Untuk apa Tuhan menciptakan manusia?

  1. Tuhan tidak menciptakan manusia sebagai korban untuk melampiaskan amarah-Nya. Ia senang setelah menciptakan manusia sebagai gambar-Nya. Ia tidak marah sebelum adanya dosa. “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.” (Kejadian 1:31).
  2. Sesudah kejatuhan, semua orang sudah berdosa, tidak ada yang baik. Tetapi Ia tidak memndorong siapa pun ke neraka. Sebaliknya, Tuhan memanggil setiap orang berdosa untuk kembali ke jalan yang benar. “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat” (Lukas 5:32).
  3. Tuhan menciptakan semua manusia karena Ia ingin agar Dia dapat mengasihi mereka, dan agar manusia mau memuliakan Dia dan taat kepada firman-Nya. Dalam hal ini Dia tahu bahwa sebagian manusia menolak Dia dan memilih dosa. Tapi Tuhan tetap mengasihi semua manusia dan tidak berhenti mencari dan memanggil mereka yang terseat untuk bertobat.
  4. Inilah rencana keselamatan Tuhan yang ada sejak mulanya karena Ia tahu bahwa manusia akan jatuh dalam dosa. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
  5. Karena kasih-Nya, Tuhan mau menolong umat manusia. “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yohanes 3:17).
  6. Siapa yang dipilih-Nya diberi-Nya kesempatan yang tidak terbatas selama hidup untuk mengenal Dia, karena Ia panjang sabar kepada umat-Nya. “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Yohanes 3:18).
  7. Walaupun demikian, Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk istimewa, yang mengerti apa yang baik dan buruk dalam hidup di dunia. Lebih dari itu, kepada umat-Nya, Tuhan memberi Roh Kudus. Karena itu, umat Tuhan sejati seharusnya mengerti apa yang baik dan apa yang buruk dan membenci kejahatan – seperti Tuhan yang membenci dosa manusia. “Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah” (Yohanes 3: 20-21).

Tinggalkan komentar