Bagaimana rasanya jika Tuhan menolong orang yang kita benci?

“Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.” Tetapi firman TUHAN: “Layakkah engkau marah?” Yunus 4:1-4

Kitab Yunus terdiri dari empat pasal. Pasal pertama membahas panggilan Yunus untuk berkhotbah di Niniwe, upayanya untuk melarikan diri dari Tuhan, dan konsekuensi yang diakibatkannya. Tindakan Yunus menggambarkan kesia-siaan pelarian dari Tuhan: pasal ini diakhiri dengan Yunus yang dibuang ke laut dan ditelan ikan besar. Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat dan sekalipun manusia bebas untuk memilih tindakannya. ia tidak bisa melawan kehendak Tuhan.

Pasal 2 berisi doa Yunus. Dia berseru kepada Tuhan dalam kesusahannya (Yunus 2:2) saat berada di dalam perut ikan. Tuhan kemudian menjawab doanya, berbicara kepada ikan, dan ikan tersebut memuntahkan Yunus ke daratan (Yunus 2:10).

Pasal 3 menceritakan tentang Yunus yang dengan setia menaati Tuhan untuk berkhotbah di Niniwe. Setelah panggilan kedua ini (Yunus 3:1–2), Yunus patuh dan menyatakan kepada warga Ninewe bahwa kehancuran akan terjadi dalam empat puluh hari. Penduduk Niniwe percaya kepada Tuhan, berpuasa, dan berdukacita sebagai tanggapannya (Yunus 3:5). Raja bahkan mengeluarkan keputusan yang tidak boleh dimakan oleh siapa pun atau hewan, melainkan berdoa memohon belas kasihan Tuhan (Yunus 3:6-9). Ketika mereka melakukannya, Tuhan menunjukkan belas kasihan kepada mereka (Yunus 3:10). Inilah yang bisa terjadi jika manusia menyadari kedudukan mereka di hadapan Tuhan dan mau menyesuaikan kehendak mereka dengan kehendak Tuhan.

Pasal 4 menawarkan tanggapan Yunus terhadap pertobatan Niniwe dan pengampunan Tuhan. Daripada bersukacita, dia malah ingin mati (Yunus 4:3). Yunus kemudian beristirahat di luar kota di bawah tanaman yang telah disediakan Tuhan. Keesokan harinya, tanaman itu hilang dan Yunus sangat marah hingga ingin mati lagi (Yunus 4:8). Tuhan mengingatkan Yunus bahwa penduduk Niniwe jauh lebih penting daripada tanaman yang telah mati. Tuhan memilih untuk berbelas kasihan kepada mereka dan lebih memedulikan mereka daripada Yunus memedulikan tanaman yang menghasilkan keteduhan. Kasih Tuhan jelas ditunjukkan kepada semua orang yang menyambut Dia.

Tuhan menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya (Roma 9:18). Jadi, tampaknya aneh jika seorang pengkhotbah seperti Yunus marah karena pendengarnya bertobat dari dosa mereka, namun itulah reaksi Yunus terhadap pertobatan orang Niniwe. Yunus 4:2 memberi tahu kita alasannya. Yunus berdoa kepada Tuhan , katanya: ”Ya Tuhan , bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.” Yunus tahu sejak awal bahwa Tuhan itu pengasih dan penyayang. Ia menyadari bahwa jika penduduk Niniwe bertobat, Tuhan akan mengampuni mereka. Yunus marah atas pertobatan mereka karena dia lebih suka melihat Niniwe dihancurkan!

Di zaman ini, masih banyak pemimpin gereja dan orang Kristen yang seperti Yunus. Mereka memusuhi orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka dan menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang sesat yang ditakdirlan untuk ke neraka. Apa yang seharusnya diberitakan kepada orang lain adalah kabar baik dan kabar kasih tentang Tuhan yang mau mengampuni semua orang yang mau bertobat dan percaya kepada-Nya. Tetapi, dalam kenyataannya sikap orang-orang Kristen seperti itu kebanyakan menunjukkan kebencian mereka kepada orang lain yang tidak sefaham dengan mereka.

Mengapa ada orang Kristen yang mengharapkan Tuhan menunjukkan kedaulatan-Nya dan bukan kasih-Nya? Kita dapat belajar dari kasus Yunus. Ada beberapa kemungkinan alasan Yunus ingin melihat Niniwe dihancurkan. Pertama, Niniwe adalah ibu kota Asyur, bangsa yang kejam dan suka berperang yang merupakan musuh Israel. Kehancuran Niniwe bisa dilihat sebagai kemenangan bagi Israel. Kedua, Yunus mungkin ingin melihat kejatuhan Niniwe untuk memuaskan rasa keadilannya. Bagaimanapun, Niniwe layak menerima penghakiman Tuhan. Ketiga, tidak adanya penghakiman oleh Allah atas Niniwe dapat membuat perkataan Yunus tampak tidak benar, karena ia telah meramalkan kehancuran kota tersebut.

Kita juga dapat belajar untuk menolak contoh negatif dari Yunus yang tidak memuji Tuhan atas kebaikan-Nya.

Pertama, Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh belas kasihan, bersedia mengampuni semua orang yang bertobat (lihat 2 Petrus 3:9). Penduduk Niniwe adalah bangsa bukan Yahudi, namun Tuhan tetap memberikan keselamatan-Nya kepada mereka. Dalam kebaikan-Nya, Tuhan memperingatkan bangsa Asyur sebelum mengirimkan penghakiman, memberi mereka kesempatan untuk bertobat.

Kedua, Tuhan peduli terhadap manusia di setiap bangsa. Dia, pada dasarnya, adalah Juruselamat. Seperti yang diungkapkan Lukas 15 dalam perumpamaan tentang domba yang hilang, dirham yang hilang, dan anak yang hilang, hati Tuhan adalah untuk penebusan semua orang yang mau datang kepada-Nya. Lebih lanjut, Amanat Agung dalam Matius 28:18-20 menekankan panggilan Allah untuk menyampaikan pesan “kabar baik” Allah kepada semua bangsa. Roma 1:16 juga menekankan pentingnya memberitakan Injil baik kepada orang Yahudi maupun non-Yahudi.

Ketiga, Tuhan prihatin terhadap mereka yang belum pernah mendengar pesan keselamatan-Nya. Penyebutan “lebih dari 120.000 orang yang tidak dapat membedakan tangan kanan dan kirinya” (Yunus 4:11) kemungkinan besar merujuk pada mereka yang tidak mengetahui apa pun tentang kebenaran rohani. Mengenai hal-hal tentang Tuhan, mereka tidak bisa membedakan atas dari bawah atau kanan dari kiri. Tuhan kasihan pada kebutaan rohani orang-orang kafir. Tuhan ingin memperluas keselamatan-Nya kepada semua orang yang mau bertobat dan berpaling kepada-Nya.

Bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang tidak kita sukai? Mungkin kita menganggap mereka sebagai musuh kita, musuh golongan kita. Karena itu kita mungin merasa berhak untuk membenci mereka, seperti Tuhan membenci mereka (dalam bayangan kita). Tetapi ini adalah kesalahan total! Tuhan mengasihi segala bangsa, dan karena itu kita harus mengasihi sesama kita.

Hanya Tuhan yang tahu siapakah manusia yang diselamatkan di antara semua orang yang sudah diberkati-Nya dengan berbagai apa yang baik di dunia. Kita harus bersyukur jika ada orang yang takut akan Tuhan sekalipun mereka nampaknya adalah orang-orang yang patut dihukum Tuhan. Tuhan yang berdaulat berhak memutuskan siapa yang diselamatkan-Nya dan kita harus menerima semua keputusan-Nya dengan sukacita sebab kita sudah diselamatkan bukan karena kita orang yang benar.

“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” Matius 5:43-45

Tinggalkan komentar