“Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” 2 Korintus 5: 10

Ada orang Kristen yang percaya bahwa Tuhan yang menetapkan segala tindakan manusia, baik kecil maupun besar, melalui penentuan Ilahi yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat dari awalnya. Walaupun mereka percaya bahwa manusia nampaknya memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan sehari-hari, mereka tidak bisa menerima bahwa semua itu adalah kehendak mereka sendiri. Apalagi, jika kehendak manusia dikaitkan dengan soal keselamatan, banyak orang yang menyangka bahwa Tuhan menentukan mereka yang akan dikirim ke surga dan mereka yang ke neraka tanpa mempertimbangkan iman dan keinginan hati mereka selama hidup di dunia.
Manusia hanya bisa diselamatkan melalui iman dan iman berasal dari Tuhan. Siapa pun yang mengambil keputusan untuk percaya dan ingin untuk diselamatkan, harus percaya bahwa itu hanya bisa terjadi karena bimbingan Roh Kudus. Dan oleh bimbingan Roh Kudus juga, mereka yang percaya akan bisa menyatakan iman mereka dalam berbagai perbuatan baik yang memuliakan Tuhan. Sebaliknya, mereka yang tidak dibimbing Roh Kudus hanya bisa melakukan apa yang jahat di hadapan Tuhan, sekalipun terlihat baik di mata manusia.
“Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.” Roma 7: 18
Memang sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik dalam diri manusia yang bisa memenuhi standar Allah. Kehendak yang ada pada diri manusia sering kali adalah kehendak yang diracuni dosa dan mungkin juga dipengaruhi iblis. Dengan demikian, jika kita bersandar pada kehendak kita sendiri dalam hubungan kita dengan Tuhan sering kali justru membuat kita cenderung untuk menjauhkan diri kita dari Tuhan. Itulah yang terjadi pada Adam dan Hawa ketika mereka memakan buah terlarang. Hanya karena anugerah Tuhan mereka yang percaya kepada-Nya akan menerima hidup yang kekal di surga. Walaupun demikian, tidaklah benar bahwa Tuhan selalu memaksakan kehendak-Nya kepada mereka yang tidak mau percaya kepada-Nya atau tidak peduli akan adanya surga dan neraka.
Sebagai manusia yang diciptakan sebagai peta dan teladan Allah, manusia memang diberi kebebasan untuk memilih apa yang diingini selama hidup di dunia. (Kejadian 2: 16). Tetapi, jika manusia tidak mau tunduk kepada firman Tuhan, kehendak manusia akan membawa mereka kepada pilihan yang buruk. Kebebasan manusia dari awalnya, bukanlah sesuatu yang tidak mempunyai konsekuensi, tetapi harus dilakukan dengan kesadaran yang penuh bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa Tuhan dan firman-Nya. Manusialah yang pada akhirnya bertanggung jawab atas cara hidup mereka, apakah mereka ingin untuk menjadi orang yang diselamatkan atau tidak. Mereka yang pada akhirnya masuk ke neraka, tidak dapat menuduh Tuhan berlaku tidak adil karena mereka akan disadarkan bahwa selama hidup di dunia mereka tidak mau taat kepada firman Tuhan.
“Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” Yohanes 3: 36
Perlu kita ingat bahwa kehendak kita hanya bisa terjadi sejauh mana Allah mengizinkan. Manusia bisa menghendaki apa pun, tapi tidak ada usaha kita yang mengalahkan kedaulatan dan rencana Tuhan. JIka Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong kita, adalah tanggung jawab kita untuk menyambutnya, Sebaliknya, jika Tuhan tidak mengulurkan tangan-Nya, itu adalah keputusan-Nya yang tidak dapat dibantah.
Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: “Apa yang Kaubuat?” Daniel 4: 35
Sebagai umat Kristen kita bebas untuk melakukan apa saja atau mengambil keputusan selama hidup di dunia. Tetapi kita tidak boleh menggunakan kebebasan itu untuk membuat murka Allah. Kita bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan karena kita bukanlah pion-pion Allah. Kewajiban kita adalah menggunakan kehendak bebas (dalam arti “tanpa paksaan”, dan bukan “bebas untuk mendapatkan apa yang dikehendaki”) yang diberikan-Nya kepada kita untuk diselaraskan dengan kehendak-Nya selama hidup di dunia. Kita tidak boleh dengan sombong memakai kebebasan yang kita punyai untuk mengabaikan kedaulatan Allah. Sebaliknya, dengan kerendahan hati kita berserah kepada-Nya:
“Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Yakobus 4: 15
Satu hal penting yang harus kita sadari, Tuhan belum tentu menghentikan tindakan manusia sekalipun itu tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Malahan, Tuhan bisa saja membiarkan manusia yang sombong dan keras kepala seperti Firaun untuk makin sesat dan menerima hukuman yang setimpal. Manusia tidak bisa mempersalahkan Tuhan jika ia jatuh ke dalam dosa. Tuhan sudah tahu sebelum dosa dilakukan manusia dan rencana-Nya tetap bisa berjalan tanpa bergantung pada hidup dan perbuatan manusia. Itulah sebabnya ada banyak hal menyedihkan yang terjadi ketika manusia tidak mau hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Pada akhirnya, kita harus sadar bahwa sebagai umat Kristen kita bertanggung-jawab atas apa pun yang kita sudah lakukan dengan kehendak bebas kita baik mengenai soal jasmani maupun rohani. Setiap orang, baik orang Kristen maupun bukan Kristen, akan memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya.