Lahir baru dan dicelikkan

Kata Nikodemus kepada-Nya: ”Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” Jawab Yesus: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Nikodemus menjawab, katanya: ”Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” Jawab Yesus: ”Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Yohanes 3: 4-12

Yesus mengatakan kalimat yang keras di ayat 11-12: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya…”. Nikodemus dikatakan belum percaya di bagian ini; yang mengatakannya adalah Yesus dan Yesus tidak mungkin salah melihat hati manusia. Tapi ‘belum percaya’ bukan berarti menolak mentah-mentah sejak awal. Manusia memang totally depraved atau rusak di hadapan Tuhan, tapi bukanlah bobrol sebobrok-bobroknya.

Setiap manusia sudah dikaruniai Tuhan kesadaran akan sesuatu yang lebih berkuasa darinya. Jika ada sesuatu yang di luar dugaan terjadi, orang mungkin berkata bahwa itu adalah nasib, tindakan alam atau karena keputusan Tuhan. Walaupun demikian, tidak semua orang mau mengakui adanya Tuhan, atau terbuka atas kenyataan itu. Di sini karena keterbukaan Nikodemus, Yesus segera memberitahukan kebutuhannya, yaitu kebutuhan dilahirkan kembali.

Apa itu lahir baru? Seorang pendeta dan penginjil terkenal yang baru-baru ini meninggal dunia, Tim Keller, pernah mempertanyakan ‘bagaimana bisa mengetahui apakah kita ini betul-betul sudah percaya –lahir baru – ataukah kita ini adalah orang Kristen KTP yang tidak betul-betul lahir baru?’ Lalu Tim Keller memberikan beberapa pertanyaan yang bisa kita tanyakan kepada diri kita sendiri.

Pertanyaan pertama: Bagaimana kehadiran Tuhan secara riil dalam kehidupan saya?

Ada perasaan kuat tentang hadirnya Tuhan dalam setiap segi kehidupan orang yang sudah dilahirkan kembali. Orang Kristen KTP tidak bisa menjawab ini karena bagi mereka kehadiran Tuhan itu abstrak, dia tidak pernah berurusan dengan kehadiran Tuhan, Tuhan hadir atau tidak hadir bagi dia tidak relevan, tidak ada juga pengalamannya. Mungkin dia rajin ke gereja, tetapi di luar gereja dia jampir tidak berbeda dengan orang lain, baik dalam bisnis, pekerjaan, bersekolah dan hidup sehari-harinya. Mungkin orang Kristen KTP bisa berkata: “Saya tahu Tuhan itu mahahadir, saya membaca Alkitab setiap hari”. Tapi kita bukan hanya membicarakan keadaaan Tuhan yang mahahadir melainkan kehadiran Tuhan secara khusus dalam setiap keadaan seseorang secara sepenuhnya.

Pertanyaan kedua: Di dalam pergumulan mengikut Tuhan, bagian Firman Tuhan mana yang mengubah kehidupan saya, yang dulunya saya begini lalu setelah belajar Firman Tuhan saya diubahkan oleh kuasa Firman Tuhan?

Poinnya bukan soal hafalan ayat Alkitab, tapi Firman Tuhan yang mana, mengubah kehidupan kita yang mana. Orang Kristen KTP tidak bisa menjawab, karena memang tidak pernah diubahkan oleh Tuhan. Dia mungkin selalu berharap-harap agar Tuhan mengubah dia secara ajaib, tetapi tidak menyadari bahwa keajaiban seharusnya sudah ada dalam diri orang yang benar-benar lahir baru. Mungkin saja dia memperlakukan Firman Tuhan sebagai wejangan-wejangan moral di antara wejangan-wejangan moral lainnya, jadi orang Kristen yang adat istiadatnya bagus, tahu tata krama, yang semua perbuatannya sebatas moral. Tetapi dia tidak menyadari bahwa segala sesuatu harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan. Orang Kristen KTP tidak sadar bahwa perbuatan baik apa pun tidak ada gunanya jika kebesaran Tuhan bukan tujuannya. Pada pihak yang lain, ada orang Kristen yang tidak peduli akan pentingnya hidup baik karena keyakinan bahwa sebagai manusia ia rusak total di hadapan Tuhan. Mereka tidak sadar bahwa kelahiran baru memungkinkan adanya hidup baru.

Pertanyaan ketiga: Apa tanda seseorang sudah dilahirkan kembali?

Pengakuan Westminster Bab XIII menyatakan:

“Orang-orang yang telah dipanggil secara efektif dan dilahirbarukan, sehingga memiliki hati yang baru dan roh yang baru yang diciptakan di dalam diri mereka, selanjutnya dikuduskan secara riil dan pribadi, melalui manfaat kematian dan kebangkitan Kristus, oleh firman dan Roh-Nya yang tinggal di dalam mereka. Kuasa dosa atas segenap tubuh dihancurkan dan beberapa nafsu semakin diperlemah dan dimatikan, dan orang-orang yang dipanggil ini semakin dihidupkan dan dikuatkan di dalam semua anugerah yang menyelamatkan untuk melakukan kekudusan sejati, yang tanpanya manusia tidak akan dapat melihat Allah.

Pengudusan ini bersifat menyeleruh di dalam keseluruhan diri manusia, akan tetapi tidak sempurna di dalam kehidupan ini. Masih terdapat sisa kerusakan di setiap bagian, dan dari sanalah timbul perang yang terus menerus dan yang tidak dapat didamaikan: daging bernafsu melawan Roh, dan Roh melawan daging.

Di dalam perang ini, meskipun kerusakan yang tersisa bisa lebih unggul untuk waktu tertentu, akan tetapi, melalui pemberian kekuatan secara terus-menerus dari Roh Kristus yang menguduskan, bagian yang telah lahir baru pasti menang, dan dengan demikian, orang-orang kudus bertumbuh di dalam anugerah, menyempurnakan kekudusan dalam takut akan Allah.”

Secara sederhana: Orang yang lahir baru dapat melihat Kerajaan Allah. Apa itu ‘melihat Kerajaan Allah’? Melihat Kerajaan Allah berarti bukan cuma melihat kerajaan dunia. Dunia dan daya pemikatnya. Kerajaan dunia itu terlihat mata, menurut prinsip-prinsip dunia. Kerajaan Allah itu tidak terlihat, menurut prinsip-prinsip Kerajaan Allah yaitu prinsip-prinsip Alkitab.

Saya tambahkan dua pertanyaan lagi.

Pertanyaan keempat: Bagaimana kita seharusnya memegang prinsip-prinsip kerajaan Tuhan?

Dunia punya kerajaannya sendiri, punya peraturannya sendiri, punya model kewargaan-nya sendiri, punya konsep keberhasilannya sendiri, konsep kemakmuran-nya sendiri, dst. Contohnya, orang yang berkuasa itu siapa, ada perhitungannya sendiri, misalnya mereka yang punya pangkat, mereka yang punya uang, yang punya koneksi dengan orang besar, yang punya anak-cucu yang berhasil; dst.

Kalau boleh dikaitkan sedikit dengan perayaan Imlek, biasanya kita banyak terima ucapan dari teman, dan yang dikirim orang Kristen mungkin juga ada ayat Alkitabnya. Ada sebagian orang yang mungkin kurang kritis, asal kirim, yang menurutnya ada kaitan dengan Chinese New Year yaitu “Chinese dream”; prosperity/ kekayaan, long life/ hidup panjang, dan health/ kesehatan. Tiga hal ini membuat saya kuatir karena dengan adanya pandangan duniawi seperti itu, tidak akan ada perubahan hidup karena meski mengaku Kristen pun masih materialistis.

Kembali ke bagian ini. Kerajaan Allah punya konsep keberhasilan/ prosperity sendiri yang berbeda dengan konsep kerajaan dunia, entah itu Chinese Empire ataupun Roman Empire, Babilonia, Mesopotamia, dsb. Kerajaan Allah punya prinsipnya sendiri. Apa itu Kerajaan Allah? Waktu kita berdoa “datanglah Kerajaan-Mu”, waktu kita mengatakan “Kerajaan Allah”, apa ‘spektrum arti’-nya di dalam kepala kita? Yesus datang, meng-inisiasi Kerajaan Allah. Apa yang dilakukan Yesus? Bagaimana kita mengerti Kerajaan Allah?

Kalau kita membaca dalam kitab Perjanjian Lama, di situ Kerajaan Allah seringkali dikaitkan dengan kesalehan dan keadilan. Allah itu memerintah, memerintah dengan adil. Kerajaan dunia memerintah dengan tangan besi, dengan kejam, tidak ada keadilan. Apa itu keadilan? Beberapa aspek sederhana, misalnya dalam bidang pekerjaan, keadilan berarti memberikan kepada orang yang memang mereka berhak mendapatkannya. Pemerasan tidak cocok sama sekali dengan Kerajaan Allah karena itu bukan keadilan. Ada orang menggaji pegawai semurah mungkin supaya untungnya lebih banyak, lalu berdoa “datanglah Kerajaan-Mu”, kerajaan yang mana?? Tidak ada urusannya dengan “datanglah Kerajaan-Mu” bahkan bentur 180º. Orang Israel dibebaskan dari Mesir karena ada perbudakan di sana, ada penjajahan tapi jangan-jangan orang Kristen juga menjajah orang lain lalu berdoa “Kerajaan Allah, Kerajaan Allah”.

Kalau kita melihat kitab nabi-nabi kecil –dan juga ada bagian tertentu di kitab nabi-nabi besar– Mikha, Hosea, melakukan kritik sosial yang begitu tajam karena bagi mereka ketidak-adilan sosial dan humanisme tidak sesuai dengan ibadah yang sejati; yang vertikal dan horisontal itu satu paket, tidak bisa di-dualisme-kan. Nabi-nabi itu berkata: “Kamu datang beribadah kepada Tuhan, tapi di rumah kamu pakai dua macam timbangan; itukah namanya beribadah kepada Tuhan? Kamu menahan gaji orang-orang yang kekurangan, kamu menunda-nunda, dsb. dan kamu beribadah kepada Tuhan; itukah namanya beribadah kepada Tuhan?” Mereka jelas sekali dalam hal integrated Christian living atau hidup Kristen yang utuh secara jasmani dan rohani.

Pertanyaan kelima: Bagaimana hidup sebagai orang yang sudah lahir baru?

Waktu kita membicarakan Kerajaan Allah, itu bukan cuma soal lahir baru, angkat tangan terima Yesus, mati masuk surga. Itu bukan hanya soal dosa yang diampuni karena sudah yakin menjadi manusia pilihan. Memang itu betul, tapi kadang-kadang ini terlalu simplistik dan bahkan mengabaikan semua yang lain. Tidaklah mengherankan, ada banyak orang Kristen yang katanya percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tapi tidak ada perubahan apa-apa dalam kehidupannya; tidak mempengaruhi kehidupannya di pekerjaan, tidak berubah dalam perdagangan, keluarga, tanggung jawab kewarganegaraan dan kemanusiaan, semua tidak berubah. Apakah itu namanya Kekristenan dan lahir baru?

Berbicara Kerajaan Allah, tadi kita sudah menyinggung perlakuan orang atasan ke bawahan, jangan menekan. Pada pihak lain, sikap orang bawahan ke atasan sama juga. Ada pegawai-pegawai yang sersikap begitu oportunistis tapi tetap bicara “datanglah Kerajaan-Mu”. Pandangan oportunistis itu tidak sesuai dengan prinsip kesetiaan dan kejujuran. Pokoknya di sini saya datang terima gaji, perusahaan ambruk atau apa tidak bukanlah urusan saya, tapi urusannya direktur. Saya kan bukan direktur jadi saya tidak tanggung jawab, saya kerja, saya terima uang, selesai.

“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” Kolose 3:23-24

Pagi ini baiklah kita renungkan: Apa artinya melihat Kerajaan Allah? Jawabnya: melihat penguasaan Allah, Kerajaan Allah, dalam kehidupan kita. Kita menjadi hamba, Dia menjadi Raja. Dalam versi Matius orang-orang yang melakukan kehendak Allah, melihat Kerajaan Allah. Orang tidak bisa melihat ini karena memang dia belum lahir baru, sehingga tidak ada kepekaan, dia buta terhadap ketidak-adilan seperti dalam kegelapan. Orang yang tidak melihat Kerajaan Allah, dia cuma melihat dunia yang kelihatan oleh mata jasmani, mata rohaninya buta seperti orang yang melihat di dalam kegelapan. Seperti Nikodemus pada saat menjumpai Yesus di malam hari.

Tinggalkan komentar