“Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Kolose 1:16

Secara umum, Alkitab mengajarkan kita bahwa Allah menciptakan dunia dan segala isinya demi kemuliaan-Nya. Wahyu 4:11 mengatakan: ”Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”
Ayat Kolose 1:16 di atas menegaskan kembali poin ini: “Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Diciptakan demi kemuliaan Tuhan bukan berarti umat manusia diciptakan sebagai boneka penghibur Tuhan. Tuhan menciptakan manusia bukan karena Dia membutuhkan mereka. Sebagai Tuhan, Dia tidak membutuhkan apa pun. Sebelum penciptaan alam semesta, Tuhan tidak merasakan kesepian, jadi Dia tidak mencari “teman.” Tuhan adalah Wujud yang berpribadi, dan Ia senang memiliki makhluk lain dengan sukacita – tanpa paksaan – dapat menjalin hubungan yang tulus dengan-Nya.
Karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:27), manusia mempunyai kemampuan untuk mengenal Allah dan karena itu bisa mengasihi Dia, menyembah Dia, mengabdi kepada-Nya, dan bersekutu dengan-Nya. Dia mengasihi kita, namun ini tidak sama dengan membutuhkan kita. Sekiranya kita tidak pernah ada, Allah tetaplah Allah – yang tidak berubah (Maleakhi 3:6). Tuhan. Tuhan adalah Makhluk Ilahi yang kreatif, dan Dia senang mencipta. Ketika Dia menciptakan alam semesta, Dia melakukan apa yang menyenangkan diri-Nya, dan karena Tuhan itu sempurna, maka tindakan-Nya juga sempurna. “Sungguh amat baik” (Kejadian 1:31).
Tuhan tidak menciptakan “rekan” atau makhluk yang setara dengan diri-Nya. Jika Tuhan menciptakan makhluk lain yang memiliki kekuatan, kecerdasan, dan kesempurnaan yang setara, maka Dia tidak akan lagi menjadi satu-satunya Tuhan yang sejati. “TUHAN adalah Allah; selain Dia tidak ada yang lain” (Ulangan 4:35). Apa pun yang Tuhan ciptakan pastilah lebih rendah daripada Dia. Sesuatu yang diciptakan tidak akan pernah lebih besar atau lebih besar dari Dia yang menciptakannya. Walaupun demikian, manusia adalah makhluk yang sangat dikasihi-Nya.
Menyadari kedaulatan penuh dan kekudusan Allah, kita takjub bahwa Ia mengingat dan mengindahkan manusia (Mazmur 8:5) dan bahwa Dia akan dengan senang hati menyebut kita “sahabat” (Yohanes 15:14-15 ). Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya dan agar kita, sebagai ciptaan-Nya, merasa senang untuk mengenal-Nya. Jika demikian, apakah tujuan hidup kita?
“Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” Yohanes 13:14-15
Alkitab sangat jelas menjelaskan apa tujuan hidup kita yang seharusnya. Dari kitab Kejadian, kita tahu bahwa tujuan hidup kita, sebagaimana Tuhan mula-mula menciptakan manusia, adalah memuliakan Tuhan dalam hidup kita. Namun karena dosa, hal ini menjadi suatu kewajiban yang tidak dapat kita sadari dan laksanakan. Hanya dengan memulihkan persekutuan dengan Allah, melalui iman kepada Yesus Kristus, tujuan hidup kita dapat ditemukan kembali melalui kelahiran baru.
Rasul Paulus berbicara tentang semua yang telah ia capai secara keagamaan sebelum dihadapkan pada Kristus yang bangkit, dan ia menyimpulkan bahwa semua itu ibarat tumpukan sampah dibandingkan dengan nikmatnya hidup yang mengenal Kristus Yesus (Filipi 3:8). Selanjutnya, dalam Filipi 3:9-10, Paulus berkata bahwa yang ia inginkan hanyalah mengenal Kristus dan “berada di dalam Dia”, mendapatkan kebenaran-Nya dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya, meskipun itu berarti perjuangan, penderitaan, dan pengurbanan.
Pagi ini kita dingatkan bahwa tujuan hidup orang Kristen yang terpenting adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati hubungan kasih dengan Dia selamanya. Tidak ada orang beriman yang sengaja memilih hidup dalam dosa dan ketidaktaatan. Baiklah kita memuliakan Tuhan dengan rasa takut dan taat, dan mengenal Dia secara intim. Kita menikmati Tuhan dengan mengikuti tujuan-Nya dalam hidup kita, yang memungkinkan kita mengalami sukacita sejati dan abadi – kehidupan berkelimpahan yang Dia inginkan bagi kita.
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” Efesus 5:1-2