Apakah Anda merasa terbebani dan lelah menjadi orang Kristen?

“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Matius 11:29

Ayat di atas adalah ayat yang cukup dikenal orang Kristen dan sering dipakai dalam konteks kebahagiaan hidup orang Kristen di dunia. Hal kebahagiaan memang ada benarnya, tetapi kebahagiaan dalam hal apa? Bukan dalam hal kebutuhan jasmani, bukan juga dalam hal ketabahan menghadapi tantangan hidup. Tetapi dalam hal menjadi orang Kristen yang baik.

Matius 11:25–30 dimulai dengan doa syukur Yesus kepada Bapa-Nya karena telah menyembunyikan kebenaran Injil dari “orang besar”, yaitu mereka yang dianggap bijak menurut standar dunia. Sebaliknya, Injil telah diungkapkan kepada “orang kecil”, yaitu mereka yang dianggap orang bodoh dan lemah oleh dunia yang tidak percaya. Yesus menyatakan bahwa Dia dan Bapa saling mengenal sepenuhnya dan bahwa Dia dapat mengungkapkan Bapa kepada siapa pun yang Dia pilih. Orang yang Dia pilih bukanlah mereka yang sudah merasa hidup dalam kebenaran dan kesucian. Sebaliknya, Dia menawarkan ketenangan bagi jiwa semua orang percaya yang terbebani dan lelah jika mereka mau memikul kuk-Nya, dengan mengatakan bahwa beban-Nya mudah dan ringan.

Kuk adalah alat dari kayu yang digunakan untuk memanfaatkan tenaga kerja seekor hewan, terutama lembu. Kuk dapat dibuat untuk seekor hewan saja, atau untuk menggabungkan tenaga beberapa hewan. Orang Yahudi menggambarkan hidup dalam ketaatan kepada Hukum Taurat sebagai kuk yang harus dipikul. Pada zaman Yesus, orang Farisi membuat beban itu semakin berat dengan menambahkan persyaratan dan peraturan buatan manusia di atas hukum Musa (Matius 23:4). Di zaman sekarang, ada orang Kristen yang percaya bahwa mereka masih harus melakukan ini dan itu untuk bisa diselamatkan.

Yesus telah menyatakan bahwa Ia mengenal Allah Bapa dan bahwa Ia dapat menyatakan Allah kepada siapa pun yang Ia pilih. Kemudian Ia mengundang para pendengar-Nya untuk datang kepada-Nya dan memikul kuk-Nya, untuk sepenuhnya menyerahkan diri mereka kepada-Nya dan menempatkan diri mereka di bawah kuasa-Nya. Ia telah menjanjikan kelegaan bagi mereka yang melakukan ini (Matius 11:28). Sekarang Ia menjelaskan lebih lanjut, dengan mengundang kita untuk memikul kuk-Nya. Apa arti dari pernyataan Yesus ini?

Jika kita membiarkan Yesus memikul kuk-Nya sendiri atas kita, itu seperti seorang petani memasang kuk atas ternaknya. Berbeda dengan kuk yang dipasang manusia, ini berarti memberi Yesus kendali dan membiarkan Dia mengarahkan hidup kita. Pekerjaan yang Ia lakukan tidak akan sulit, kata Yesus. Ia ingin kita belajar dari-Nya. Tidak seperti orang Farisi yang sombong dan memaksa orang Yahudi dengan hukum-hukum mereka, Yesus menegaskan bahwa Ia lemah lembut. Ia rendah hati (Filipi 2:6–7). Ia datang bukan untuk menambah beban mereka, melainkan untuk memberi mereka ketenangan bagi jiwa mereka.

Pernyataan ini berasal dari perspektif yang sama sekali berbeda dari komentar Kristus sebelumnya tentang pintu gerbang yang lebar dan yang sempit. Di sana, Yesus mengatakan bahwa jalan menuju kehidupan itu sempit dan sulit (Matius 7:14). Dalam konteks itu, Yesus berbicara tentang perspeftif masa sekarang: bahwa mengikuti Kristus berarti menghadapi keadaan yang sulit. Ini tentu benar, karena untuk menjadi pengikut Kristus sering kali kita harus mengalami berbagai tantangan hidup dan mau menanggalkan sifat mementingkan diri sendiri. Namun, yang Yesus maksud di sini adalah perspektif tentang kekekalan masa depan. Dibandingkan dengan tugas yang mustahil untuk mendapatkan keselamatan sendiri (Roma 3:20; Galatia 2:16), Yesus menawarkan sesuatu yang jauh lebih “mudah” (Matius 11:30). Jika kita mau menerima karunia-Nya, kita akan diselamatkan. Tidak ada keraguan akan hal ini.

Dengan memberikan komentar ini, Yesus tidak menawarkan kebebasan dari komitmen orang percaya. Kuk-Nya tetaplah kuk: kuk itu tetap disertai tuntutan dari Allah yang kudus. Hidup sebagai umat-Nya bukanlah hidup yang semau kita sendiri, tanpa kewajiban, tugas atau tanggung jawab. Namun, rasul Yohanes kemudian menulis bahwa ketaatan kepada Allah yang kita kasihi tidaklah berat. Itu karena Yesus sudah menanggung beban dosa kita dan memberikan kuasa dalam Roh Kudus untuk melaksanakan kehendak-Nya.

“Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya. Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” 1Yohanes 5:1-4

Tinggalkan komentar