“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Roma 12:1

Perayaan Paskah, hari kemenangan Yesus atas maut baru saja berlalu. Jika kita memperingati penderitaan dan kenatian Yesus pada hari Jumat Agung, pada hari Minggu sesudahnya kita merayakan kebangkitan-Nya. Karena kematian-nya, kita sudah ditebus-Nya dari hukuman mati, dan karena kebangkitan-Nya kita akan dibangkitkan dan hidup bersama Dia di masa depan. Yesus sudah berkurban untuk kita karena kasih-Nya, dan itu sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang dinyatakan segera setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Sudah tentu, sebagai orang Kristen yang dibenarkan kita seharusnya mengerti bahwa kita sepatutnya selalu bersyukur atas kasih Tuhan.
Sebagai orang yang beruntung, kita harus berjuang untuk bisa menjadi persembahan yang harum kepada Tuhan. Itu jika kita mempunyai kebijaksanaan, sebab banyak orang Kristen yang merasa bahwa sesudah diselamatkan mereka tidak perlu berbuat apa-apa untuk Tuhan. Selain itu, ada orang Kristen yang justru memandang sesama orang Kristen yang berusaha berbuat baik sebagai orang yang “sok” karena beranggapan bahwa tidak ada apa yang baik yang bisa kita persembahkan kepada Tuhan. Mereka lupa bahwa kita adalah bani pilihan Tuhan yang baru, yang tetap harus mempersebahkan kurban meskipun bukan untuk mendapatkan keselanatan.
Bagian baru dari surat Paulus dimulai dengan Roma 12. Ia menyimpulkan bagian yang membahas doktrin keselamatan dan apa artinya datang kepada Allah melalui iman di dalam Kristus. Sekarang dia mulai menjelaskan bagaimana kita yang berada di dalam Kristus seharusnya hidup. Bagaimana seharusnya kita menyikapi kemurahan Tuhan yang begitu besar kepada kita?
Paulus mulai menyampaikan permohonannya kepada saudara-saudara rohaninya: saudara-saudarinya di dalam Kristus. Meskipun dia adalah rasul yang diutus oleh Yesus sendiri untuk membawa Injil ke dunia, Paulus juga “salah satu dari kita.” Ia adalah manusia berdosa yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah melalui iman kepada Yesus. Dia menyebut Tuhan sebagai Bapa, sama seperti kita, menjadikannya saudara kita.
Paulus mendesak kita untuk menyadari bahwa Tuhan telah menunjukkan belas kasihan yang sangat besar kepada kita, yang dijelaskan secara rinci di awal surat ini. Nyanyian pujian pada empat bait sebelumnya memperjelas bahwa Tuhan tidak berhutang apa pun kepada kita. Namun, alih-alih kematian, Dia telah memberi kita kehidupan dan tujuan di dalam Kristus. Dia telah mengampuni dosa kita dan membagikan kekayaan kemuliaan-Nya kepada kita. Kita sebenarnya tidak pantas menerima semua itu. Bagaimana seharusnya kita menanggapinya?
Roma 12:1-2 menjawab pertanyaan, ”Bagaimana seharusnya kita menanggapi kemurahan Allah yang besar kepada kita?” Jawabannya adalah dengan menjadi umat yang selalu setia untuk mempersembahkan kurban, menggunakan hidup kita dalam pelayanan kepada Allah sebagai tindakan ibadah yang berkelanjutan (Ibrani 9:14). Itu yang masuk akal. Ini bukanlah cara untuk mendapatkan keselamatan, namun respon alami yang harus kita miliki setelah diselamatkan. Untuk melakukan hal ini, kita perlu melepaskan diri dari pola dunia yang mengutamakan diri sendiri dan mengubah pikiran kita agar dapat memahami apa yang Tuhan inginkan. Maka kita akan tahu bagaimana cara hidup di dunia untuk memuliakan-Nya.
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” Efesus 5:1-2
Paulus menulis bahwa ketika orang-orang Yahudi mempersembahkan hewan yang telah dibunuh sebagai kurban kepada Tuhan, orang Kristen seharusnya mempersembahkan diri kita sendiri, tubuh kita, kepada-Nya sebagai kurban yang hidup. Dengan kata lain, satu-satunya tanggapan rasional terhadap kemurahan Allah yang memberi kita kehidupan kekal adalah dengan memberikan hidup kita kepada-Nya sebagai pengurbanan untuk digunakan demi tujuan-tujuan-Nya saat ini.
Hewan kurban di bawah sistem pengorbanan perjanjian lama harus dipisahkan dari kawanannya untuk tujuan tersebut dan dipilih dengan hati-hati untuk memastikan bahwa pengorbanan tersebut dapat diterima—tidak cacat dan tidak terluka. Sebagai korban yang hidup, Allah telah memisahkan kita dari umat manusia untuk tujuan-tujuan-Nya dan menyatakan kita dapat diterima karena Dia melihat kita berada pada posisi kita di dalam Kristus. Dengan kata lain, kita tidak perlu menunggu untuk menjadi orang yang benar-benar saleh 100 persen sebelum kita bisa mempersembahkan tubuh dan hidup kita kepada Tuhan. Sebagai umat di dalam Kristus, Dia akan menerima pengorbanan hidup kita sehari-hari saat ini, sebagaimana adanya, tetapi yang akan terus berkembang menuju kesempurnaan (Matius 5:48). Maka, kehidupan beribadah yang terus bertumbuh dalam iman dan perbuatan ini merupakan respon yang tepat terhadap rahmat Tuhan yang telah diberikan kepada kita.
Dalam Roma 12, Paulus menggambarkan penyembahan kepada Tuhan kita sebagai pengurbanan yang hidup kepada Tuhan kita, berhenti mencari apa yang kita inginkan dalam hidup dan belajar untuk mengetahui dan melayani apa yang Tuhan inginkan. Itu dimulai dengan menggunakan karunia rohani kita untuk saling melayani di gereja dan dalam masyarakat dan keluarga. Daftar perintah Paulus menggambarkan gaya hidup yang mengesampingkan diri sendiri. Tujuan kita sebagai orang Kristen adalah untuk saling mengasihi dan meninggikan Tuhan. Kita harus memusatkan pengharapan kita pada kekekalan dan menunggu dengan sabar dan berdoa agar Bapa kita menyediakannya. Kita harus menolak untuk tenggelam dalam berbagai bentuk kejahatan, seperti memberi kebaikan pada orang yang merugikan kita, bukan membalas dendam.
“Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Efesus 5:17
Hari ini, firman Tuhan menegaskan bahwa barangsiapa berkata: aku mengenal Tuhan, tetapi ia tidak mau menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Sebaliknya, barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.
“Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” 1 Yohanes 2:6