Kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil! Markus 1:15

Ucapan Yesus di atas adalah ajakan agar manusia bertobat dan percaya agar bisa diselamatkan. Sebagian orang Calvinis yang ekstrim menyangkal perlunya tindakan manusia karena Tuhan menetapkan segala sesuatu dari awalnya, dan sebagian golongan Arminian kurang menekankan dan bahkan mengabaikan penentuan Ilahi karena keyakinan akan adanya kehendak bebas yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia. Dalam hal ini, Alkitab dengan jelas menyatakan baik yang ilahi maupun yang manusiawi sebagai hal yang penting dalam rencana keselamatan Allah. Tetapi bagaimana Tuhan dan manusia harus melakukan sesuatu sebelum manusia dapat diselamatkan? Ini tidak mudah dibayangkan atau dimengerti, tetapi perlu dipelajari karena Tuhan adalah berdaulat dan manusia bukanlah robot ciptaan Tuhan. Berikut ini adalah tulisan John G. Reisinger, seorang pendeta dan penulis Reformed yang terkenal. Artikel dari situs Monergism ini menjelaskan banyak kebingungan dan kesalahpahaman mengenai doktrin kasih karunia.
Poin-poin penting yang harus kita pegang:
SATU: Seseorang harus bertobat dan percaya agar dapat diselamatkan. Tidak ada seorang pun yang diampuni dan dijadikan anak Allah jika ia tidak rela berbalik dari dosanya kepada Kristus. Alkitab tidak pernah mengisyaratkan bahwa manusia dapat diselamatkan tanpa pertobatan dan iman, namun sebaliknya, Firman selalu menyatakan bahwa hal-hal ini penting sebelum seseorang dapat diselamatkan. Satu-satunya jawaban Alkitab terhadap pertanyaan “Apa yang harus saya lakukan agar dapat diselamatkan?” adalah “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan diselamatkan.”
KEDUA: Setiap orang yang bertobat dan percaya Injil akan diselamatkan. Setiap jiwa, tanpa kecuali, yang menaati perintah Injil untuk datang kepada Kristus akan diterima dan diampuni oleh Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Jika kita dapat benar-benar yakin akan segala hal, kita dapat yakin bahwa Kristus tidak akan pernah mengingkari janji-Nya untuk menerima “semua orang yang datang kepada-Nya”. “Datang dan sambutlah” adalah kata-kata kekal Juruselamat kepada semua orang berdosa.
KETIGA: Pertobatan dan iman bukanlah sesuatu yang dipaksakan oleh Tuhan, melainkan merupakan tindakan bebas (yaitu sukarela) yang dilakukan manusia. Manusia, dengan pikiran, hati, dan kemauannya sendiri harus meninggalkan dosa dan menerima Kristus. Tuhan tidak bertobat dan percaya untuk kita; sebaliknya kita bertobat dan percaya. Berpaling dari dosa dan menjangkau Kristus dalam iman adalah tindakan manusia, dan setiap orang yang menanggapi panggilan Injil melakukan hal tersebut karena sejujurnya dia ingin melakukannya. Dia ingin diampuni dan dia hanya bisa diampuni dengan bertobat dan percaya. Tidak ada seorang pun, termasuk Tuhan, yang dapat meninggalkan dosa demi kita, kita harus melakukannya. Tidak seorang pun boleh berharap Kristus “menggantikan kita” dalam mengambil keputusan, kita harus secara pribadi, sadar, dan rela memercayai Dia agar dapat diselamatkan.
Sekarang seseorang mungkin berpikir, “Tetapi bukankah semua itu yang diajarkan oleh golongan Kristen Arminian?” Pembaca, itulah yang diajarkan Alkitab – dan mengajarkannya dengan jelas dan dogmatis. “Tetapi bukankah kaum Calvinis menyangkal ketiga poin di atas?” Saya tidak sedang berbicara tentang, atau mencoba membela “kaum Calvinis” karena mereka mempunyai ratusan variasi. Jika Anda mengenal seseorang yang menyangkal fakta-fakta di atas, maka orang tersebut, apapun sebutannya, sedang menyangkal pesan yang jelas dari Alkitab.
EMPAT: Alkitab yang sama yang menyatakan manusia harus bertobat dan percaya agar dapat diselamatkan, juga dengan tegas menyatakan bahwa manusia, karena sifat berdosanya, sama sekali tidak mampu bertobat dan percaya. Ketiga kemampuan pikiran, hati, dan kemauan manusia, yang harus dapat menerima kebenaran Injil, tidak memiliki kemampuan untuk menerima kebenaran tersebut atau bahkan keinginan untuk memiliki kemampuan tersebut. Apa yang terjadi justru sebaliknya. Seluruh keberadaan manusia bukan saja tidak mampu untuk datang, atau ingin datang kepada Kristus, namun setiap bagian dari naturnya secara aktif bertentangan dengan Kristus dan kebenaran.
Menolak Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat bukanlah tindakan pasif, melainkan sebuah pilihan yang disengaja dan dilakukan. Ini adalah dengan sengaja memilih untuk mengatakan “tidak” kepada Kristus dan “ya” kepada diri sendiri dan dosa. Tidak ada seorang pun yang “netral” terhadap Tuhan dan otoritas-Nya. Ketidakpercayaan adalah tindakan pikiran, hati, dan kemauan yang disengaja seperti halnya iman. Inilah yang Yesus maksudkan dalam Yohanes 5:40 ketika Dia berkata, “Kamu (kamu dengan sengaja membuat pilihan) tidak mau datang kepadaku.” Jelas, ketidakpercayaan adalah tindakan kemauan manusia, bukan buatan Tuhan Sebenarnya ketidakpercayaan adalah iman yang aktif, tapi sayangnya itu adalah iman kepada diri sendiri.
Memercayai dan memberitakan poin Satu, Dua, dan Tiga, tanpa memberitakan poin nomor Empat adalah tindakan yang salah dalam menggambarkan Injil kasih karunia Allah. Hal ini bisa memberikan gambaran yang salah tentang orang berdosa dan kebutuhannya yang sebenarnya. Itu hanya menunjukkan setengah dari dosa manusia. Hal ini tidak memperhatikan hal yang paling krusial dari kebutuhan manusia yang terhilang, yaitu kurangnya kuasa atau kemampuan untuk mengatasi sifat berdosa dan dampaknya. “Injil” yang dibuat berdasarkan poin satu, dua dan tiga saja hanyalah separuh Injil. Pada titik inilah penginjilan modern bisa gagal total. Hal ini mengacaukan tanggung jawab manusia dengan kemampuannya, dan secara keliru berasumsi bahwa orang berdosa mempunyai kemampuan moral untuk melaksanakan segala perintah Allah. Pada pihak yang lain, ada orang yang percaya bahwa manusia tidak bisa bertanggung jawab atas segala dosa mereka. Teks-teks kitab suci yang menunjukkan ketidakmapuan dan tanggungjawab manusia kemudian diabaikan atau dipelintir secara parah oleh penyimpangan dari Injil kasih karunia Allah yang menyelamatkan.
Harap perhatikan beberapa ayat Alkitab yang secara dogmatis menyatakan beberapa hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang yang terhilang:
- Manusia tidak dapat melihat – sampai ia dilahirkan kembali terlebih dahulu. (Yohanes 3:3)
- Manusia tidak dapat mengerti – sampai ia terlebih dahulu diberi sifat yang baru. (1 Kor. 2:14)
- Manusia tidak dapat datang – sebelum ia dipanggil secara efektif oleh Roh Kudus. (Yohanes 6:44-45)
Ada banyak yang tidak bisa dilakukan manusia, tetapi kita tidak mempunyai ruang untuk membahas semuanya. Ketiga hal ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa orang berdosa sama sekali tidak bisa (perhatikan, ini bukan “tidak akan”) datang kepada Kristus sampai Allah terlebih dahulu melakukan sesuatu dalam natur orang berdosa tersebut. “Sesuatu” itu adalah apa yang Alkitab sebut sebagai regenerasi, atau kelahiran baru, dan itu merupakan pekerjaan eksklusif Tuhan Roh Kudus. Manusia tidak mempunyai andil apa pun dalam regenerasi.
LIMA: Kelahiran baru, atau kelahiran kembali, adalah Allah memberi kita kehidupan rohani yang memampukan kita melakukan apa yang harus kita lakukan (bertobat dan percaya), namun TIDAK BISA MELAKUKANnya karena kita terikat pada dosa. Ketika Alkitab mengatakan manusia mati di dalam dosa, itu berarti pikiran, hati, dan kehendak manusia semuanya mati secara rohani di dalam dosa. Ketika Alkitab berbicara tentang keberadaan kita dalam “perbudakan dosa,” itu berarti bahwa seluruh keberadaan kita, termasuk kehendak kita, berada di bawah perbudakan dan kuasa dosa. Kita memang membutuhkan Kristus untuk mati dan membayar hukuman dosa kita, namun kita juga sangat membutuhkan Roh Kudus untuk memberi kita sifat baru dalam kelahiran kembali. Anak Allah secara hukum memerdekakan kita dari hukuman dosa, namun hanya Roh Kudus yang mampu memerdekakan kita dari kuasa dan kematian kebobrokan dosa. Kita membutuhkan pengampunan agar dapat diselamatkan, dan Kristus menyediakan pengampunan dan kebenaran yang lengkap bagi kita melalui kematian-Nya.
ENAM: Iman dan pertobatan adalah bukti dan bukan penyebab kelahiran kembali. Kita memerlukan kehidupan dan kemampuan rohani, dan Roh Kudus menyediakannya bagi kita dalam kelahiran kembali. Karya kelahiran kembali Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk menerima karya penebusan Kristus dengan iman yang sejati. Setiap orang yang berpaling kepada Kristus melakukannya dengan sukarela, namun kesediaan itu adalah akibat langsung dari pemilihan Bapa dan panggilan efektif Roh Kudus. Hanya ketika orang yang mati secara rohani mulai melakukan tindakan rohani seperti pertobatan dan iman – “buah” rohani ini menunjukkan bahwa mukjizat kelahiran baru telah terjadi. Jika ada penginjil yang yakin bahwa kelahiran baru berada dalam kekuasaan dan kemampuan kehendak manusia, maka teologi “aku” buatan manusia menjadi jauh lebih penting daripada teologi Alkitab, dan pekerjaan Roh Kudus hampir dilupakan. Sebaliknya, orang yang tidak mau berpaling kepada Kristus melakukannya dengan kehendaknya sendiri yang terus-menerus menolak panggilan Roh Kudus. Orang seperti itu belum lahir baru.
Pagi ini kita belajar bahwa Tuhan berdaulat tetapi umat manusia tidak dipaksa-Nya untuk melakukan apa yang tidak dikehendaki mereka. Kepada setiap orang, Tuhan sudah memberikan petunjuk yang cukup untuk melihat kebesaran-Nya agar mereka mau mendengarkan panggilan-Nya. Satu-satunya alasan di mana seseorang tidak mendapatkan pengampunan adalah kalau dia tidak termasuk orang yang mau bertobat dan percaya kepada-Nya.