Mengapa kita berusaha untuk menyenangkan Kristus?

“Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” 2 Korintus 5:9-10

Dalam 2 Korintus 5:1–10 Paulus melanjutkan ajaran yang ada pada pasal sebelumnya. Ia menyatakan bahwa kemuliaan kekekalan bersama Kristus jauh lebih berharga dari segala penderitaan yang dialaminya dalam hidup ini. Paulus rindu untuk menempati tubuhnya yang kekal, yang digambarkan sebagai rumah megah yang dibangun oleh Tuhan sendiri.

Memang Paulus menanggung banyak penderitaan karena melayani Kristus. Dalam 2 Korintus 5 dia melanjutkan pembahasannya tentang kekekalan, membayahgkan hidup dalam tubuh duniawi seperti hidup dalam kemah. Paulus lebih memilih hidup dalam tubuh kekal yang Tuhan persiapkan bagi mereka yang percaya kepada Kristus, bebas dari keluh kesah dan beban yang menimpa semua orang di dunia. Dengan harapan tersebut, ia berkhotbah dengan berani bahwa semua yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru. Di dalam Kristus, Allah mendamaikan manusia dengan diri-Nya, tidak memperhitungkan dosa mereka. Paulus memohon agar semua orang hidup dalam kedamaian melalui iman di dalam Kristus. Bagaimana caranya?

Paulus menulis dengan jujur ​​dan transparan bahwa ia lebih memilih berada di rumah bersama Tuhan dalam kekekalan daripada terus melalui penderitaan dan kesakitan hidup ini (2 Korintus 5:8). Tapi dia tidak ingin bunuh diri. Maksudnya bukanlah bahwa ia secara aktif mencari kematian, atau bahwa ia mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Ia tidak ingin mati secepatnya. Dia hanya percaya Injil dan memahami betapa jauh lebih baik kehidupan surgawi daripada kehidupan sementara dalam tubuh sementara ini. Namun, sampai tiba saatnya untuk ke sana, dia dengan tulus hati dan penuh kerelaan akan terus menjalankan misi yang Tuhan berikan kepadanya di dunia ini. Misi apa?

Kini Paulus meringkas tujuannya—”tekad” atau niatnya—ke dalam satu hal. Dia ingin menyenangkan Kristus. Entah sekarang, dalam kehidupan duniawi yang sulit, atau besok di surga bersama Kristus dalam kekekalan yang mulia, ia ingin menyenangkan Kristus sebagai kekasih. Itu mencakup cara dia hidup, apa yang dia katakan, dan segala hal lainnya. Itulah tujuan utama Paulus sekalipun ia sudah mendapatkan “karcis” ke surga. Ia ingin hidup damai dengan Allah bukan saja nanti di surga, tetapi juga sekarang di dunia.

Mengetahui bahwa kepindahan ke surga akan terjadi, Paulus justru mempunyai keberanian untuk mengambil risiko penderitaan yang lebih besar lagi demi melanjutkan misi memberitakan Injil. Satu-satunya tujuannya dalam hidup ini adalah untuk menyenangkan Kristus sekalipun banyak otang yang tidak menyenanginya. Ia tahu bahwa setiap orang Kristen akan menghadapi penghakiman oleh Kristus, bukan oleh manusia. Pengadilan Kristus untuk orang pilihan bukan untuk menentukan nasib kekal mereka, melainkan untuk menerima apa yang menjadi hak mereka atas perbuatan selama hidup dalam tubuh sementara ini. Mengapa Paulus demikian ingin untuk menerima “hadiah” dari Kristus sekalipun ia sudah mendapat jaminan untuk masuk ke surga?

Banyak orang Kristen yang setelah dengan iman meyakini bahwa mereka sudah diperkenan Tuhan untuk memperoleh hidup yang kekal sesudah meninggalkan dunia ini, tidak lagi peduli bahwa mereka harus menempuh kehidupan di dunia yang juga diperkenan oleh Tuhan. Sikap yang demikian sangat ditentang oleh Rasul Paulus yang selalu mengajarkan bahwa kita adalah anak Tuhan bukan saja di surga tetapi juga di dunia. Sebab itu ia berusaha, baik selama hidup di dunia, maupun sesudah ia di surga , agar ia berkenan kepada-Nya. Paulus tentu berharap bahwa Yesus sendiri akan berkata kepadanya: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21).

Hari ini, jika kita mengaku percaya kepada Yesus dan benar-benar mengasihi-Nya, kita akan mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang harum selama hidup di dunia. Kita akan memiliki hidup yang berbeda jika dibandingkan dengan orang lain, baik Kristen maupun bukan Kristen; dan semua itu karena kita bertekad untuk menyatakan rasa syukur kita yang sebesar-besarnya atas kasih-Nya yang sudah lebih dulu dinyatakan kepada kita.

“Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.” 2 Korintus 2:15

Tinggalkan komentar