“Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” Galatia 5:13

Orang Kristen adalah orang yang sudah dipanggil Kristus untuk percaya kepada-Nya agar dibebaskan dari ikatan dosa. Para pembaca surat Paulus pada waktu itu berada dalam bahaya menyia-nyiakan kebebasan itu, dengan membelok ke salah satu dari dua arah. Di satu arah, guru-guru palsu menekan mereka untuk melakukan sunat agar yakin bahwa mereka benar di hadapan Allah. Di arah lain, kebebasan juga bisa disia-siakan hanya untuk melayani keinginan pribadi dalam hidup yang tidak berubah, dan bukannya melayani orang lain dalam kasih. Roh Allah sebenarnya sudah memberi mereka kekuatan untuk melakukan hal benar jika saja mereka membiarkan Dia memimpin hidup mereka. JIka itu mereka lakukan, niscaya kehidupan dalam Roh akan menghasilkan buah yang penuh kuasa dan positif dalam kehidupan mereka.
Galatia 5:1–15 berfokus pada apa yang harus dilakukan oleh mereka yang berada di dalam Kristus terhadap kebebasan yang ada di dalam Kristus. Pertama, mereka harus menjaganya, terutama dari pihak-pihak yang menekan mereka untuk mengikuti hukum. Paulus yakin jemaat Galatia akan menolak orang yang membawa mereka ke arah yang salah. Selain itu, Paulus juga memperingatkan mereka untuk tidak menyia-nyiakan kebebasan mereka di dalam Kristus dengan melayani diri sendiri secara egois dan bukannya melayani satu sama lain dalam kasih. Seluruh hukum Tuhan memang digenapi dalam satu kata itu: kasih. Namun, hidup mereka yang melayani kepentingan dirinya sendiri akan selalu berakhir dengan konflik dan kekacauan.
Paulus menghabiskan sebagian besar suratnya kepada jemaat di Galatia untuk menyerukan mereka agar hidup dalam kebebasan yang datang dari iman kepada Kristus. Dengan darah-Nya sendiri, Kristus telah membeli bagi mereka yang percaya kepada-Nya kebebasan dari perbudakan keberdosaan kita di bawah hukum Taurat. Kami diampuni. Kita tidak perlu bekerja keras di bawah beban hukum yang berat (Galatia 3:23-29). Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, yang memperluas gagasan yang sama, Paulus menyatakannya sebagai berikut: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” (Roma 8:1).
Namun hal ini menimbulkan pertanyaan baru, yang tentunya juga ditanyakan oleh musuh-musuh Paulus: Jika tidak ada ancaman hukuman bagi orang yang berbuat dosa, apa yang bisa mencegah orang berbuat dosa lebih banyak lagi? Tanpa konsekuensi, bukankah orang-orang akan menuruti segala jenis praktik jahat? Bukankan jika demikian orang beriman tidak perlu berjuang selawan serangan iblis? Perlu kita ingat bahwa Paulus sudah menyatakan kepada jemaat di Efesus bahwa setiap percaya harus memakai seluruh perlengkapan senjata Allah untuk melawan tipu muslihat iblis:
“Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.” Efesus 6:11-18
Kini dalam kitab Galatia Paulus memperingatkan jemaat Galatia untuk tidak menggunakan kebebasan mereka di dalam Kristus sebagai kesempatan untuk secara egois melayani kedagingan dengan hanya melakukan apa yang dirasa baik untuk diri sendiri. Sebaliknya, mereka harus saling melayani tanpa pamrih dalam kasih. Inilah hidup baik yang sesuai dengan hukum Kristus yang kedua.
Sekarang, apakah kita hidup di dalam Kristus atau tidak, itu tergantung pada arah ke mana kita menempatkan fokus kita. Kita sendiri yang harus mengambil keputusan. Jika kita berusaha membuat kita layak di hadapan Tuhan, kita hidup di bawah hukum; yang menurut definisinya, berarti berusaha membenarkan diri kita sendiri di hadapan Allah, dengan usaha sendiri, melalui perbuatan sendiri. Kita fokus pada diri kita sendiri, dan sebagai hasilnya, kita benar-benar mencari kejayaan bagi diri kita sendiri. Sebaliknya, jika kita memilih keselamatan melalui iman di dalam Kristus yaitu tentang apa yang Dia lakukan melalui pekerjaan-Nya, itu sama sekali bukan tentang kita.
Hari ini, kita belajar bahwa hidup dalam kebebasan yang Kristus beli tidak boleh berarti berfokus pada diri sendiri. Hidup orang Kristen adalah tentang kasih Tuhan yang memberi kemerdekaan yang abadi kepada mereka dan karena itu mereka berusaha untuk melayani satu sama lain dengan kasih yang sama.
“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”1 Yohanes 4:19