Terus bertumbuh secara rohani

“tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Efesus 4:15

Masih ingatkah Anda kapan tubuh Anda berhenti bertumbuh? Usia saat anak-anak berhenti tumbuh tinggi tergantung pada jenis kelamin dan faktor-faktor lainnya. Meskipun anak laki-laki tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan anak perempuan, mereka akhirnya mengejar ketertinggalan. Kebanyakan anak perempuan berhenti tumbuh tinggi pada usia 14 atau 15 tahun. Sebaliknya, setelah masa pertumbuhan remaja awal, anak laki-laki terus bertambah tinggi secara bertahap hingga sekitar usia 18 tahun.

Apa yang terjadi setelah tubuh berhenti bertumbuh? Kekuatan jasmani tetap bertumbuh seiring dengan kesehatan dan kegiatan hidup tiap orang sehingga dalam olahraga misalnya, atlit-atlit tertentu mencapai puncak prestasi pada usia 20-30 tahun sekalipun untuh olahraga renang dan gimnastik usia 25 sudah dianggap tua. Penyebab utama hilangnya kemampuan fisik seiring bertambahnya usia adalah hilangnya massa dan kekuatan otot yang berkaitan dengan usia, yang disebut sarkopenia. Biasanya, massa dan kekuatan otot meningkat secara bertahap sejak lahir dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 30 hingga 35 tahun, dan sesudah itu mulai menurun.

Berbeda dengan pertumbuhan jasmani, pertumbuhan rohani dimulai saat orang Kristen bertobat dan berlanjut terus hingga mereka meninggalkan dunia ini. Pertumbuhan rohani merupakan aspek penerapan penebusan di mana kedewasaan rohani dikembangkan dalam kehidupan mereka yang telah ditebus oleh Kristus. Orang Kristen bertumbuh dalam kasih karunia melalui penerapan yang tekun dari berbagai cara yang ditetapkan Allah dan disiplin rohani seperti ibadah bersama, ibadah pribadi, doa, pelajaran Alkitab, persekutuan, dan pemuridan. Pertumbuhan rohani dikaitkan dengan ajaran Alkitab tentang kepastian keselamatan dan pemeliharaan serta ketekunan orang-orang kudus. Ayat di atas menyatakan bahwa adanya pertumbuhan rohani membuat orang Kristen makin lama makin menyerupai Kristus.

Pribadi dan karya Kristus membentuk dasar pertumbuhan rohani orang Kristen. Alkitab mengajarkan bahwa Anak Allah menyatukan diri-Nya dengan kodrat manusia, dan selama hidup-Nya, Yesus “makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” (Lukas 2:52). Menurut kodrat manusia-Nya, Yesus bertumbuh dalam hikmat rohani, dan dalam hal itu Ia menjadi teladan pertumbuhan. Namun, Yesus lebih dari sekadar teladan. Karya-Nya bagi orang berdosalah adalah apa yang memungkinkan pertumbuhan rohani mereka.

Yesus Kristus mati dan bangkit kembali untuk membebaskan umat-Nya dari rasa bersalah dan kuasa dosa. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Yesus menjamin pembenaran dan pengudusan orang percaya. Dalam pembenaran, Allah memperhitungkan dosa umat-Nya kepada Kristus dan kebenaran Kristus kepada orang percaya (2 Korintus 5:21). Kematian Yesus menghapuskan rasa bersalah atas dosa umat-Nya. Dalam pengudusan, Allah secara bertahap memurnikan umat-Nya. Roh Kudus adalah agen pertumbuhan rohani. Ia tinggal di dalam orang percaya, menyadarkan mereka akan dosa, dan itu membuat mereka bertambah hikmat dan makin dikasihi Allah dan manusia.

Ibadah bersama sangat penting bagi pertumbuhan rohani orang Kristen dalam kasih karunia Tuhan. Alkitab mengajarkan bahwa orang Kristen tidak boleh meninggalkanpersekutuan orang-orang seiman. Ibadah Hari Tuhan yang diadakan setiap minggu sangat penting bagi proses pertumbuhan kasih karunia yang berkelanjutan. Keanggotaan di gereja lokal sangat penting untuk berpartisipasi dalam sarana kasih karunia ini, dan itu adalah sarana yang melaluinya orang percaya saling menguatkan dan yang melaluinya pejabat gereja yang ditunjuk dengan benar mengatur akses ke sakramen untuk kebaikan rohani orang percaya.

Kekristenan yang tidak bergereja sama sekali tidak alkitabiah. Umat Allah dipanggil untuk hidup dalam komunitas yang penuh kasih dan penuh tujuan dengan satu sama lain, dan tidak pernah dalam keterasingan (Kisah Para Rasul 2:42–47). Ini, tentu saja, adalah rancangan Allah. Dia tahu apa yang dibutuhkan anak-anak-Nya, dan Firman-Nya penuh dengan bagian-bagian yang menggarisbawahi peran utama yang seharusnya dimainkan oleh gereja lokal dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan sarana kasih karunia Firman, sakramen, dan doa (Kisah Para Rasul 2:42). Kita membutuhkan pengawasan rohani (Ibr. 13:17). Kita membutuhkan dorongan dan akuntabilitas yang terus-menerus (Ibrani 3:13). Kita saling membutuhkan (Roma 12:3–8; Efesus 4:1–16).

Disiplin adalah cara lain yang digunakan orang percaya untuk mengalami pertumbuhan rohani. Kata disiplin erat kaitannya dengan kata pemuridan. Dalam Kitab Suci, seorang murid adalah seseorang yang diajar dalam ajaran Kristus. Pemuridan alkitabiah terjadi ketika orang percaya diajar dalam Firman Tuhan. Orang percaya dipanggil oleh Tuhan untuk mengejar disiplin diri dan bukannya merasa bebas untuk berbuat apa saja karena sudah mendapat jaminan keselamatan.

Alkitab juga menasihati orang tua untuk mendisiplinkan anak-anak mereka, membesarkan mereka dalam disiplin dan pelatihan Tuhan (Efesus 6:4). Dengan demikian, para pemimpin gereja juga bertugas untuk mengajarkan disiplin hidup yang benar kepada jemaat. Hal ini terbukti dari ajaran Alkitab tentang disiplin gereja (Matius 18:15–20; Ibrani 12:3–11). Disiplin gereja berfungsi sedemikian rupa untuk menjaga kehormatan nama Kristus, memulihkan saudara-saudara yang bersalah, dan mengekang kejahatan di gereja. Melalui proses ini, orang percaya dapat dibantu dalam proses pertumbuhan rohani.

Ibadah keluarga dan ibadah pribadi adalah disiplin rohani tambahan yang membantu pertumbuhan rohani dalam kasih karunia. Alkitab memerintahkan orang tua untuk dengan tekun mengajarkan seluruh nasihat Allah kepada anak-anak mereka (Ulangan 6:6-7; Efesus 6:4). Alkitab juga penuh dengan contoh-contoh individu yang merenungkan Firman Allah dan memakai waktunya dalam persekutuan dengan-Nya dalam doa (misalnya, Daniel 6:10; Mazmur 63:6).

Kita diselamatkan hanya oleh kasih karunia dan dibenarkan hanya oleh iman, tetapi setelah diselamatkan, kita tidak hanya menunggu kematian. Kekristenan juga tentang pertumbuhan rohani, dan pertumbuhan rohani melibatkan usaha kita—kerja keras untuk pengudusan. Jelas kita tidak bekerja untuk kelahiran kembali atau pembenaran kita. Kedua tindakan itu bersifat monergistis, yang dilakukan oleh Allah sendiri. Hanya Roh Kudus yang dapat mengubah hati kita. Hanya kebenaran Kristus, kebenaran Anak Allah yang dijamin oleh ketaatan-Nya yang sempurna kepada Bapa, yang dapat mengamankan kedudukan kita yang benar di hadapan Allah.

Pada pihak yang lain, pengudusan mencakup usaha kita. Kita mengatakan itu sinergis karena Allah dan kita sama-sama melakukan sesuatu. Namun, kita bukanlah mitra yang setara. Allah berkehendak dan bekerja di dalam kita sesuai dengan kerelaan-Nya sehingga kita maju dalam kekudusan (Filipi 2:12–13). Namun saat Allah bekerja di dalam kita, kita juga bekerja, mencari Dia dalam doa, mengandalkan sarana kasih karunia—Firman yang dikhotbahkan dan sakramen—berusaha untuk berdamai dengan mereka yang telah kita sakiti. Tidak ada jalan pintas untuk pengudusan. Itu adalah sebuah proses, dan proses yang sering kali tampak terlalu lamban, dengan kemajuan yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa dilihat dan dirasakan, tetapi sesuatu yang harus terus disyukuri.

Karena Yesus Kristus dan karya penyelamatan-Nya membentuk dasar iman kita (1 Korintus 2:2; 3:11), kita seharusnya lebih peduli tentang cara bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan tentang Kristus (2 Petrus 3:18). Pertumbuhan kita dalam kasih karunia Kristus akan sepadan dengan penggunaan sarana yang telah ditetapkan Allah. Para teolog menyebutnya sebagai “sarana kasih karunia” (media gratia). Sarana kasih karunia adalah sarana yang ditetapkan Allah yang dengannya Roh Kudus memampukan orang percaya untuk menerima Kristus dan manfaat penebusan. Meskipun Ia dapat memilih untuk segera menyatakan Kristus kepada umat-Nya, Ia telah memutuskan untuk melakukannya melalui sarana tertentu. Allah menugaskan Firman, sakramen, dan doa untuk menjadi sarana utama yang dengannya Ia mengomunikasikan Kristus dan manfaat-Nya kepada orang percaya.

Pagi ini, kita harus sadar bahwa ada tanggung jawab yang diberikan kepada kita. Dalam Filipi 2:12-13 ada pernyataan Paulus yang sangat membantu: “Kerjakan keselamatanmu.” Ia tidak berbicara tentang bekerja untuk memdapatkan keselamatan, tetapi bekerja keras dalam keselamatan Anda, bertumbuh dalam kasih karunia, karena Roh Tuhan bekerja di dalam Anda. Anda tidak sendirian. Roh Kudus akan menghasilkan berbagai buah sebagai persediaan yang kita butuhkan untuk bertumbuh dalam kasih karunia.

“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Galatia 5:22-23

Tinggalkan komentar