“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. ” 2 Petrus 1: 5-10

Apakah tujuan hidup orang Kristen? Sudah tentu itu untuk memuliakan Tuhan yang sudah memilih mereka untuk diselamatkan. Petrus memulai surat singkatnya kepada umat Kristiani dengan mengingatkan agar mereka tidak melewatkan apa pun yang mereka perlukan untuk menjalani kehidupan yang baik dan saleh yang menjadi panggilan mereka. Maka itu, mereka harus bekerja untuk menambah iman mereka dengan kebaikan dan sifat-sifat Yesus. Jika Guru kita adalah orang yang saleh, sebagai murid-Nya kita harus mau belajar untuk menjadi seperti Dia.
Untuk menjadi seperti manusia Yesus, diperlukan adanya usaha, tidak seperti keselamatan kekal yang tidak didasarkan pada manusia. Mereka yang tidak memiliki sifat-sifat positif ini akan hidup sebagai hamba Tuhan yang tidak produktif dan tidak efektif, hampir sama butanya dengan orang yang tidak beriman dan lupa bahwa dosanya sudah diampuni. Petrus, yang hampir meninggal, menegaskan bahwa nubuatan tentang Mesias adalah benar. Yesus akan datang kembali dan kita harus memakai waktu yang masih ada untuk bekerja makin giat.
Dalam ayat-ayat di atas, Petrus menjelaskan manfaat luar biasa yang kita terima dalam mengenal Tuhan melalui iman di dalam Kristus. Kita yang telah dibebaskan dari kungkungan dosa, telah diperlengkapi untuk mengikuti teladan kemuliaan dan kebaikan Yesus. Kita dipilih Tuhan bukan hanya untuk diselanatkan, tetapi juga untuk dikuduskan. Kita tidak boleh melewatkan apa pun yang kita perlukan untuk menjalani kehidupan yang Dia kehendaki untuk kita. Terlebih lagi, melalui iman kepada Yesus, kita telah diberikan hak untuk berpartisipasi, saat ini, dalam rencana Allah. Kita dapat bermitra dengan Kristus dalam menggenapi tujuan Allah di bumi.
Kedengarannya luar biasa, tapi apa artinya bagi kita saat ini? Mengapa tampaknya banyak orang Kristen yang begitu jauh dari berpartisipasi dalam karunia Allah, tidak hidup sesuai dengan tujuan, sukacita, dan kasih dalam Kristus? Apakah mereka tidak yakin bshwa Tuhan sudah memberi mereka kemampuan untuk taat? Mengapa ada orang-orang yang terus hidup dalam dosa yang seharusnya sudah lama hilang? Apakah justru karena mereka sudah yakin terpilih lalu tidak lagi merasa perlu untuk hidup menurut firman-Nya?
Ayat-ayat di atas memberi kita petunjuk yang jelas. Tuhan telah memberi kita semua yang kita perlukan untuk hidup seperti Yesus, namun sekarang kita harus benar-benar mau menggunakan karunia itu. Kita harus mau mengambil keputusan, dan itu berarti bersedia untuk bekerja. Sebelum kita menerima anugerah kasih karunia Allah, kita tidak memiliki kemampuan dan keinginan untuk hidup dalam kemuliaan dan kebaikan Yesus. Kini setelah kita diberdayakan untuk melakukan hal tersebut, kita harus “berusaha keras” untuk menambahkan sifat-sifat yang terpuji, secara “bersamaan”, dengan pertumbuhan iman kita. Dengan kata lain, kita harus mulai hidup benar seperti apa yang kita yakini itu benar.
Dengan iman, kita datang kepada Kristus. Kini, dengan kuasa Kristus, kita harus berupaya menambah kebaikan pada iman kita, dan menambah pengetahuan kita tentang kehendak Tuhan. Ayat-ayat di atas menelusuri gagasan-gagasan tambahan mengenai rantai sifat yang harus kita bangun sebagai orang Kristen dalam kehidupan kita.
Dalam 2 Petrus 1:3–15 Petrus mendorong kita untuk memahami bahwa kita, saat ini, diperlengkapi sepenuhnya untuk menjalani kehidupan yang Allah telah panggil bagi kita. Karena kita sudah diperlengkapi, kita harus menggunakan alat-alat itu melalui upaya pribadi. Kita tidak bisa bergantung pada usaha orang lain, atau menantikan Tuhan untuk melakukannya bagi kita. Kita harus berusaha untuk menambahkan kebaikan Kristus dan sifat-sifat kuat lainnya ke dalam kehidupan iman kita. Bertumbuh dalam kualitas-kualitas tersebut menuntun kita kepada kehidupan yang produktif dan efektif dalam mengenal Tuhan. Kurangnya sifat-sifat Kristus menyebabkan hal yang sebaliknya.
Petrus terus mengingatkan pembaca tentang apa yang telah mereka ketahui, untuk terus menggugah mereka, untuk memastikan mereka mengingat semua ini setelah dia meninggal (yang akan segera terjadi) dan untuk mengajar orang Kristen yang lain (selagi kita masih bisa). Maukah Anda menuruti panggilan Petrus?