dan teman-teman ke arah pengenalan akan Yesus, Sang Juruselamat.
Ayat di atas juga bisa membawa kebingungan bagi kita karena Paulus mengajak kita untuk memberi perhatian kepada orang luar. Bukankah kita tidak perlu memikirkan hidup orang luar jika kita ingin mengikut Dia? Dalam hal ini, Yesus pernah berkata bahwa Ia membawa perpecahan di antara orang-orang dalam karena siapa yang mau mengikut Dia, tidak boleh mengutamakan sanak saudara.
“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” Matius 10:34-37
Perintah Paulus sudah tentu berhubungan dengan misi orang percaya. Amanat Agung dari Yesus menyatakan bahwa sesudah menjadi “orang dalam”, kita harus mau membetitakan Injil kepada orang luar.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” Matius 26:19
Bagaimana kita bisa bergaul dan berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di luar Kristus? Salah satu bagian dari pemberitaan Injil (Kolose 4:3-4) bisa dijumpai dalam tindakan orang percaya terhadap orang yang tidak percaya. Dua prinsip penting disajikan di sini.
Pertama, kebijaksanaan atau kearifan harus digunakan sehubungan dengan tindakan kita terhadap orang-orang yang tidak percaya. Apa yang kita lakukan dan apa yang kita katakan harus konsisten, seiring berjalannya waktu, dan satu sama lain, agar pesan Yesus dapat disampaikan dengan jelas.
Sejauh ini, Paulus menggambarkan penginjilan sebagai sebuah karya doa (Kolose 4:2-3), sebuah karya komunikasi yang jelas (Kolose 4:4), dan sebuah hikmah, serta pemanfaatan setiap kesempatan (Kolose 4:5). ). Prinsip kelima untuk penjangkauan yang efektif diberikan di sini, gagasan tentang ucapan yang ramah atau baik hati. Sekalipun mereka yang belum mengenal Kristus tidak menyenangi kita, kita tetap harus mau melakukan pendekatan dengan kasih.
Paulus dalam ayat di atas menggunakan metafora garam. Garam, pada zaman Paulus, cukup berharga untuk digunakan sebagai uang, dan dihargai karena kemampuannya mengawetkan dan memberi rasa pada makanan. Dengan cara yang sama, perkataan seorang Kristen harus bermanfaat dan berharga, “diberi rasa” yang berbeda dari ucapan orang-orang yang tidak beriman, dan melestarikan pesan Kristus. Cara hidup dan tindakan kita yang bisa terlihat atau dirasakan orang lain tidak boleh terasa hambar bagi mereka.
Adanya tambahan garam tentu mengubah rasa makanan. Dalam hal ini, penggunaan metafora ini oleh Paulus mempunyai lebih dari satu makna. Perkataan orang percaya adalah untuk melestarikan pesan Kristus, membantunya menjangkau sebanyak mungkin orang secara efektif. Apa yang dikatakan oleh seorang Kristen harus memberi nilai tambah pada percakapan; kata-kata kita harus membangkitkan semangat atau membantu. Dengan demikian, kebenaran kehidupan Kristen kita yang telah diperbarui harus terlihat jelas dalam “rasa” yang berbeda dalam cara kita berbicara dan bertindak. Orang Kristen adalah orang dalam persekutuan dengan Kristus, dan karena itu tidak mungkin tetap hidup bergelimang dalam dosa seperti orang-orang luar. Orang Kristen yang tidak dapat menunjukkan terang Kristus adalah orang-orang Kristen palsu yang justru menjauhkan orang-orang luar dari pintu masuk kerajaan surga.
Prinsip kedua, Paulus juga menyatakan bahwa orang-orang dalam harus memanfaatkan waktu yang ada secara efektif. Beberapa terjemahan mengartikan frasa ini sebagai “memanfaatkan setiap peluang sebaik-baiknya”. Setiap momen kehidupan kita adalah penting dan harus dimaksimalkan dalam pelayanan kepada Kristus. Lebih dari kebanyakan orang, Paulus sangat menyadari hal ini, karena dia telah dipukuli, dipenjarakan, dan mengalami karam kapal selama pelayanannya. Perspektif ini mengilhami Paulus untuk dengan berani dan bersemangat memberitakan kabar baik tentang iman kepada Yesus kepada orang-orang yang belum percaya.
Menggunakan waktu yang ada untuk memberitakan Injil adalah bagian penting dari kehidupan kita karena waktu yang kita punyai adalah singkat. Baik karena kecelakaan, peristiwa alami, atau kedatangan Kristus kembali, setiap orang dapat bertatap muka dengan Tuhan kapan saja. Orang-orang percaya harus dimotivasi oleh pengetahuan bahwa orang-orang luar yang ada di sekitar kita, dan itu termasuk anggota keluarga kita, akan mati terpisah dari Kristus kecuali mereka mendengar dan menerima Injil.
Aspek penting dari penginjilan adalah kemampuan menjawab pertanyaan orang-orang luar dengan ramah. Petrus juga mencatat pentingnya bidang pelayanan ini, dengan mengatakan:
“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat” 1 Petrus 3:15
Mengkomunikasikan Kristus mencakup penyampaian Injil yang positif dan kemampuan untuk mempertahankannya (Titus 1:9). Pengetahuan belaka bukanlah satu-satunya hal yang diperlukan. Untuk memberikan jawaban dengan cara yang benar-benar “Kristen”, seseorang harus menyampaikan kebenaran dengan kata-kata yang tepat dan sikap hidup yang benar.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Matius 5:16