Apakah Anda dikenal Allah dan mengenal Dia?

“Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.” 1 Korintus 8:3

”Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Yohanes 14:15

Ada banyak orang Kristen yang percaya bahwa mereka dapat mengenal Allah dengan memelajari firman Tuhan dan untuk itu tentu saja mereka harus belajar dari pendeta dan guru pembimbing. Sebagian orang Kristen mungkin merasa yakin bahwa dengan membaca Alkitab saja mereka akan mengerti apa arti setiap ayatnya. Ini tidak benar. Mereka yang ingin menafsirkan Alkitab dengan usaha sendiri harus memakai buku pembimbing Alkitab dan buku teologi. Alkitab bukan sekadar buku ilmu pengetahuan, tetapi firman Tuhan yang hanya bisa ditafsirkan dengan bimbingan Roh Kudus dan melalui cara belajar yang sistimatik dan komprehensif. Pada pihak lain, pengetahuan manusia tentang Allah tidak menjamin bahwa mereka kenal Allah dan dikenal Allah.

Selain dari itu, ada juga orang Kristen yang merasa dikenal dan mengenal Allah karena yakin sudah dipilih ole Allah sebagai umat-Nya. Bagi mereka keharusan untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi (Matius 22:37) sering diabaikan karena apa yang paling penting bagi mereka, keselamatan, sudah mereka terima. Mereka merasa mengenal Allah dan dikenal Allah sekalipun kurang mengasihi dan menaati perintah-Nya. Mereka merasa cukup tahu akan Allah yang berdaulat dan rencana-Nya, tetapi tidak sadar bahwa Allah hanya mengenal orang-orang tertentu.

Dalam surat mereka sebelumnya kepada Paulus (1 Korintus 7:1), jemaat Korintus tampaknya telah mengangkat isu memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Mungkin mereka menantang ajaran Paulus sebelumnya tentang hal itu dengan mengatakan bahwa “kita semua memiliki pengetahuan.” Paulus telah menunjukkan dua masalah dengan pengetahuan. Pertama, pengetahuan saja hanya menciptakan kesombongan, sementara kasih membangun orang (1 Korintus 8:1). Kedua, hanya karena seseorang percaya bahwa mereka tahu tidak berarti mereka benar-benar tahu (1 Korintus 8:2).

Pengetahuan tentang Allah seharusnya membuat umat Tuhan menyadari pentingnya kasih. Paulus menyatakan bahwa kasih adalah yang benar-benar penting, terutama ketika kasih itu ditujukan kepada Allah. Di sini sekali lagi, ia menggunakan akar kata Yunani agapao, yang merujuk pada kasih yang tidak mementingkan diri sendiri dan penuh pengorbanan.

Memang lebih baik daripada memiliki pengetahuan tentang Allah adalah dikenal oleh-Nya. Mereka yang mengasihi-Nya dikenal oleh-Nya. Dikenal oleh Allah, pada gilirannya, berarti bahwa kita adalah milik-Nya. Mereka yang milik Tuhan, Paulus akhirnya akan menunjukkan, harus sepenuhnya memisahkan diri dari setan, kekuatan sesungguhnya di balik penyembahan berhala dan dewa-dewa (1 Korintus 10:20–21). Untuk kita di zaman sekarang, itu berarti pemisahan diri kita dari cara hidup yang tidak membawa kemuliaan bagi Tuhan.

Pada malam sebelum penyaliban-Nya, Yesus Kristus memberikan pengajaran pribadi yang panjang kepada para murid-Nya. Wacana di ruang atas ini terjadi tepat setelah pengumuman Tuhan bahwa salah satu murid akan mengkhianati-Nya dan Yudas meninggalkan ruangan. Sebagai bagian dari instruksi tersebut, Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yohanes 14:15). Makna yang tidak salah lagi dari bagian ini adalah bahwa ketaatan kepada perintah-perintah Kristus merupakan tanda sekaligus ujian kasih kita kepada-Nya. Dengan demikian, ini juga akan memastikan apakah kita dikenal Allah sebagai umat-Nya. Bukan mereka yang tahu banyak tentang Allah adalah umat-Nya, tetapi mereka yang benar-benar mengasihi dan mau taat kepada Allah dalam hidup mereka.

Hubungan antara kasih kepada Kristus dan ketaatan kepada-Nya merupakan tema yang berulang dalam tulisan-tulisan rasul Yohanes: “Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya.” (1 Yohanes 5:2-3). Dalam wacana di ruang atas yang sama, Yohanes mengutip perkataan Yesus sekali lagi, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”” (Yohanes 14:21).

“Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” Yohanes 15:14

Apa yang Yesus maksud ketika Ia berkata, “memegang perintah-Ku?” Apakah Yesus mengacu pada menaati daftar aturan dan hukum seperti Sepuluh Perintah Allah, atau apakah Ia memiliki maksud lain? Kata-kata yang Yohanes gunakan dalam bahasa aslinya tidak hanya dipahami sebagai menaati serangkaian instruksi moral, tetapi lebih dari itu. “Perintah-perintah” ini mencakup semua perkataan dan ajaran Yesus, yang sebenarnya adalah perkataan Allah Bapa: Jawab Yesus: ”Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.’” (Yohanes 14:23–24). Hanya mereka yang mengasihi Yesus dan taat kepada firman-Nya dikenal oleh Allah.

Pagi ini, kita harus bersyukur jika kita memiliki kemauan untuk mengasihi Yesus dan menaati perintah-perintah-Nya. Kita sudah diberi teladan oleh Yesus dalam kasih-Nya dan kehidupan-Nya yang taat kepada Bapa (Yohanes 14:31). Menaati perintah-perintah Kristus berarti meniru teladan Yesus (Yohanes 13:15–16). Mengasihi Yesus bukan sekadar perasaan atau pengetahuan; Ini adalah hubungan yang aktif, kekal, dan terus menerus dalam mengikuti dan menaati Guru kita yang pengasih: “Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.” (1 Yohanes 2:3).

Tinggalkan komentar