Berkat dan karunia bagi umat Kristen

“Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal.” Ulangan 11:26-28

Sering kali, orang menyebut karunia sebagai berkat. Meskipun tidak diragukan lagi bahwa kita diberkati Tuhan dengan karunia keselamatan, karunia (grace) adalah kebaikan yang tidak layak diterima dari Tuhan, sementara berkat (blessing) lebih sering dipahami sebagai “upah” karena kita sudah berusaha tetap setia kepada Tuhan yang berdiam dalam jiwa kita. Sebuah contoh dari Perjanjian Baru misalnya muncul dalam Khotbah di Bukit:

“Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.” Lukas 6:22-23

Berkat Tuhan dimaksudkan untuk mendorong kita untuk terus melakukan tindakan-tindakan baik dalam iman. Berkat dapat berupa berkat rohani yang menumbuhkan kehidupan rohani kita di dunia: pengetahuan, kebijaksanaan, kedamaian, kebahagiaan, ketabahan, dan sebagainya. Berkat jasmani bisa berupa makanan, tempat tinggal, kesehatan, kekuatan, kecukupan, kesuksesan dan sejenisnya. Jika karunia keselamatan diberikan kepada manusia karena keputusan Tuhan dan bukan karena permintaan mereka, mereka yang sudah diselamatkan sadar bahwa Tuhan yang mahapemurah juga memberi berbagai berkat kepada umat-Nya yang memintanya sesuai dengan ketaatan mereka kepada Tuhan.

Bagaimana caranya untuk mendapat berkat Tuhan? Dalam Alkitab, berkat erat kaitannya dengan kasih karunia. Mereka yang telah menerima Yesus sebagai Juruselamat diselamatkan oleh kasih karunia secara cuma-cuma melalui iman (Efesus 2:8-9). Mereka ingin menerima berkat Tuhan selama hidup di dunia. Mereka mengetahui bahwa tanpa iman, mustahil untuk menyenangkan Allah (Ibrani 11:6), tetapi mereka yang memiliki iman yang menyelamatkan kepada Anak Allah dinyatakan benar (Roma 4:5; Filipi 3:9) dan akan berusaha hidup dalam perkenanan Allah. Karena itu, jawaban paling mendasar untuk pertanyaan “bagaimana saya bisa mendapatkan berkat Tuhan” adalah “percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus.” Ini juga syarat untuk mendapat perkenan ( favour) Allah untuk hidup kita.

Allah mencari mereka yang mengasihi-Nya dan yang mengasihi perintah-perintah-Nya sehingga Ia dapat memberkati, membimbing, dan melindungi mereka (Mazmur 37:23; Amsal 3:5-6). Ini tidak berarti bahwa setiap orang Kristen yang makmur atau sehat telah mendapatkan berkat Allah (Yeremia 12:1; Mazmur 37:7; 73:16). Ini juga tidak berarti bahwa orang yang diperkenan (disenangi) Tuhan, seperti Ayub, tidak akan pernah mengalami kesulitan. Justru dalam kesulitan hidup, umat Tuhan merasakan berkat-Nya yang luar biasa. Banyak tokoh dalam Alkitab yang berkenan kepada Tuhan tetapi juga mengalami kesulitan (2 Korintus 6:4; Kisah Para Rasul 14:22; 20:23; 1 Petrus 2:19). Tokoh-tokoh seperti Nuh (Kejadian 6:8), Musa (Keluaran 32:11; 33:13), Daniel (Daniel 10:19), dan Maria (Lukas 1:28) berkenan kepada Tuhan dan diberkati-Nya, tetapi mereka juga berjuang menghadapi kesulitan seperti orang lain.

Mereka yang berkenan kepada Tuhan tahu bahwa Tuhan menyertai mereka dan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka (Roma 8:28). Mereka mendengarkan-Nya saat mereka berjalan melalui lembah-lembah yang gelap (Mazmur 34:15) dan tahu bahwa perjuangan mereka untuk tetap setia kepada-Nya tidak akan sia-sia (Matius 10:42; Wahyu 2:10).

Selain bukti-bukti lahiriah, kemurahan hati Tuhan dapat dirasakan dalam roh. Ketika kita memiliki perkenanan Tuhan, kita beristirahat dengan keyakinan yang tenang bahwa dosa-dosa kita diampuni (Roma 4:7), kita berada dalam rencana Allah (Mazmur 86:11), dan bahwa Dia ada untuk kita setiap saat (Yesaya 41:10; Matius 28:20). Ketika kita berjalan dengan Allah seperti dengan teman terdekat kita, kita akan bisa melihat dan menghargai berkat-berkat kecil yang disediakan Allah untuk kenikmatan kita—berkat-berkat yang dulu kita anggap remeh.

Salah satu cara untuk memperoleh berkat dari Tuhan adalah dengan mencari hikmat. Amsal 8:35 mengatakan, “Karena siapa mendapat hikmat, ia mendapat hidup, dan TUHAN berkenan.” Mazmur 5:12 mengatakan, “Sesungguhnya, ya TUHAN, Engkau memberkati orang benar; Engkau melindungi mereka dengan kasih karunia-Mu seperti perisai.” Mendapatkan kasih karunia dari Tuhan menjaga hidup dan pikiran kita tetap murni karena kita lebih ingin menyenangkan-Nya daripada menyenangkan diri kita sendiri. Ibrani 11:25 mengatakan tentang Musa, “Ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.” Ketika hal yang sama dapat dikatakan tentang kita, kita tahu bahwa kita telah mendapatkan kasih karunia dari Tuhan. Kesenangan-Nya di dalam kita akan ditunjukkan melalui berkat-Nya, yang diberikan-Nya kepada kita berdasarkan keputusan-Nya dan bukan karena gigihnya doa tuntutan kita.

Malam ini, Tuhan mengundang kita untuk mencari perkenanan-Nya (Mazmur 119:58, 135; 2 Raja-raja 13:4; Yeremia 26:19; Zefanya 2:3). Ketika kita mencari perkenanan-Nya, kita merendahkan hati kita di hadapan-Nya (2 Raja-raja 22:19) karena kita sebenarnya tidak layak di hadapan-Nya. Kita mencari Dia untuk diri-Nya sendiri, bukan hanya untuk berkat-berkat yang Dia berikan (Yeremia 29:13); dan menata hidup kita untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan kita (Markus 12:30; Lukas 10:27), bukan untuk mengejar berkat-Nya.

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Matius 6:23

Tinggalkan komentar